Mufrodaat Lughowiyyah
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ kata اَلْفَتْحُ secara etimologi
asalnya adalah اِزَالَةُالْاَغْلَاقِ (melepaskan gembok). اَلْفَتْحُ dalam bab jihad berartinya keberhasilan
menguasai suatu daerah secara paksa maupun damai, melalui perang atau yang lainnya. Sebab, daerah tersebut sebelumnya masih
tertutup selagi belum dikuasai. Ketika daerah
tersebut berhasil dikuasai dan berada dalam
genggaman, daerah tersebut berarti telah
dibuka. Maksud ayat ini, Kami telah memutuskan untukmu menaklukkan Mekah dan yang
lainnya pada masa mendatang melalui jihad
yang kamu lakukan dengan kemenangan yang
nyata. Atau, itu adalah janji menaklukkan
Mekah untuk beliau. Pengungkapan dengan
fi'il maadhi di sini menunjukkan kepastian
terjadinya hal itu sehingga seperti sesuatu
yang telah nyata.
Menurut para ulama, maksud Al-fath di
sini adalah Perlanjian Hudaibiyah. Hudaibiyah
adalah nama sumur yang terletak di tempat
tersebut). Perjanijian Hudaibiyah disebut Al-fath (kemenangan), dengan adanya perjanjian tersebut, kota Mekah ditaklukkan. Ini
merupakan majas mursal dengan 'alaaqoh
sababiyyah, menyebutkan sebab namun yang
dimaksud adalah akibatnya. Imam Az-Zuhri mengatakan, "Belum pernah ada kemenangan
yang lebih besar dari Perjanjian Hudaibiyah.
Dengan adanya perjanjian damai tersebut,
orang-orang musyrik berbaur dengan orang-orang Mukmin dan mendengar perkataan
mereka, sehingga Islam meresap ke dalam hati
mereka. Hanya dalam tiga tahun, orang-orang
memeluk Islam, setelah itu, kaum Muslimin
mendatangi Mekah dalam jumlah yang lebih
besar dari sebelumnya, mencapai sepuluh ribu
orang lalu mereka menaklukkan Mekah."
Di pihak lain, sekelompok ulama berpendapat, "Maksud Al-fath dalam ayat ini adalah
fathul Mekah (penaklukan kota Mekah).
Allah SWT menjanjikan hal ini kepada Nabi Muhammad saw. melalui berita gembira dariNya untuk Rasulullah saw. dan kaum Mukminin. Imam Zamakhsyari mengatakan,'Yang dimaksudkan
adalah fathul Mekah. Surah ini turun saat
beliau pulang dari Mekah setelah Perjaniian
Hudaibiyah, sebagai sebuah bahwa beliau
akan menaklukkan Mekah. Dalam ayat ini,
janji tersebut diungkapan dengan fi'il maadlii
sebagaimana yang biasa digunakan Allah SWT
dalam menyampaikan berbagai informasi-Nya. Sebab, berbagai informasi tersebut bersifat pasti
ada dan terjadi. Hal seperti ini mengandung
ungkapan yang luar biasa dan petunjuk atas
keluhuran Sang Pemberi informasi."
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ Al-fath; baik yang dimaksud
adalah fathul Mekah atau Perjanjian Hudaibiyyah,
bisa menjadi sebab pengampunan dan pahala
dari Allah SWT atas dasar bahwa fathul Mekah
merupakan jihad melawan musuh. Begitu juga
dengan Perjanjian Hudaibiyyah, meskipun di
dalamnya tidak terjadi peperangan yang sengit,
namun sempat terjadi saling lempar panah
dan bebatuan di antara keduanya, atau atas
dasar pertimbangan Perjanjian Hudaibiyyah
merupakan sebab fathul Mekah. Karena dalam
kejadian tersebut ditemukan usaha keras,
itulah yang menjadi sebab ampunan dari Allah
SWT.
Jika Al-fath tidak dijadikan sebagai sebab untuk ampunan, penyebutan lam di sini, sebagaimana yang dikatakan Imam Zamakhsyari, adalah sebagai sebab untuk empat hal berikut; ampunan, penyempurnaan nikmat, hidayah kepada jalan yang lurus, dan pertolongan yang kuat (maksudnya, mewuiudkan keseluruhan dari hal-hal tersebut). Seakan-akan di sini dikatakan, "Kami memudahkan untukmu penaklukan Mekah atau Hudaibiyah dan Kami menolongmu atas musuhmu supaya Kami himpunkan kemuliaan dunia dan akhirat, serta berbagai tujuan duniawi dan ukhrowi
untukmu."
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ semua kesalahanmu dari
berbagai tindakan yang patut ditegur. Karena
para nabi terjaga dari dosa besar dan kecil,
maksud اَلْذَنْۢبُ di sini adalah melakukan sesuatu
yang tidak sesuai dengan yang lebih utama
dan ideal bagi kedudukan para nabi. Maka, ini
masuk dalam kategori حَسَنَةُالْاَبْرَارِسَيِّئَةُالْمُقَرَّبِيْنَ (segala
perbuatan yang jika dilakukan oleh mereka
yang berada dalam tingkatan الْاَبْرَارِ atau orang-orang yang patuh, itu termasuk kategori perbuatan baik. Namun jika dilakukan oleh mereka
yang berada dalam tingkatan الْمُقَرَّبِيْنَ atau orang-orang yang didekatkan kepada Allah SWT
itu termasuk kategori perbuatan jelek). Atau,
maksudnya adalah sesuatu yang menurut pandangan beliau luhur adalah dosa, meskipun
itu bukanlah dosa. Di sini terkandung motivasi
kepada umat untuk berjihad.
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT menyempurnakan nikmatNya kepadamu dengan diluhurkannya agama,
menghimpunkan antara kekuasaan dan kenabian serta p enaklukan berbagai negeri وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah
SWT meneguhkanmu di atas jalan yang lurus;
agama Islam, mendakwahkannya dan menegakkan syiar-syiarnya. وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا supaya
dengan Al-fath tersebut, Allah SWT memberikan kemenangan mulia dan kuat, ia adalah
kemenangan yang tidak ada lagi kehinaan
setelahnya. Atau, memuliakan orang yang dimenangkan yang tidak setiap orang mendapatkannya. Sehingga, penyifatan seseorang dengan
kemenangan agung ini adalah untuk melebihlebihkan.
Sebab Turunnya Ayat
Ayat 1
Imam Hakim dan yang lainnya meriwayatkan
dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan
bin Hakam, keduanya berkata, "Surah Al-Fath dari awal hingga akhir; turun di daerah antara
Mekah dan Madinah, berkenaan dengan
peristiwa Hudaibiyah."
Ayat 2
Imam Ahmad, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, dan Imam Hakim meriwayatkan dari Anas,
ia berkata, "Ayat لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ di turunkan kepada Nabi Muhammad saw. saat
beliau kembali dari Hudaibiyah. Beliau lalu
bersabda, 'Telah diturunkan kepadalat ayat
yang kucintai dari apa yang ada di muka bumi,'
dan membacakannya kepada para sahabat.
Para sahabat berkata, 'Selamat untukmu wahai
Rasulullah, Allah SWT telah menielaskan
sesuatu yang diperbuat terhadapmu, lalu apa
yang akan diperbuat terhadap kami?' Lalu
turunlah ayat yang ke 5 dari surat Al-Fath
لِّيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عِنْدَ اللّٰهِ فَوْزًا عَظِيْمًاۙ
Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar,
Ibnu Abbas berkata, "Orang-orang Yahudi
merasa senang dengan sesuatu yang dialami
oleh Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin
ketika turun ayat, surat Al-Ahqof (46) ayat ke 9
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Orang-orang Yahudi itu berkata, 'Bagaimana kami mengikuti orang yang tidak tahu
apa yang akan diperbuat terhadap dirinya.'Hal
ini pun sangat menganggu beliau, lalu Allah
SWT menurunkan ayat,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ, وَّيَنْصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيْزًا
Tafsir dan Penjelasan
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ wahai Rasul, Kami
memberimu kemenangan yang nyata dan tidak
diragukan lagi. Kemenangan tersebut adalah
Perjanjian Hudaibiyah yang selanjutnya menjadi sebab penaklukan kota Mekah serta tersebarnya ilmu yang bermanfaat dan keimanan.
Atau, kemenangan ini adalah penaklukan kota
Mekah yang dijanjikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw.. Diungkapkan menggunakan fi'il maadli karena kepastiannya. Ini
adalah berita gembira yang agung dari Allah
SWT untuk Rasul-Nya dan kaum Mukminin,
sebagaimana yang telah kami jelaskan di Almufrodaat Al-lughowiyyah di atas.
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ agar selain
mendapatkan ampunan, kamu juga mendapatkan kesempurnaan nikmat dalam kemenangan
tersebut, hidayah kepada jalan yang lurus, dan
pertolongan yang kuat, sehingga terciptalah
kemuliaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat
bagimu. Ampunan tersebut mencakup seluruh
kelalaianmu sebelum dan setelah menjadi
Rosul berupa berbagai tindakan yang bagimu
bernilai tidak sesuai dengan yang lebih utama
(khilaaful awlaa) mengingat kedudukanmu
yang luhur, namun selain kamu, tindakan tersebut tidak termasuk dosa. Ini masuk dalam
kategori حَسَنَةُالْاَبْرَارِسَيِّئَةُالْمُقَرَّبِيْنَ .lni mengandung
penghormatan dan pemuliaan agung kepada
Nabi Muhammad saw dan merupakan salah
satu keistimewaan khusus bagi beliau.
Imam Ahmmad, Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah meriwayatkan
dari Al-Mughiroh bin Syu'bah, ia berkata,
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم
"Rosulullah saw. menunaikan sholat hingga
kedua telapak kaki beliau bengkak. Lalu
dikatakan kepada beliau, 'Bukankah Allah SWT
telah mengampuni seluruh dosamu yang telah
lalu dan yang akan datang?' Beliau menjawab, Jika begitu, tidakkah aku sebagai seorang
hamba yang harus banyak bersyukur?''
Istri beliau yakni Aisyah r.a. pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi saw. sholat hingga bengkak kedua kakinya. Dalam hadits H.R Muslimو Imam Ahmad di ceritakan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
Aisyah r.a. berkata, Rosulullah saw. ketika melaksanakan sholat maka beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rosulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”.
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ
supaya Allah SWT menyempurnakan nikmatNya kepadamu dengan meluhurkan agama,
tersebarnya Islam, penaklukan negeri-negeri
dari timur hingga barat, dan mengangkat
kedudukanmu di dunia dan akhirat' juga,
supaya Allah SWT membimbingmu ke jalan
yang lurus dengan syari'at yang agung untukmu, meneguhkanmu di atas hidayah hingga Dia
memanggilmu untuk menghadap kepada-Nya' juga, supaya Allah SWT memenangkan atas
musuh-musuhmu dengan kemenangan yang
kuat yang tiada lagi kehinaan setelahnya, atau
kemenangan yang sangat sulit didapatkan dan
tiada padanannya.
Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Dari ayat-ayat di atas bisa diambil sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
l. Allah SWT menggembirakan Nabi
Muhammad saw. dan kaum Mukminin dengan kemenangan yang agung dan nyata. Kemenangan tersebut menurut jumhur, sebagaimana yang sudah pernah disinggung
di atas, adalah Perjanjian Hudaibiyah yang
selanjutnya menjadi penyebab keberhasilan penaklukan kota Mekah, tersebarnya
ilmu yangbermanfaat dan keimanan, orangorang saling berbaur dan orang Mukmin
dapat berkomunikasi dengan orang kafir.
Musa bin Uqbah mengatakan,
وَعِنْدَ عَوْدَةِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنَ الْحُدَيْبِيَّةِ، قَالَ أَحَدُهُمْ: "لََيْسَ هَذَا نَصْرًا، لَِأنَّهُمْ (كُفَّارٌ قُرَيْشٌ) نَجَحُوْا فِي دُخُوْلِ مَكَّةَ". قََالَ: لاَ، هَذَا هُوَ النَّصْرُ اْلأَعْظَمُ. وَقََدْ يَكْتَفِي الْمُشْرِكُوْنَ بِمَنِعِكَ مِنْ دُخُوْلِ أَرْضِهِمْ، وَيَطْلُبُوْنَ الْقَرَارَ، وَيَطْلُبُوْنَ اْلأَمَانَ مِنَ النَّاسِ، وَقََدْ شَهَدُوْا عَلَيْكَ مَا يَكْرَهُوْنَهُ مِنْكَ
"Sekembalinya kaum Mukminin dari Hudaibiyah,
ada seseorang berkata, 'lni bukanlah kemenangan, karena mereka (kaum kafir
Quroisy) berhasil menghalau kami memasuki Mekah.'Lalu Rosulullah saw. bersabda, 'Tidak ini adalah kemenangan terbesar. Orang-orang musyrik dengan puas
bisa menghalangi kalian memasuki negeri
mereka, meminta keputusan, dan memohon
keamanan kepada kalion, sementara mereka telah menyaksikan sesuatu yang mereka benci dari kalian.''
Imam Zamakhsyari bertanya-tanya, "Bagaimana hal itu dikatakan sebagai
kemenangan, sedangkan kaum Mukminin
terhalang dari perjalanan mereka menuju
Mekah dan mereka akhirnya memotong
hewan serta mencukur rambut di Hudaibiyah?" Imam Zamakhsyari kemudian menjawab,
"ltu adalah sebelum genjatan senjata,
ketika orang-orang musyrik memintanya,
dan dilakukan, itulah kemenangan yang
nyata."
Terkait dengan ayat pertama, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ Asy-Sya'bi berkata, "Maksudnya
adalah Perjanjian Hudaibiyah. Rosulullah
saw. mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan dalam peperangan, yaitu Allah
SWT memberikan ampunan kepada
beliau atas dosa beliau yang telah lalu
dan yang akan datang diadakannya Baiat
Ridhwan, kaum Muslimin yang ikut pada
waktu itu mendapatkan kebun kurma
Khoibar; hewan Al-Hadyu sampai ke
tempat penyembelihannya, dan Romawi
berhasil mengalahkan Persia sehingga
kaum Mukminin bergembira karena kemenangan kaum Ahli Kitab Romawi atas kaum Majusi (Persia). Di atas telah
disebutkan perkataan Az-Zuhri terkait
dengan masalah ini.
Kesimpulannya, ada tiga hal yang
terwujud dalam Perjanjian Hudaibiyah.
Pertama, mengetahui kekuatan musuh
dan kapasitas pandangan musuh saat
menyerah, politik, dan perjaniian. Kedua,
terseleksinya orang-orang Mukmin dan
orang-orang munafik. Ketiga, berbaurnya
kaum Muslimin dengan kaum musyrik
yang berimplikasi banyaknya dari mereka
yang memeluk Islam.
Ada pendapat yang mengatakan, "ltu
adalah penaklukan kota Mekah, ini selaras
dengan akhir surah sebelumnya; Allah
SWT memerintahkan untuk berjihad dengan jiwa dan harta, memerintahkan
untuk berinfak di jalan Allah S.W.T, dan
melarang untuk meminta damai dalam
firman-Nya,'janganlah kalian meminta
damai dengan inisiatif dari kalian, namun
hendaklah kalian sabar mereka (musuh)
akan meminta damai dan berusaha mendapatkannya, sebagaimana saat peristiwa
Hudaibiyah."'
Imam Zamakhsyari bertanya-tanya, "Bagaimana hal itu dikatakan sebagai
kemenangan, sedangkan kaum Mukminin
terhalang dari perjalanan mereka menuju
Mekah dan mereka akhirnya memotong
hewan serta mencukur rambut di Hudaibiyah?" Imam Zamakhsyari kemudian menjawab,
"ltu adalah sebelum genjatan senjata,
ketika orang-orang musyrik memintanya,
dan dilakukan, itulah kemenangan yang
nyata."
Terkait dengan ayat pertama, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ Asy-Sya'bi berkata, "Maksudnya
adalah Perjanjian Hudaibiyah. Rosulullah
saw. mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan dalam peperangan, yaitu Allah
SWT memberikan ampunan kepada
beliau atas dosa beliau yang telah lalu
dan yang akan datang diadakannya Baiat
Ridhwan, kaum Muslimin yang ikut pada
waktu itu mendapatkan kebun kurma
Khoibar; hewan Al-Hadyu sampai ke
tempat penyembelihannya, dan Romawi
berhasil mengalahkan Persia sehingga
kaum Mukminin bergembira karena kemenangan kaum Ahli Kitab Romawi atas kaum Majusi (Persia). Di atas telah
disebutkan perkataan Az-Zuhri terkait
dengan masalah ini.
Kesimpulannya, ada tiga hal yang
terwujud dalam Perjanjian Hudaibiyah.
Pertama, mengetahui kekuatan musuh
dan kapasitas pandangan musuh saat
menyerah, politik, dan perjanjian. Kedua,
terseleksinya orang-orang Mukmin dan
orang-orang munafik. Ketiga, berbaurnya
kaum Muslimin dengan kaum musyrik
yang berimplikasi banyaknya dari mereka
yang memeluk Islam.
Ada pendapat yang mengatakan, "ltu
adalah penaklukan kota Mekah, ini selaras
dengan akhir surah sebelumnya; Allah
SWT memerintahkan untuk berjihad dengan jiwa dan harta, memerintahkan
untuk berinfak di jalan Allah S.W.T, dan
melarang untuk meminta damai dalam
firman-Nya,janganlah kalian meminta
damai dengan inisiatif dari kalian, namun
hendaklah kalian sabar mereka (musuh)
akan meminta damai dan berusaha mendapatkannya, sebagaimana saat peristiwa
Hudaibiyah."'
2. Buah dari kemenangan terbesar tersebut
ada empat.
a. Bebasnya Nabi Muhammad saw. secara mutlak dari segala dosa yang
telah lalu dan mendatang dengan
adanya ampunan Allah SWT. Maksud
dosa-dosa beliau adalah segala tindakan beliau yang tidak sesuai dengan
nilai ideal (khilaaful awlaa) beliau
mengingat kedudukan beliau yang
mulia.
b. Disempurnakannya nikmat atas beliau dengan menghimpun antara
kenabian dan kekuasaan, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
c. Mendapat bimbingan dan petunjuk
ke jalan yang lurus dengan menyampaikan risalah dan teguh di atas
kebenaran.
d. Kemenangan yang kukuh dan kuat
yang tidak ada lagi kehinaan setelah
itu.
Jika menggunakan bahasa modern,
bisa dikatakan, dengan kemenangan
yang nyata tersebut, terwujudlah konsep
kedaulatan internal dan eksternal Daulah
Islamiyyah, kemerdekaannya, munculnya
Nabi Muhammad saw. dalam kapasitas
beliau sebagai penguasa dan imam dalam
dunia politik dan pemerintahan disamping
kapasitas beliau sebagai seorang Nabi. Sebagaimana pula, terwuiudlah bagi beliau
kemuliaan dunia dan akhirat, keteguhan beliau di atas agama haq dan menyebar
luaskannya di segala peniuru dunia.
Perjanjian Hudaibiyah, selain sukses
menobatkan Nabi Muhammad saw sebagai penguasa politik atas umat Islam
dan ibukotanya; Madinah, iuga memberikan dampak positif lain yang tercermin
pada pengakuan orang-orang musyrik
kepada Daulah Islamiyyah di Madinah Al-Munawwaroh, kedaulatannya, dan
kemerdekaannya.
Penamaan Surah
Surah ini dinamakan Al-Fath karena dibuka dengan ayat yang berisikan berita
gembira tentang Al-Fath (kemenangan) yang
nyata, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenanganyang nyata."
Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mughoffal, ia
berkata, "Saat penaklukan kota Mekah, dalam
perjalanannya Rosulullah saw. membaca Surah Al-Fath sambil mengendarai tunggangan beliau
dan beliau menggemakan suara bacaannya."
Mu'awiyah bin Qurroh berkata,
ِلَوْلَا أَنَّنِي لَا أُرِيْدُ أَنْ يَتَزَاحَمَ النَّاسُ حَوْلِي لَقَلَدَتِ الْقِرَاءَةُ لَكَ بِالتَّأْكِيْد
"seandainya
bukan karena aku tidak ingin orang-orang
mengerumuniku, niscaya aku akan menirukan
bacaannya untuk kalian."
Persesuaian Surah lni dengan Surah
Sebelumnya
Persesuaian surah ini dengan surah
sebelumnya bisa terlihat dari beberapa sisi
berikut.
1. Al-Fath dalam arti kemenangan merupakan
implikasi dari peperangan. Dalam sebuah
hadits disebutkan, surah ini turun untuk
menerangkan sesuatu yang akan diperbuat
terhadap Rosulullah saw. dan kaum Mukminin, yang sebelumnya disebutkan secara
tidak spesifik dalam ayat 9 surah Al-Ahqof
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Dalam surah Muhammad di jelaskan
kepada kaum Mukminin tata cara perang, yaitu ayat yang ke 4:
فَاِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَضَرْبَ الرِّقَابِۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَثْخَنْتُمُوْهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَۖ فَاِمَّا مَنًّاۢ بَعْدُ وَاِمَّا فِدَاۤءً حَتّٰى تَضَعَ الْحَرْبُ اَوْزَارَهَا ەۛ ذٰلِكَ ۛ وَلَوْ يَشَاۤءُ اللهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَلَنْ يُّضِلَّ اَعْمَالَهُمْ
Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka.
Dalam surah ini, Allah SWT menjelaskan hasil dari tata cara tersebut, Al-fath
dan An-Nashr (kemenangan).
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُۙ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ اَفْوَاجًاۙ
dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا
maka bertasbihlah dalam dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
2. Kedua surah ini menerangkan sifat-sifat
orang Mukmin, musyrik, dan munafik.
3. Dalam surah Muhammad, Rosulullah
saw. diperintahkan meminta ampunan
untuk kesalahan-kesalahan beliau beserta
kaum Mukminin dan Mukminat (seperti yang terdapat pada ayat 19).
وَّمَغَانِمَ كَثِيْرَةً يَّأْخُذُوْنَهَا ۗ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
Dan, surah ini diawali dengan pemberian
ampunan tersebut.
Kandungan Surah
Surah ini sebagaimana surah sebelumnya
termasuk surah Madaniyyah. Surah ini turun
pada malam hari di sebuah tempat antara
Mekah dan Madinah mengenai Perjanjian
Hudaibiyah setelah Rosulullah saw. meninggalkan Hudaibiyah. Surah-surah Madaniyyah sebagaimana diketahui, membicarakan orang-orang munafik yang bermunculan di Madinah dan lebih terfokus pada masalah hukum-hukum agama dalam urusan jihad, ibadah, serta
muamalah.
Surah yang mulia ini diawali dengan
berita gembira Nabi Muhammad saw. tentang
kemenangan agung dan tersebarnya Islam
paska penaklukan kota Mekah. Perjanjian
Hudaibiyah antara Rosulullah saw. dan orang-orang musyrik pada tahun keenam hijriyah
merupakan titik permulaan yang baik bagi
kedua faktor tersebut.
Surah ini menginformasikan janji Allah
SWT kepada orang-orang Mukmin yang pasti
terlaksana serta ancaman-Nya terhadap
orang-orang kafir dan orang-orang musyrik,
Surah ini juga mengabarkan berbagai tugas
Nabi Muhammad saw. berupa memberikan
kesaksian atas umat beliau dan seluruh umat
manusia pada hari Kiamat, menyampaikan
berita gembira dan peringatan untuk mengimani Allah SWT dan Rasul-Nya serta membela
beliau.
Hal di atas disertai dengan penyebutan dua
perkara khusus.
Pertama, sanjungan kepada orang-orang
Mukmin yang ikut dalam Baiat Ridlwan di
bawah sebuah pohon di Hudaibiyah. Menerangkan bahwa baiat yang mereka lakukan
pada haqiqotnya adalah kepada Allah SWT mengesahkan ridlo Allah SWT atas mereka, serta
menjanjikan mereka kemenangan di dunia dan
surga di akhirat, Allah S.W.T menegaskan dalam surat Al-fath ayat yang ke 10:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللهَ ۗيَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ ۚ فَمَنْ نَّكَثَ فَاِنَّمَا يَنْكُثُ عَلٰى نَفْسِهٖۚ وَمَنْ اَوْفٰى بِمَا عٰهَدَ عَلَيْهُ اللهَ فَسَيُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Dia akan memberinya pahala yang besar.
Di ayat yang ke 18 dari surat Al-fath ini juga Allah berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,
Kedua, kecaman terhadap kaum munafik
dari orang-orang Arob Aslam, fuhainah,
Muzainah, dan Ghifar yang tidak ikut pergi bersama Rosulullah saw. saat Peristiwa Hudaibiyah, mereka adalah orang Arob Madinah.
Surah ini juga menerangkan bahwa mereka
yang memiliki udzur (orang buta, pincang, dan
sakit) terbebas dari mengikuti kewajiban jihad,
mereka cukup menaati perintah Allah SWT dan
Rosul-Nya. Sebab, hal inilah yang mengizinkan
mereka memasuki surga.
Surah ini mengingatkan karunia Allah SWT
kepada orang-orang Mukmin saat ratifikasi
perdamaian dan pencegahan terjadinya peperangan antara mereka dengan kaum kafir
Quroisy, yang menutupi dan menghalangi
kaum Mukmin memasuki Masjidil Harom,
yang dipengaruhi semangat jahiliyah berupa
keangkuhan, kesombongan, dan fanatisme
jahiliyah, penolakan mereka terhadap tulisan
basmalah pada pembukaan perjanjian dan
penggunaan tulisan "Muhammad Rosulullah."
Karunia itu juga tergambar pada peneguhan
orang-orang Mukmin atas kalimat takwa;
yaitu menaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta
menerima syarat-syarat perjanjian damai,
meskipun secara lahir beberapa poinnya
tampak merugikan pihak kaum Muslimin.
Setelah itu, surah ini membahas berita
gembira mengenai realisasi mimpi Rosulullah
saw. saat di Madinah. Dalam mimpi tersebut,
beliau melihat kaum Mukminin memasuki
Masjidil Harom (Mekah) dengan aman dan
damai. Akhirnya, mimpi tersebut benar-benar
terjadi pada tahun berikutnya saat kaum
Mukminin memasuki Mekah untuk menunaikan
umrah, Allah berfirman dalam surat Al-Fath ini ayat yg ke 27:
لَقَدْ صَدَقَ اللهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا
Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharom, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.
Surah ini ditutup dengan tiga hal.
Pertama, Nabi Muhammad saw. diutus dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar
untuk dimenangkan atas seluruh agama. Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Kedua,
menyifati Nabi Muhammad saw. dan kaum
Mulonin dengan sifat kasih sayang sesama
mereka, namun keras terhadap orang-orang
kafir yang memusuhi. Ayat terakhir dari surat Al-Fath ini yaitu ayat ke 29 menutup:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.
Ketiga, janji ampunan
dan pahala yang agung bagi kaum Mukmin yang
mengerjakan berbagai amal saleh. Di tegaskan oleh Allah S.T dalam Al-qur'anul Karim surat Al-Maidah ayat 9:
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.
Beberapa Catatan Dari Siroh Terkait
Sebab Turunnya Surah Al-Fath (Perjanjian
Hudaibiyyah dan Bai'at Ridlwan)
Saat Rasulullah saw. di Madinah, beliau
bermimpi memasuki Mekah dan melakukan
thowaf di Ka'bah. Ketika hal tersebut beliau
sampaikan kepada kaum Mukminin, mereka
sangat bersuka cita.
Memasuki bulan Dzulqo'dah tahun keenam Hijriyah,(1. Muharrom 2. Safar 3.Robiul Awal 4. Robiul Akhir 6. Jumadil Awal 7. Jumadil Akhir 8. Rojab 9. Sya'ban 10. Romadlon 11. Syawal 12. Dzul Qo'dah 12. Dzulhijjah (bulan Haji), Rosulullah saw. pergi menuju Mekah untuk melaksanakan umroh (sebatas mengunjungi Baitul Harom) bukan
menginginkan peperangan. Saat itu beliau
bersama seribu lima ratus orang yang terdiri
dari kaum Muhajrin, Anshor dan orang-orang
Islam dari penduduk Arab lainnya. Beliau
membawa Al-hadyu (Disunnahkan bagi orang yang datang ke Mekah untuk
mempersembahkan semacam kurban berupa binatang
ternak (unta, sapi atau kambing). Binatang yang dipersembahkan tersebut dinamai Al-Hadyu) dan berihrom dari Dzul
Hulaifah. Istri yang menemani beliau saat itu
adalah Ummu Salamah r.a, janda dari Abu Salamah bin Abdul As'ad(dalam Tarikh Rosulullah SAW karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, nama lengkap Ummu Salamah adalah Hindun binti Abu Umayyah bin Al-Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Maqdhum bin Yaqdhoh bin Murroh bin Ka'ab bin Lu'ay bin Gholib),Kalau kita telusuri masih sejalur dengan nasab Rosulullah yang bersambung di Kyai Murroh (Muhammad Bin 'Abdullah Bin Abdul Muththolib Bin Hasyim Bin Abdi Manaf Bin Qushoy Bin Kilab Bin Murroh Bin Ka'ab Bin Lu'ay Bin Gholib Bin Fihr Bin Malik Bin Nadlor Bin Kinanah Bin Khuzaimah Bin Mudrikah Bin Ilyas Bin Mudlor Bin Nizar Bin Ma'ad Bin Adnan)
Beliau dan para sahabat tidak membawa
perlengkapan perang, namun sebatas perlengkapan musafir sebagaimana umumnya,
berupa pedang yang berada dalam sarungnya.
Lalu beliau mengutus seorang mata-mata dari
Khuza'ah untuk mencari tahu keadaan kaum
Quroisy. Ketika mendekati Usfan-lokasi yang
terletak antara Mekah dan Madinah berjarak
dua marhalah dari Mekah, seorang matamata yang bernama Bisyri bin Suffan Al-Ka'bi
melapor kepada beliau, "Wahai Rasulullah,
Kaum Quraisy telah mengetahui perjalananmu, mereka pun berangkat dengan membawa
unta-unta yang memiliki susu dan anak
(maksudnya, mereka melakukan perjalanan
dengan maksud untuk tinggal lama di suatu
daerah). Mereka menetap di Dzu Thuwa dan
bersumpah tidak akan membiarkanmu memasuki Mekah. Mereka telah memobilisasi kekuatan dari berbagai suku untuk memerangi
dan menghalangimu memasuki Baitul
Haram."
Rasulullah saw. pun mengutus Utsman bin
Affan menemui kaum Quraisy dan menyampaikan
bahwa tujuan Rosulullah hanyalah menunaikan umroh. Saat terdengar berita bahwa Utsman bin Affan dibunuh, beliau menyeru kaum Muslimin untuk mengambil baiat (sumpah setia),
mereka pun berkumpul di bawah sebuah
pohon Ar-Ridlwan, lalu melakukan baiat kepada beliau untuk siap berperang dan tidak
lari. Baiat tersebut dikenal dengan baiat Asy-Syajaroh atau Baiat Ridlwan. Salamah bin
Akwa' berkata, "Kami berbaiat dan beliau
membaiat orang-orang di larangan untuk kabur,
hanya ada dua pilihan, menaklukkkan kota
Mekah atau mati syahid." Hal ini ternyata
menggetarkan orang-orang musyrik, akhirnya
mereka mengutus beberapa orang menemui
beliau untuk damai dan melakukan gencatan
senjata. Akhirnya beliau mengetahui bahwa
berita terbunuhnya Utsman bin Affan adalah palsu.
Berkenaan dengan baiat di atas, Allah
SWT menurunkan ayat, ke 18 surat Al-Fath ini:
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Sungguh, Allah telah meridloi orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,
Perjanjian damai tersebut sejatinya
adalah kemenangan. Saat kembali ke Madinah,
Allah SWT menaklukkan Khoibar untuk beliau,
lalu tanah tersebut dibagikan kepada mereka
yang ikut dalam Perjaniian Hudaibiyah yang
berjumlah seribu lima ratus orang, termasuk
tiga ratus pasukan berkuda. Ini adalah
pendapat Sa'id bin Musayyab, namun yang
masyhur mereka berjumlah seribu empat
ratus orang.
Ketika kaum Quroisy mengetahui hal
tersebut, mereka mengutus Suhail bin 'Amr
untuk melakukan perjanjian damai. Ketika
Rasulullah saw. melihat Suhail bin 'Amr datang,
beliau berkata, "Kaum (maksudnya Quroisy)
menginginkan perdamaian ketika mengutus
laki-laki itu." beliau melanjutkan, "Buatlah
kesepakatan damai antara kami dan kalian."
Beliau memanggil 'Ali bin Abi Tholib sebagai
juru tulis, dan pembicaraan mengenai isi
kesepakatan pun dimulai, Suhail bin 'Amr menolak
pencantuman tulisan basmalah, bismika Allaa'
humma, dan Muhammad Rosulullah. Akhirnya,
diganti dengan, Muhammad bin Abdillah.
Perjanjian pun selesai, isinya; genjatan
senjata di antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun, tidak boleh saling memerangi
dan tidak boleh saling mengganggu. Jika
seseorang dari Quroisy mendatangi Nabi
Muhammad saw tanpa seizin walinya, beliau
harus mengembalikan orang tersebut kepada
Quroisy, namun jika yang mendatangi Quroisy
dari kalangan sahabat beliau, Quroisy tidak
mengembalikannya kepada beliau. Dan, siapa
saja boleh bergabung ke dalam kesepakatan
Muhammad saw. atau kesepakatan Quroisy.
Bani Khuza'ah pun bergegas bergabung
dalam kesepakatan Muhammad saw. dan menjalin aliansi dengan beliau. Sebaliknya, Bani
Bakar bergabung dalam kesepakatan Quroisy.
Pada tahun itu, kaum Muslimin harus
pulang dari Mekah. Lalu, tahun depan Quroisy
harus keluar dari Mekah dan membiarkan
kaum Muslimin memasuki Mekah selama tiga
hari dengan membawa senjata yang biasa
digunakan saat perjalanan, pedang yang disarungkan.
Beberapa pemuka kaum Muslimin seperti Umar Bin Khoththob, memprotes perjanjian tersebut.
Sebab, poin-poin perjanjian tidak seimbang
dan merugikan kaum Muslimin. Namun pada
hakikatnya, perjanjian tersebut adalah kemenangan besar kaum Muslimin. Sebab, dengan perjanjian tersebut, Quroisy mengakui
kedudukan kaum Muslimin dan genjatan
senjata pun berhasil dilakukan, dengannya,
kaum Muslimin bisa beristirahat dari konflik
yang selama ini menyibukkan dan melemahkan mereka. juga, kaum Muslimin bisa menjalankan dakwah Islam dalam suasana tenang
dan damai, sehingga banyak orang Arob yang
memeluk Islam.
Oleh karena itu, perjanjian tersebut merupakan kemenangan yang nyata atau sebagai
langkah awal menaklukkan kota Mekah. Az-Zuhri mengatakan, "Dalam perjalanan Islam,
belum pernah ada kemenangan yang lebih besar dari kemenangan tersebut." Pada waktu
dilakukan perjanjian tersebut, kaum Muslimin
berjumlah seribu lima ratus atau seribu empat
ratus. Kemudian, pada tahun penaklukan kota
Mekah (dua tahun paska perjanjian tersebut),
jumlah kaum Muslimin meningkat menjadi
sepuluh ribu orang, termasuk di antaranya
adalah Khalid bin Walid dan 'Amr bin Ash.
Abdullah bin Mas'ud, Jabir dan Al-Barro berkata, "Kalian menilai bahwa kemenangan
itu adalah kemenangan Penaklukan kota
Mekah, namun kami menilai bahwa sejatinya
kemenangan itu adalah perjanjian Hudaibiyah.
Setelah Rosulullah saw. memotong hadyu,
beliau terhalang meneruskan perjalanan
menuju Mekah dan kembali pulang. Dalam
perjalanan pulang itulah, pada suatu malam
ketika berada di antara Mekah dan Madinah,
turunlah surah Al-Fath kepada beliau.
Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasa'i, dan
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia
berkata, "Ketika kami kembali dari Hudaibiyah,
di tengah perjalanan kami beristirahat malam
dan tidur. Ketika kami terbangun, ternyata
matahari sudah terbit. Kami pun bergegas
bangun dan ketika itu Rosulullah saw. masih
tertidur, lalu kami berkata, 'Bangunkanlah
beliau.' Saat terbangun, beliau bersabda,
'Lakukanlah yang biasa kalian lakukan dan
yang harus dilakukan oleh orang yang tertidur
atau lupa (maksudnya, mengqodlo sholat).''
Ibnu Mas'ud meneruskan ceritanya, "Waktu
itu kami kehilangan unta Rosulullah saw.,
kami mencarinya dan menemukannya dalam
keadaan terikat pada sebuah pohon. Kami
pun menyerahkannya, lalu beliau menaikinya.
Ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba ada
wahyu yang turun kepada beliau. Jika ada
wahyu turun kepada beliau, kondisi beliau
tampak kepayahan dan berat. Ketika kondisi
yang melingkupi beliau telah hilang beliau
memberitahukan kepada kami bahwa telah
turun kepada beliau ayat اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
Keutamaan Surah Al-Fath
Surah ini turun kepada Nabi Muhammad
saw sepulangnya dari Hudaibiyah. Imam
Ahmad, Imam Bukhari, Imam At-Tirmidzi, dan Imam An-Nasa'i meriwayatkan dari Umar bin Khoththob r.a?.,
Rosulullah saw. bersabda,
نَزَلَتَ عَلَيَ الْبَارِحَةَسُوْرَةٌهِيَاَحَبَ اِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَاوَمَافِيْهَا (اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ)
"Tadi malam, telah turun kepadaku sebuah
surah yang lebih kucintai daripada dunia seisinya, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ
Dalam kitab Shofwatut Tafasir Syeikh Muhammad Ali As-Shobuni mengutip hadits Nabi Muhammad saw riwayat Imam Ahmadلَقَدْ أَنْزَلَتْ عَلَي اللَّيْلَةِ سُوْرَةُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
Sungguh telah diturunkan kepadaku pada suatu malam sebuah surat yang lebih aku sukai daripada dunia segenap isinya.” (HR Ahmad).Juga riwayat Al-Mas’udi yang dikutip Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an:َبَلَغَنِي أَنَّهُ مَنْ قَرَأَ سُوْرَة َالْفَتْحِ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فِي صَلاَةِ التَّطَوُّعِ حَفَظَهُ اللهُ ذَلِك الْعَام
“Telah sampai kepadaku riwayat yang menyatakan bahwa orang yang membaca surat Al-Fath di malam pertama bulan Ramadhan di dalam shalat sunah, maka Allah akan menjaganya pada tahun itu.”
Uniknya, keutamaan surat Al-Fath bukan hanya berdasarkan nash, tapi juga berdasarkan tajribah atau pengalaman spiritual sebagian Waliyullah seperti disebutkan dalam kitab Khazinatul Asrar:وقال بعض العارفين: من قرأ سورة الفتح عند رؤية هلال رمضان في أول ليلة وسع الله رزقه في ذلك العام إلى آخره
“Telah berkata sebagian Arifin: “Barang siapa membaca surat Al-Fath ketika melihat hilal Ramadhan di awal malam, maka Allah akan meluaskan rezekinya pada tahun tersebut hingga sampai akhir.” (Muhammad Haqqi An-Nazili, Khazinatul Asrar, riwayat yang bersumber dari Abdullah bin Mughaffal ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (قَرَأَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ سُوْرَةَ اْلفَتْحِ فَرَجَّعَ فِيْهَا)
Dari Abdullah bin Mughaffal RA, dia berkata, “Nabi Muhammad SAW membaca pada hari Fahtu Makkah surah al-Fath dan mengulangnya.” (HR al-Buhakri) Riwayat lainnya adalah yang bersumber dari Musawir bin Mahkramah:
عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ وَمَرْواَنَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَا: (نَزَلَتْ سُوْرَةُ اْلفَتْحِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةَ فِي شَأْنِ الْهُدَيْبِيَةِ مِنْ اَوَّلهِاَ اِلَى اَخِرِهَا.)
Dari Miswari bin Mahkramah dan Marwan bin Hakam berkata: “Surah al-Fath diturunkan antara Makkah dan Madinah pada peristiwa Hudaibiyah dari awal hingg akhir.” (HR al-Hakim)
Terdapat juga keterangan dari riwayat lainnya bersumber dari Ibnu ‘Abbas RA:
عَنْ ابْنِ عباس رَضِيَ اللهُ عَنْهما قَالَ: نَزَلَتْ سُوْرَةُ اْلفَتْحِ بالْمَدِيْنَةَ
Dari Ibnu ‘Abbas RA dia berkata: “Surah al-Fath diturunkan di Madinah.”
Keutamaan Surat Al-Fath Jika Dibaca di Awal Bulan Ramadan
- Sebagian orang makrifat mengungkapkan bahwa barang siapa membaca surat Al Fath di permulaan malam pada bulan Ramadhan, maka ia akan terjaga dari berbagai penyakit selama setahun kemudian.
- Apabila surat Al Fath dibaca pada tiga malam permulaan bulan Ramadhan maka pembacanya akan diberi kelapangan rezeki dalam masa setahun kemudian.
- Bila seseorang membaca surat ini secara terus-menerus setiap hari, maka ia akan ditemui Rasulullah dalam mimpi.
- Barang siapa membacanya secara istiqamah hingga akhir hayatnya maka ia kelak berkumpul dengan orang yang mati syahid.
- Dalam sebuah hadis Rasulullah menjelaskan bahwa membaca surat Al Fath sama dengan pahalanya berperang syahid bersama Rasulullah semasa Fathu Makkah.
- Barang siapa yang membaca surat al-Fath sekali setiap selesai shalat fardu, maka Allah akan memberikan kemenangan baginya dalam melawan godaan setan dan hawa nafsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar