Sabtu, 28 Desember 2024

SYUBHAT SURAT AL-FATH AYAT 2

SURAT AL-FATH

MADANIWAH, DUA PULUH SEMBIIAN AYAT 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ

Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.

لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ

Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,

وَّيَنْصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيْزًا

dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).

{ إنا فتحنا لك } قضينا بفتح مكة وغيرها في المستقبل عنوة بجهادك { فتحا مبينا } بينا ظاهرا
 
1. (Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan kepadamu) maksudnya Kami telah memastikan kemenangan bagimu atas kota Mekah dan kota-kota lainnya di masa mendatang secara paksa melalui jihadmu (yaitu kemenangan yang nyata) artinya, kemenangan yang jelas dan nyata.
 
{ ليغفر لك الله } بجهادك { ما تقدم من ذنبك وما تأخر } منه لترغب أمتك في الجهاد وهو مؤول لعصمة الأنبياء عليهم الصلاة والسلام بالدليل العقلي القاطع من الذنوب واللام للعلة الغائبة فمدخولها مسبب لا سبب { ويتم } بالفتح المذكور { نعمته } إنعامه { عليك ويهديك } به { صراطا } طريقا { مستقيما } يثبتك عليه وهو دين الإسلام
 
2. (Supaya Allah memberi ampunan kepadamu) berkat jihadmu itu (terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) supaya umatmu mau berjihad karena akan mendapat ampunan seperti kamu. Pengertian ayat ini mengandung penakwilan, mengingat para nabi maksum dari segala perbuatan dosa yang hal ini telah ditetapkan berdasarkan dalil aqli dan naqli. Dengan demikian maka huruf Lam pada permulaan ayat ini menunjukkan makna Illatul Ghooibah dan lafal yang dimasukinya merupakan Musabbab bukan Sebab (serta menyempurnakan) melalui kemenangan tersebut (nikmat-Nya) pemberian nikmat-Nya (atasmu dan memimpin kamu) melalui kemenangan itu (kepada jalan) yakni tuntunan (yang lurus) artinya Allah memantapkan kamu pada agama Islam.
 
{ وينصرك الله } به { نصرا عزيزا } ذا عز لا ذل معه
 
3. (Dan supaya Allah menolongmu) melalui agama Islam itu (dengan pertolongan yang mulia) tidak pernah hina atau pertolongan yang kuat dan tidak dapat dikalahkan.
Qiroo'at
صِرَاطًا Qunbul membaca سِرَاطًا
Kema’shuman adalah terjemah dari kata ‘ish-mah dalam bahasa Arab, berasal dari kata ‘ashoma (عَصَمَ). Imam Ibnu Qutaibah rohimahullah berkata, “’Ashama (عَصَمَ) artinya mana’a, darinya muncul kata ‘ish-mah (اَلْعِصْمَةُ) dalam agama, yaitu: terjaga dari kemaksiatan.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, kema’shûman adalah sifat para Nabi, yaitu mereka semua terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para Nabi terkadang mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allah Ta’ala segera meluruskannya.
HR. Ibnu Majah, dari Anas bin Malik Rodliyallahu anhu yang dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Al-Misykah dan Shohih Sunan Ibni Majah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah mereka yang banyak bertaubat.
HR. Tirmidzi yangdishohihkan oleh Al-Albani
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّتِى – أَوْ قَالَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ – – عَلَى ضَلاَلَةٍ
Dari Ibnu Umar, bahwa Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku –atau umat Muhammad- di atas kesesatan”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata, “Ahlus Sunnah tidak menjadikan perkataan seseorang dari mereka ini (yakni para Ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan lainnya-pen) ma’shum (terjaga dari kesalahan) yang wajib diikuti. Bahkan jika mereka berbeda pendapat tentang sesuatu, mereka mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Al-Qur'anul Karim surat An-Nisa'(4) ayat65
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Ahzab(33) ayat 36
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Qolam(68) ayat 3
وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍۚ
Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Qolam(68) ayat 4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Anbiyya(21) ayat 107
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
I'roob
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ Hurur lam pada لِّيَغْفِرَ berta'alluq kepada  ltu adalah لام كي dan termasuk huruf jarr yang bisa masuk kepada fi'il, karena keberadaan yang dikira-kirakan keberadaannya yang terletak setelah لام. Oleh karena itu, fi'il yang terletak setelahnya dibaca manshuub. Susunan antara fi'il dan اَنْ diasumsikan sebagai isim, oleh karenanya لام جر pada haqiqotnya tidak masuk kecuali kepada isim.
وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ Susunan kalimat ini pada asalnya adalah وَيَهْدِيَكَ اِلَّا صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ lalu ketika jarr ilang dibuang وَيَهْدِيَكَ tersambung dengan صِرَاطًا yang dibaca manshuub. Dalam Al-Fiyyah Ibnu Malik di jelaskan:

حُرُوفُ الْجَرِّ
هَاكَ حُرُوْفَ الْجَرِّوَهْيَ مِنْ إلَى (#) حَتَّى خَلاَحَاشَاعَدَافِي عَنْ عَلَى
مُذْمُنْذُرُبَّ الَّلامُ كَيْ وَاوٌوَتَا (#) وَالْكَافُ وَالْبَاوَلَعَلَّ وَمَتَى
بِالْظَّاهِرِاخْصُصْ مُنْذُمُذْوَحَتَّى (#) وَالْكَافَ وَالْوَاوَوَرُبَّ وَالْتَّا
وَاخْصُصْ بِمُذْوَمُنْذُوَقْتَاًوَبِرُبّ (#) مُنَكَّرَاوَالْتَّاءُللَّهِ وَرَبّ
وَمَارَوَوْامِنْ نَحْوِرُبَّهُ فَتَى (#) نَزْرٌكَذَاكَهَاوَنَحْوُهُ أَتَى
بَعِّضْ وَبَيِّنْ وَابْتَدِىءْفِي الأَمْكِنَهْ (#) بِمِنْ وَقَدْتَأْتِي لِبَدْءِالأَزْمِنَهْ
وَزِيْدَفِي نَفْي وَشِبْهِهِ فَجَرّ (#) نَكِرَةًكَمَالِبَاغٍ مِنْ مَفَرّ
لِلانْتِهَاحَتَّى وَلاَمٌ وَإِلَى (#) وَمِنْ وَبَاءٌيُفْهِمَانِ بَدَلاَ
وَالَّلامُ لِلْمِلْكِ وَشِبْهِهِ وَفِي (#) تَعْدِيَةٍأَيْضَاًوَتَعْلِيْلٍ قُفِي
وَزِيْدَوَالْظَّرْفِيَّةَاسْتَبِنْ بِبَا (#) وَفِي وَقَدْيُبَيِّنَانِ الْسَّبَبَا
بِالْبَااسْتَعِنْ وَعَدِّعَوِّضْ أَلْصِقِ (#) وَمِثْلَ مَعْ وَمِنْ وَعَنْ بِهَاانْطِقِ
عَلَى لِلاسْتِعْلاَوَمَعْنَى فِي وَعَنْ (#) بِعَنْ تَجَاوُزَاًعَنَى مَنْ قَدْفَطَنْ
وَقَدْتَجِي مَوْضِعَ بَعْدٍوَعَلَى (#) كَمَاعَلَى مَوْضِعَ عَنْ قَدْجُعِلاَ
شَبِّهْ بِكَافٍ وَبِهَاالْتَّعْلِيْلُ قَدْ (#) يُعْنَى وَزَائِدَاًلِتَوْكِيْدٍوَرَدْ
وَاسْتُعْمِلَ اسْمَاًوَكَذَاعَنْ وَعَلَى (#) مِنْ أَجْلِ ذَاعَلَيْهِمَامِنْ دَخَلاَ
وَمُذْوَمُنْذُاسْمَانِ حَيْثُ رَفَعَا (#) أَوْأُولِيَاالْفِعْلَ كَجِئْتُ مُذْدَعَا
وَإِنْ يَجُرَّافِي مُضِيٍّ فَكَمِنْ (#) هُمَاوَفِي الْحُضُوْرِمَعْنَى فِي اسْتَبِنْ
وَبَعْدَمِنْ وعَنْ وَبَاءٍزِيْدَمَا (#) فَلَمْ تَعُقْ عَنْ عَمَلٍ قَدْعُلِمَا
ْوَزِيْدَبَعْدَرُبَ وَالْكَافِ فَكَفْ (#) وَقَدْتَلِيْهِمَاوَجَرٌّلَمْ يُكَف
وَحُذِفَتْ رُبَّ فَجَرَّتْ بَعْدَبَلْ (#) وَالْفَاوَبَعْدَالْوَاوِشَاعَ ذَاالْعَمَلْ
وَقَدْيُجَرُّبِسِوَى رُبَّ لَدَى (#) حَذْفٍ وَبَعْضُهُ يُرَى مُطَّرِدَا
Balaaghoh
B. Balaghoh )البالغة)
Pengertian Balaghoh.
ِاَلْبَالَغَةُ فِي مَفْهُوْمِهَا الَلُّغَوِىُ اِنْتِهَاءُ الشَيْئِ اِلَى غَايَتِهِ الْمَطْلُوْبَة.
وَأَمَّا الْبَالَغَةُ اِصْطِلَاحًا: تَكُوْنُ وَصْفًا لِلْكَلاَمِ وَالْمُتَكلم و الكلام
البليغ هو الوضع المعنى. الفصيح العبارة. الملائم للموضع الذى يطلق
فيه و الاشخاص الذين يخاطبون.
و بالغة المتكلم هي: ملكة فى النفس يقتدر صاحبها بها على تأليف
كلام بليغ مطابق لمقتضى الحال مع فصاحته فى أي معنى قصده.
Pengertian Balaghah menurut Bahasa adalah sampainya sesorang kepada tujuan yang hendak dicapainya .
Balaghah menurut Istilah ada dua macam:
1. Balaghah Kalam.
2. Balaghah Mutakallim.
Balaghah kalam artinya ma’nanya jelas, ungkapannya fasih, sesuai tempat dan keadaan orang yang diajak bicara.
Contoh:
Berbicara dengan orang yang cerdik singkat, tidak perlu penjelasan dan uraian. Berbicara dengan anak-anak tidak memakai kalimat yang sukar.
Mutakallim Balig yaitu bakat yang dimliki seseorang dan ia mampu menyusun kalam baliq sesuai dengan tuntutan keadaan , fasih menggunakan ma’na apa saja yang terlintas dalam pikirannya dan yang tergerak dalam dadanya.
Mutakallim juga mampu menggunakan kata-kata dalam segala bentuk, seperti memuji, meratap, mencela, bergembira, dan lain sebagainya sesuai dengan situasi.
Untuk menupuk bakat ini harus membiasakan penggunaan bahasa arab yang fasih dan benar serta menghafal kata-kata yang dianggap sulit.
Adapun perbedaan fasohah dengan Balaghoh adalah Fashohah hanya terbatas kepada lafadz, sedangkan Balaghah mencakup Lafadz dan makna.
وَمَا تَاَخَّرَ dan مَا تَقَدَّمَ Terdapat Ath-Thibaaq antara keduanya.
ILMU BADI’
Dalam kitab Qowaid Al-Lughotul 'Arrobiyah dan juga Menurut Al-Hasyimi dalam kitab Jawahirul-Balaghoh :memberikan defenisi Ilmu Badi’ adalah :
علم يعرف به وجوه تحسين الاكلام المطأ بق لمقتضي الحال وهذه الوجوه ترجع الى تحسين المعنى و يسمي با لحسنا ت المعنوية وما يرجع منها الي تحسين اللفظ يسمي بالحسنات اللفظية
Ilmu Badi’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan sebuah kalimat yang sesuai dengan keadaaan,jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna,maka dinamakan dengan muhassinaat al-maknawiyah. Dan bila aspek keindahan itu ada pada lafadz, maka dinamakan dengan muhassinaatul-lafdhiyah’.
Tapi kalau Dalam kitab Jauharul Maknun karangan Imam Akhdhori
ilmu Badi' yaitu :
علم يعرف به وجوه تحسين الكلام بعد رعاية المطابقة و وضوح الذلالة
Yaitu ilmu untuk mengetahui cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara muthobaqoh dan kejelasan dalalahnya.
علم به وجوه تحسين الكلام # تعرف بعد رعي سابق العوام
ثموجوه حسنه ضربان # بحسب الالفاظ والمعانى
Ilmu untuk mengetahui cara-cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara tujuan yang lalu (muthabaqoh dan wuduhudz-dzalalah). Kemudian cara membentuk kalam yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan lafadzh dan maknanya.
Ilmu Badi di bagi 2:
1. مُحَسَنَةالْلفظيَّة
2. مُحَسَنَةالْمَعْنوِيَّة
D. Muhassinat Al-Ma'nawiyah مُحَسَنَةالْمَعْنوِيَّة di bagi beberapa bagian:
1. Badi’ Tauriyah
2. Badi’ At-Tibaq
3. Badi’ Muqobalah
4. Badi’ Muroah An-Nadzir
5. Badi’ Al-Istikhdam
6. Badi’ Al-Jam’u
7. Badi’ At-Tafriq
8. Badi’ At-Taqsim
9. Badi’ Ta’kid Al-Madah
10.Badi’ Ta’kid Az-zam
11.Badi’ Husnu Ta’lil
12.Badi’ Tazahulul’ Arif
13.Badi’ Taujih
Ath-Thibaq yaitu :
اَلْجَمْعُ بَيْنَ لََفْظَيْنِ مُقَابَلَيْنِ فِى الْمَعْنَى وَبسمى بِالْمُطَابَقَةِوَبِالتِّضَادِ
Berhimpunnya dua kata dalam suatu kalimat yang masing-masing kata tersebut saling berlawanan dari segi maknanya

FAIDAH WAZAN TAFA”ALA تفعّل
Menambah huruf TA’ di awal kalimah dan mendobelkan Ain Fi’il

1. Li Muthawa’ah “Fa”ala” (sebagai Muthowa’ah dari fi’il wazan “Fa”ala) Muthowa’ah adalah peristiwa terjadi oleh sebab pekerjaan Fi’il Muta’addi, contoh:

كسرت الزجاج, فتكسر

KASSARTU AZ-ZUJAAJA FA TAKASSARO = aku memecahkan kaca, maka kaca menjadi pecah.

2. Lit-Takalluf (berdaya upaya dalam pekerjaan untuk menghasilkan), contoh:

تشجع زيد

TASYAJJA’A ZAIDUN = Zaid memberanikan diri.

3. Li ittikhaadil-faa’il ashlal-fi’li maf’uulan (menjadikan asal bentuk Fi’il sebagai Maf’ul), contoh:

تبنيت يوسف

TABANNAITU YUUSUFA = aku mengambil Yusuf sebagai anak.

4. Lid-dalaalati ‘alaa mujaanabatil-fi’li (untuk menunjukkan keengganan), contoh:

تذمم زيد

TADZAMMAMA ZAIDUN = Zaid menghindari celaan.

5. Lis-Shoiruuroh (menjadi),contoh:

تأيمت المرأت

TA’AYYAMAT AL-MAR’ATU = perempuan itu menjadi janda.

6. Lid-dalaalati ‘alaa hushuuli ashlil-fi’li marrotan ba’da ukhroo (menunjukkan pekerjaan terjadi satu demi satu), contoh:

تجرع زيد

TAJARRO’A ZIDUN = Zaid minum seteguk demi seteguk.

7. Lit-Tolab (mengharap), contoh:

تعدجل الشيء

TA’AJJALA ASY-SYAI’A = dia mengharap sesuatu dg segera

تبين الشيء

TABAYYANA ASY-SYAI’A = dia mengharap kejelasan sesuatu.

Nadhom Maksud

ِفَصْلٌ فِي أَبْوَابِ الثُّلَاثِي الْمَزِيْد
أَوَّلُـهَا الرُّبَـاعِ مِثْلُ أَكْرَمَــا (10) وَفَعَّـلَ وَ فَـاعَلاَ كَـخَاصَمَـــا
وَاخْصُصْ خُمَاسِيًّا بِذِي الأَوْزَانِ (11) فَـبَـدْؤُهَا كَـا نْكَـسَرَ وَ الثَّـانِي
اِفْـتَعَلَ اِفْـعَلَّ كَذَا تَفَــعَّلاَ (12) نَــحْوُ تَعَــلَّمَ وَزِدْ تَفَاعَـــلاَ
ثُمَّ السُّدَاسِيْ استَفْعَلاَ وَ افْعَوْعَـلاَ (13) وَافْعَــوَّلَ افْعَـنْلَى يَـلِيهِ افْعَنْلَـلاَ
وَافْعَالَ مَا قَدْ صَاحَبَ الَّلاَمَينِ (14) زَيْـدُ الرُّبَاعِـيِّ عَلَـى نَوْعَــيْنِ

ذِي سِتَّةٍ نَحْوُ افْعَلَلَّ افْعَنْلَـلاَ (15) ثُـمَّ الـخُـمَاسِيْ وَزْنُـهُ تَفَعْلَـلاَ
Mufrodaat Lughowiyyah
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ kata اَلْفَتْحُ secara etimologi asalnya adalah اِزَالَةُالْاَغْلَاقِ  (melepaskan gembok). اَلْفَتْحُ dalam bab jihad berartinya keberhasilan menguasai suatu daerah secara paksa maupun damai, melalui perang atau yang lainnya. Sebab, daerah tersebut sebelumnya masih tertutup selagi belum dikuasai. Ketika daerah tersebut berhasil dikuasai dan berada dalam genggaman, daerah tersebut berarti telah dibuka. Maksud ayat ini, Kami telah memutuskan untukmu menaklukkan Mekah dan yang lainnya pada masa mendatang melalui jihad yang kamu lakukan dengan kemenangan yang nyata. Atau, itu adalah janji menaklukkan Mekah untuk beliau. Pengungkapan dengan fi'il maadhi di sini menunjukkan kepastian terjadinya hal itu sehingga seperti sesuatu yang telah nyata.
Menurut para ulama, maksud Al-fath di sini adalah Perlanjian Hudaibiyah. Hudaibiyah adalah nama sumur yang terletak di tempat tersebut). Perjanijian Hudaibiyah disebut Al-fath (kemenangan), dengan adanya perjanjian tersebut, kota Mekah ditaklukkan. Ini merupakan majas mursal dengan 'alaaqoh sababiyyah, menyebutkan sebab namun yang dimaksud adalah akibatnya. Imam Az-Zuhri mengatakan, "Belum pernah ada kemenangan yang lebih besar dari Perjanjian Hudaibiyah. Dengan adanya perjanjian damai tersebut, orang-orang musyrik berbaur dengan orang-orang Mukmin dan mendengar perkataan mereka, sehingga Islam meresap ke dalam hati mereka. Hanya dalam tiga tahun, orang-orang memeluk Islam, setelah itu, kaum Muslimin mendatangi Mekah dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, mencapai sepuluh ribu orang lalu mereka menaklukkan Mekah."
Di pihak lain, sekelompok ulama berpendapat, "Maksud Al-fath dalam ayat ini adalah fathul Mekah (penaklukan kota Mekah). Allah SWT menjanjikan hal ini kepada Nabi Muhammad saw. melalui berita gembira dariNya untuk Rasulullah saw. dan kaum Mukminin. Imam Zamakhsyari mengatakan,'Yang dimaksudkan adalah fathul Mekah. Surah ini turun saat beliau pulang dari Mekah setelah Perjaniian Hudaibiyah, sebagai sebuah bahwa beliau akan menaklukkan Mekah. Dalam ayat ini, janji tersebut diungkapan dengan fi'il maadlii sebagaimana yang biasa digunakan Allah SWT dalam menyampaikan berbagai informasi-Nya. Sebab, berbagai informasi tersebut bersifat pasti ada dan terjadi. Hal seperti ini mengandung ungkapan yang luar biasa dan petunjuk atas keluhuran Sang Pemberi informasi."
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ Al-fath; baik yang dimaksud adalah fathul Mekah atau Perjanjian Hudaibiyyah, bisa menjadi sebab pengampunan dan pahala dari Allah SWT atas dasar bahwa fathul Mekah merupakan jihad melawan musuh. Begitu juga dengan Perjanjian Hudaibiyyah, meskipun di dalamnya tidak terjadi peperangan yang sengit, namun sempat terjadi saling lempar panah dan bebatuan di antara keduanya, atau atas dasar pertimbangan Perjanjian Hudaibiyyah merupakan sebab fathul Mekah. Karena dalam kejadian tersebut ditemukan usaha keras, itulah yang menjadi sebab ampunan dari Allah SWT.
Jika Al-fath tidak dijadikan sebagai sebab untuk ampunan, penyebutan lam di sini, sebagaimana yang dikatakan Imam Zamakhsyari, adalah sebagai sebab untuk empat hal berikut; ampunan, penyempurnaan nikmat, hidayah kepada jalan yang lurus, dan pertolongan yang kuat (maksudnya, mewuiudkan keseluruhan dari hal-hal tersebut). Seakan-akan di sini dikatakan, "Kami memudahkan untukmu penaklukan Mekah atau Hudaibiyah dan Kami menolongmu atas musuhmu supaya Kami himpunkan kemuliaan dunia dan akhirat, serta berbagai tujuan duniawi dan ukhrowi untukmu."
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ semua kesalahanmu dari berbagai tindakan yang patut ditegur. Karena para nabi terjaga dari dosa besar dan kecil, maksud اَلْذَنْۢبُ di sini adalah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang lebih utama dan ideal bagi kedudukan para nabi. Maka, ini masuk dalam kategori حَسَنَةُالْاَبْرَارِسَيِّئَةُالْمُقَرَّبِيْنَ (segala perbuatan yang jika dilakukan oleh mereka yang berada dalam tingkatan الْاَبْرَارِ  atau orang-orang yang patuh, itu termasuk kategori perbuatan baik. Namun jika dilakukan oleh mereka yang berada dalam tingkatan الْمُقَرَّبِيْنَ atau orang-orang yang didekatkan kepada Allah SWT itu termasuk kategori perbuatan jelek). Atau, maksudnya adalah sesuatu yang menurut pandangan beliau luhur adalah dosa, meskipun itu bukanlah dosa. Di sini terkandung motivasi kepada umat untuk berjihad.
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT menyempurnakan nikmatNya kepadamu dengan diluhurkannya agama, menghimpunkan antara kekuasaan dan kenabian serta p enaklukan berbagai negeri وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT meneguhkanmu di atas jalan yang lurus; agama Islam, mendakwahkannya dan menegakkan syiar-syiarnya. وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT memberikan kemenangan mulia dan kuat, ia adalah kemenangan yang tidak ada lagi kehinaan setelahnya. Atau, memuliakan orang yang dimenangkan yang tidak setiap orang mendapatkannya. Sehingga, penyifatan seseorang dengan kemenangan agung ini adalah untuk melebihlebihkan.
Sebab Turunnya Ayat
Ayat 1
Imam Hakim dan yang lainnya meriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Hakam, keduanya berkata, "Surah Al-Fath dari awal hingga akhir; turun di daerah antara Mekah dan Madinah, berkenaan dengan peristiwa Hudaibiyah."
Ayat 2
Imam Ahmad, Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, dan Imam Hakim meriwayatkan dari Anas, ia berkata, "Ayat لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ di turunkan kepada Nabi Muhammad saw. saat beliau kembali dari Hudaibiyah. Beliau lalu bersabda, 'Telah diturunkan kepadalat ayat yang kucintai dari apa yang ada di muka bumi,' dan membacakannya kepada para sahabat. Para sahabat berkata, 'Selamat untukmu wahai Rasulullah, Allah SWT telah menielaskan sesuatu yang diperbuat terhadapmu, lalu apa yang akan diperbuat terhadap kami?' Lalu turunlah ayat yang ke 5 dari surat Al-Fath
لِّيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عِنْدَ اللّٰهِ فَوْزًا عَظِيْمًاۙ
Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar,
Ibnu Abbas berkata, "Orang-orang Yahudi merasa senang dengan sesuatu yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin ketika turun ayat, surat Al-Ahqof (46) ayat ke 9
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Orang-orang Yahudi itu berkata, 'Bagaimana kami mengikuti orang yang tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadap dirinya.'Hal ini pun sangat menganggu beliau, lalu Allah SWT menurunkan ayat,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ, وَّيَنْصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيْزًا
Tafsir dan Penjelasan
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ wahai Rasul, Kami memberimu kemenangan yang nyata dan tidak diragukan lagi. Kemenangan tersebut adalah Perjanjian Hudaibiyah yang selanjutnya menjadi sebab penaklukan kota Mekah serta tersebarnya ilmu yang bermanfaat dan keimanan. Atau, kemenangan ini adalah penaklukan kota Mekah yang dijanjikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw.. Diungkapkan menggunakan fi'il maadli karena kepastiannya. Ini adalah berita gembira yang agung dari Allah SWT untuk Rasul-Nya dan kaum Mukminin, sebagaimana yang telah kami jelaskan di Almufrodaat Al-lughowiyyah di atas.
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ agar selain mendapatkan ampunan, kamu juga mendapatkan kesempurnaan nikmat dalam kemenangan tersebut, hidayah kepada jalan yang lurus, dan pertolongan yang kuat, sehingga terciptalah kemuliaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat bagimu. Ampunan tersebut mencakup seluruh kelalaianmu sebelum dan setelah menjadi Rosul berupa berbagai tindakan yang bagimu bernilai tidak sesuai dengan yang lebih utama (khilaaful awlaa) mengingat kedudukanmu yang luhur, namun selain kamu, tindakan tersebut tidak termasuk dosa. Ini masuk dalam kategori حَسَنَةُالْاَبْرَارِسَيِّئَةُالْمُقَرَّبِيْنَ .lni mengandung penghormatan dan pemuliaan agung kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan salah satu keistimewaan khusus bagi beliau.
Imam Ahmmad, Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Al-Mughiroh bin Syu'bah, ia berkata, 
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم
"Rosulullah saw. menunaikan sholat hingga kedua telapak kaki beliau bengkak. Lalu dikatakan kepada beliau, 'Bukankah Allah SWT telah mengampuni seluruh dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?' Beliau menjawab, Jika begitu, tidakkah aku sebagai seorang hamba yang harus banyak bersyukur?''
Istri beliau yakni Aisyah r.a. pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi saw. sholat hingga bengkak kedua kakinya. Dalam hadits H.R Muslimو Imam Ahmad di ceritakan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
Aisyah r.a. berkata, Rosulullah saw. ketika melaksanakan sholat maka beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rosulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”.
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ
supaya Allah SWT menyempurnakan nikmatNya kepadamu dengan meluhurkan agama, tersebarnya Islam, penaklukan negeri-negeri dari timur hingga barat, dan mengangkat kedudukanmu di dunia dan akhirat' juga, supaya Allah SWT membimbingmu ke jalan yang lurus dengan syari'at yang agung untukmu, meneguhkanmu di atas hidayah hingga Dia memanggilmu untuk menghadap kepada-Nya' juga, supaya Allah SWT memenangkan atas musuh-musuhmu dengan kemenangan yang kuat yang tiada lagi kehinaan setelahnya, atau kemenangan yang sangat sulit didapatkan dan tiada padanannya.
Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Dari ayat-ayat di atas bisa diambil sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
l. Allah SWT menggembirakan Nabi Muhammad saw. dan kaum Mukminin dengan kemenangan yang agung dan nyata. Kemenangan tersebut menurut jumhur, sebagaimana yang sudah pernah disinggung di atas, adalah Perjanjian Hudaibiyah yang selanjutnya menjadi penyebab keberhasilan penaklukan kota Mekah, tersebarnya ilmu yangbermanfaat dan keimanan, orangorang saling berbaur dan orang Mukmin dapat berkomunikasi dengan orang kafir.
Musa bin Uqbah mengatakan, 
وَعِنْدَ عَوْدَةِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنَ الْحُدَيْبِيَّةِ، قَالَ أَحَدُهُمْ: "لََيْسَ هَذَا نَصْرًا، لَِأنَّهُمْ (كُفَّارٌ قُرَيْشٌ) نَجَحُوْا فِي دُخُوْلِ مَكَّةَ". قََالَ: لاَ، هَذَا هُوَ النَّصْرُ اْلأَعْظَمُ. وَقََدْ يَكْتَفِي الْمُشْرِكُوْنَ بِمَنِعِكَ مِنْ دُخُوْلِ أَرْضِهِمْ، وَيَطْلُبُوْنَ الْقَرَارَ، وَيَطْلُبُوْنَ اْلأَمَانَ مِنَ النَّاسِ، وَقََدْ شَهَدُوْا عَلَيْكَ مَا يَكْرَهُوْنَهُ مِنْكَ
"Sekembalinya kaum Mukminin dari Hudaibiyah, ada seseorang berkata, 'lni bukanlah kemenangan, karena mereka (kaum kafir Quroisy) berhasil menghalau kami memasuki Mekah.'Lalu Rosulullah saw. bersabda, 'Tidak ini adalah kemenangan terbesar. Orang-orang musyrik dengan puas bisa menghalangi kalian memasuki negeri mereka, meminta keputusan, dan memohon keamanan kepada kalion, sementara mereka telah menyaksikan sesuatu yang mereka benci dari kalian.''
Imam Zamakhsyari bertanya-tanya, "Bagaimana hal itu dikatakan sebagai kemenangan, sedangkan kaum Mukminin terhalang dari perjalanan mereka menuju Mekah dan mereka akhirnya memotong hewan serta mencukur rambut di Hudaibiyah?" Imam Zamakhsyari kemudian menjawab, "ltu adalah sebelum genjatan senjata, ketika orang-orang musyrik memintanya, dan dilakukan, itulah kemenangan yang nyata."
Terkait dengan ayat pertama, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ Asy-Sya'bi berkata, "Maksudnya adalah Perjanjian Hudaibiyah. Rosulullah saw. mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan dalam peperangan, yaitu Allah SWT memberikan ampunan kepada beliau atas dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang diadakannya Baiat Ridhwan, kaum Muslimin yang ikut pada waktu itu mendapatkan kebun kurma Khoibar; hewan Al-Hadyu sampai ke tempat penyembelihannya, dan Romawi berhasil mengalahkan Persia sehingga kaum Mukminin bergembira karena kemenangan kaum Ahli Kitab Romawi atas kaum Majusi (Persia). Di atas telah disebutkan perkataan Az-Zuhri terkait dengan masalah ini.
Kesimpulannya, ada tiga hal yang terwujud dalam Perjanjian Hudaibiyah. Pertama, mengetahui kekuatan musuh dan kapasitas pandangan musuh saat menyerah, politik, dan perjaniian. Kedua, terseleksinya orang-orang Mukmin dan orang-orang munafik. Ketiga, berbaurnya kaum Muslimin dengan kaum musyrik yang berimplikasi banyaknya dari mereka yang memeluk Islam.
Ada pendapat yang mengatakan, "ltu adalah penaklukan kota Mekah, ini selaras dengan akhir surah sebelumnya; Allah SWT memerintahkan untuk berjihad dengan jiwa dan harta, memerintahkan untuk berinfak di jalan Allah S.W.T, dan melarang untuk meminta damai dalam firman-Nya,'janganlah kalian meminta damai dengan inisiatif dari kalian, namun hendaklah kalian sabar mereka (musuh) akan meminta damai dan berusaha mendapatkannya, sebagaimana saat peristiwa Hudaibiyah."'
Imam Zamakhsyari bertanya-tanya, "Bagaimana hal itu dikatakan sebagai kemenangan, sedangkan kaum Mukminin terhalang dari perjalanan mereka menuju Mekah dan mereka akhirnya memotong hewan serta mencukur rambut di Hudaibiyah?" Imam Zamakhsyari kemudian menjawab, "ltu adalah sebelum genjatan senjata, ketika orang-orang musyrik memintanya, dan dilakukan, itulah kemenangan yang nyata."
Terkait dengan ayat pertama, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ Asy-Sya'bi berkata, "Maksudnya adalah Perjanjian Hudaibiyah. Rosulullah saw. mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan dalam peperangan, yaitu Allah SWT memberikan ampunan kepada beliau atas dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang diadakannya Baiat Ridhwan, kaum Muslimin yang ikut pada waktu itu mendapatkan kebun kurma Khoibar; hewan Al-Hadyu sampai ke tempat penyembelihannya, dan Romawi berhasil mengalahkan Persia sehingga kaum Mukminin bergembira karena kemenangan kaum Ahli Kitab Romawi atas kaum Majusi (Persia). Di atas telah disebutkan perkataan Az-Zuhri terkait dengan masalah ini.
Kesimpulannya, ada tiga hal yang terwujud dalam Perjanjian Hudaibiyah. Pertama, mengetahui kekuatan musuh dan kapasitas pandangan musuh saat menyerah, politik, dan perjanjian. Kedua, terseleksinya orang-orang Mukmin dan orang-orang munafik. Ketiga, berbaurnya kaum Muslimin dengan kaum musyrik yang berimplikasi banyaknya dari mereka yang memeluk Islam.
Ada pendapat yang mengatakan, "ltu adalah penaklukan kota Mekah, ini selaras dengan akhir surah sebelumnya; Allah SWT memerintahkan untuk berjihad  dengan jiwa dan harta, memerintahkan untuk berinfak di jalan Allah S.W.T, dan melarang untuk meminta damai dalam firman-Nya,janganlah kalian meminta damai dengan inisiatif dari kalian, namun hendaklah kalian sabar mereka (musuh) akan meminta damai dan berusaha mendapatkannya, sebagaimana saat peristiwa Hudaibiyah."'
2. Buah dari kemenangan terbesar tersebut ada empat.
a. Bebasnya Nabi Muhammad saw. secara mutlak dari segala dosa yang telah lalu dan mendatang dengan adanya ampunan Allah SWT. Maksud dosa-dosa beliau adalah segala tindakan beliau yang tidak sesuai dengan nilai ideal (khilaaful awlaa) beliau mengingat kedudukan beliau yang mulia. 
b. Disempurnakannya nikmat atas beliau dengan menghimpun antara kenabian dan kekuasaan, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. 
c. Mendapat bimbingan dan petunjuk ke jalan yang lurus dengan menyampaikan risalah dan teguh di atas kebenaran. 
d. Kemenangan yang kukuh dan kuat yang tidak ada lagi kehinaan setelah itu. 
Jika menggunakan bahasa modern, bisa dikatakan, dengan kemenangan yang nyata tersebut, terwujudlah konsep kedaulatan internal dan eksternal Daulah Islamiyyah, kemerdekaannya, munculnya Nabi Muhammad saw. dalam kapasitas beliau sebagai penguasa dan imam dalam dunia politik dan pemerintahan disamping kapasitas beliau sebagai seorang Nabi. Sebagaimana pula, terwuiudlah bagi beliau kemuliaan dunia dan akhirat, keteguhan beliau di atas agama haq dan menyebar luaskannya di segala peniuru dunia.
Perjanjian Hudaibiyah, selain sukses menobatkan Nabi Muhammad saw sebagai penguasa politik atas umat Islam dan ibukotanya; Madinah, iuga memberikan dampak positif lain yang tercermin pada pengakuan orang-orang musyrik kepada Daulah Islamiyyah di Madinah Al-Munawwarohkedaulatannya, dan kemerdekaannya.
Penamaan Surah
Surah ini dinamakan  Al-Fath karena dibuka dengan ayat yang berisikan berita gembira tentang Al-Fath (kemenangan) yang nyata, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ  "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenanganyang nyata."
Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mughoffal, ia berkata, "Saat penaklukan kota Mekah, dalam perjalanannya Rosulullah saw. membaca Surah Al-Fath sambil mengendarai tunggangan beliau dan beliau menggemakan suara bacaannya." Mu'awiyah bin Qurroh berkata, 
ِلَوْلَا أَنَّنِي لَا أُرِيْدُ أَنْ يَتَزَاحَمَ النَّاسُ حَوْلِي لَقَلَدَتِ الْقِرَاءَةُ لَكَ بِالتَّأْكِيْد
"seandainya bukan karena aku tidak ingin orang-orang mengerumuniku, niscaya aku akan menirukan bacaannya untuk kalian."
Persesuaian Surah lni dengan Surah Sebelumnya
Persesuaian surah ini dengan surah sebelumnya bisa terlihat dari beberapa sisi berikut.
1. Al-Fath dalam arti kemenangan merupakan implikasi dari peperangan. Dalam sebuah hadits disebutkan, surah ini turun untuk menerangkan sesuatu yang akan diperbuat terhadap Rosulullah saw. dan kaum Mukminin, yang sebelumnya disebutkan secara tidak spesifik dalam ayat 9 surah Al-Ahqof
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Dalam surah Muhammad di jelaskan kepada kaum Mukminin tata cara perang, yaitu ayat yang ke 4:
فَاِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَضَرْبَ الرِّقَابِۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَثْخَنْتُمُوْهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَۖ فَاِمَّا مَنًّاۢ بَعْدُ وَاِمَّا فِدَاۤءً حَتّٰى تَضَعَ الْحَرْبُ اَوْزَارَهَا ەۛ ذٰلِكَ ۛ وَلَوْ يَشَاۤءُ اللهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَلَنْ يُّضِلَّ اَعْمَالَهُمْ
Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka.
Dalam surah ini, Allah SWT menjelaskan hasil dari tata cara tersebut, Al-fath dan An-Nashr (kemenangan).
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُۙ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ اَفْوَاجًاۙ
dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا
maka bertasbihlah dalam dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
 2. Kedua surah ini menerangkan sifat-sifat orang Mukmin, musyrik, dan munafik. 
3. Dalam surah Muhammad, Rosulullah saw. diperintahkan meminta ampunan untuk kesalahan-kesalahan beliau beserta kaum Mukminin dan Mukminat (seperti yang terdapat pada ayat 19). 
وَّمَغَانِمَ كَثِيْرَةً يَّأْخُذُوْنَهَا ۗ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
Dan, surah ini diawali dengan pemberian ampunan tersebut.
Kandungan Surah
Surah ini sebagaimana surah sebelumnya termasuk surah Madaniyyah. Surah ini turun pada malam hari di sebuah tempat antara Mekah dan Madinah mengenai Perjanjian Hudaibiyah setelah Rosulullah saw. meninggalkan Hudaibiyah. Surah-surah Madaniyyah sebagaimana diketahui, membicarakan orang-orang munafik yang bermunculan di Madinah dan lebih terfokus pada masalah hukum-hukum agama dalam urusan jihad, ibadah, serta muamalah.
Surah yang mulia ini diawali dengan berita gembira Nabi Muhammad saw. tentang kemenangan agung dan tersebarnya Islam paska penaklukan kota Mekah. Perjanjian Hudaibiyah antara Rosulullah saw. dan orang-orang musyrik pada tahun keenam hijriyah merupakan titik permulaan yang baik bagi kedua faktor tersebut.
Surah ini menginformasikan janji Allah SWT kepada orang-orang Mukmin yang pasti terlaksana serta ancaman-Nya terhadap orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, Surah ini juga mengabarkan berbagai tugas Nabi Muhammad saw. berupa memberikan kesaksian atas umat beliau dan seluruh umat manusia pada hari Kiamat, menyampaikan berita gembira dan peringatan untuk mengimani Allah SWT dan Rasul-Nya serta membela beliau.
Hal di atas disertai dengan penyebutan dua perkara khusus.
Pertama, sanjungan kepada orang-orang Mukmin yang ikut dalam Baiat Ridlwan di bawah sebuah pohon di Hudaibiyah. Menerangkan bahwa baiat yang mereka lakukan pada haqiqotnya adalah kepada Allah SWT mengesahkan ridlo Allah SWT atas mereka, serta menjanjikan mereka kemenangan di dunia dan surga di akhirat, Allah S.W.T menegaskan dalam surat Al-fath ayat yang ke 10:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللهَ ۗيَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ ۚ فَمَنْ نَّكَثَ فَاِنَّمَا يَنْكُثُ عَلٰى نَفْسِهٖۚ وَمَنْ اَوْفٰى بِمَا عٰهَدَ عَلَيْهُ اللهَ فَسَيُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Dia akan memberinya pahala yang besar.
Di ayat yang ke 18 dari surat Al-fath ini juga Allah berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,
Kedua, kecaman terhadap kaum munafik dari orang-orang Arob Aslam, fuhainah, Muzainah, dan Ghifar yang tidak ikut pergi  bersama Rosulullah saw. saat Peristiwa Hudaibiyah, mereka adalah orang Arob Madinah.
Surah ini juga menerangkan bahwa mereka yang memiliki udzur (orang buta, pincang, dan sakit) terbebas dari mengikuti kewajiban jihad, mereka cukup menaati perintah Allah SWT dan Rosul-Nya. Sebab, hal inilah yang mengizinkan mereka memasuki surga.
Surah ini mengingatkan karunia Allah SWT kepada orang-orang Mukmin saat ratifikasi perdamaian dan pencegahan terjadinya peperangan antara mereka dengan kaum kafir Quroisy, yang menutupi dan menghalangi kaum Mukmin memasuki Masjidil Harom, yang dipengaruhi semangat jahiliyah berupa keangkuhan, kesombongan, dan fanatisme jahiliyah, penolakan mereka terhadap tulisan basmalah pada pembukaan perjanjian dan penggunaan tulisan "Muhammad Rosulullah." Karunia itu juga tergambar pada peneguhan orang-orang Mukmin atas kalimat takwa; yaitu menaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta menerima syarat-syarat perjanjian damai, meskipun secara lahir beberapa poinnya tampak merugikan pihak kaum Muslimin.
Setelah itu, surah ini membahas berita gembira mengenai realisasi mimpi Rosulullah saw. saat di Madinah. Dalam mimpi tersebut, beliau melihat kaum Mukminin memasuki Masjidil Harom (Mekah) dengan aman dan damai. Akhirnya, mimpi tersebut benar-benar terjadi pada tahun berikutnya saat kaum Mukminin memasuki Mekah untuk menunaikan umrah, Allah berfirman dalam surat Al-Fath ini ayat yg ke 27:
لَقَدْ صَدَقَ اللهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا
Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharom, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.
Surah ini ditutup dengan tiga hal. 
Pertama, Nabi Muhammad saw. diutus dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama. Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Kedua, menyifati Nabi Muhammad saw. dan kaum
Mulonin dengan sifat kasih sayang sesama mereka, namun keras terhadap orang-orang kafir yang memusuhi. Ayat terakhir dari surat Al-Fath ini yaitu ayat ke 29 menutup:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.
Ketiga, janji ampunan dan pahala yang agung bagi kaum Mukmin yang mengerjakan berbagai amal saleh. Di tegaskan oleh Allah S.T dalam Al-qur'anul Karim surat Al-Maidah ayat 9:
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.
Beberapa Catatan Dari Siroh Terkait Sebab Turunnya Surah Al-Fath (Perjanjian Hudaibiyyah dan Bai'at Ridlwan)
 Saat Rasulullah saw. di Madinah, beliau bermimpi memasuki Mekah dan melakukan thowaf di Ka'bah. Ketika hal tersebut beliau sampaikan kepada kaum Mukminin, mereka sangat bersuka cita. Memasuki bulan Dzulqo'dah tahun keenam Hijriyah,(1. Muharrom 2. Safar 3.Robiul Awal 4. Robiul Akhir 6. Jumadil Awal 7. Jumadil Akhir 8. Rojab 9. Sya'ban 10. Romadlon 11. Syawal 12. Dzul Qo'dah 12. Dzulhijjah (bulan Haji)Rosulullah saw. pergi menuju Mekah untuk melaksanakan umroh (sebatas mengunjungi Baitul Harom) bukan menginginkan peperangan. Saat itu beliau bersama seribu lima ratus orang yang terdiri dari kaum Muhajrin, Anshor dan orang-orang Islam dari penduduk Arab lainnya. Beliau membawa Al-hadyu (Disunnahkan bagi orang yang datang ke Mekah untuk mempersembahkan semacam kurban berupa binatang ternak (unta, sapi atau kambing). Binatang yang dipersembahkan tersebut dinamai Al-Hadyu) dan berihrom dari Dzul Hulaifah. Istri yang menemani beliau saat itu adalah Ummu Salamah r.a, janda dari Abu Salamah bin Abdul As'ad(dalam Tarikh Rosulullah SAW karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, nama lengkap Ummu Salamah adalah Hindun binti Abu Umayyah bin Al-Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Maqdhum bin Yaqdhoh bin Murroh bin Ka'ab bin Lu'ay bin Gholib),Kalau kita telusuri masih sejalur dengan nasab Rosulullah yang bersambung di Kyai Murroh (Muhammad Bin 'Abdullah Bin Abdul Muththolib Bin Hasyim Bin Abdi Manaf Bin Qushoy Bin Kilab Bin Murroh Bin Ka'ab Bin Lu'ay Bin Gholib Bin Fihr Bin Malik Bin Nadlor Bin Kinanah Bin Khuzaimah Bin Mudrikah Bin Ilyas Bin Mudlor Bin Nizar Bin Ma'ad Bin Adnan)
Beliau dan para sahabat tidak membawa perlengkapan perang, namun sebatas perlengkapan musafir sebagaimana umumnya, berupa pedang yang berada dalam sarungnya. Lalu beliau mengutus seorang mata-mata dari Khuza'ah untuk mencari tahu keadaan kaum Quroisy. Ketika mendekati Usfan-lokasi yang terletak antara Mekah dan Madinah berjarak dua marhalah dari Mekah, seorang matamata yang bernama Bisyri bin Suffan Al-Ka'bi melapor kepada beliau, "Wahai Rasulullah, Kaum Quraisy telah mengetahui perjalananmu, mereka pun berangkat dengan membawa unta-unta yang memiliki susu dan anak (maksudnya, mereka melakukan perjalanan dengan maksud untuk tinggal lama di suatu daerah). Mereka menetap di Dzu Thuwa dan bersumpah tidak akan membiarkanmu memasuki Mekah. Mereka telah memobilisasi kekuatan dari berbagai suku untuk memerangi dan menghalangimu memasuki Baitul Haram."
Rasulullah saw. pun mengutus Utsman bin Affan menemui kaum Quraisy dan menyampaikan bahwa tujuan Rosulullah hanyalah menunaikan umroh. Saat terdengar berita bahwa Utsman bin Affan dibunuh, beliau menyeru kaum Muslimin untuk mengambil baiat (sumpah setia), mereka pun berkumpul di bawah sebuah pohon Ar-Ridlwan, lalu melakukan baiat kepada beliau untuk siap berperang dan tidak lari. Baiat tersebut dikenal dengan baiat Asy-Syajaroh atau Baiat Ridlwan. Salamah bin Akwa' berkata, "Kami berbaiat dan beliau membaiat orang-orang di larangan untuk kabur, hanya ada dua pilihan, menaklukkkan kota Mekah atau mati syahid." Hal ini ternyata menggetarkan orang-orang musyrik, akhirnya mereka mengutus beberapa orang menemui beliau untuk damai dan melakukan gencatan senjata. Akhirnya beliau mengetahui bahwa berita terbunuhnya Utsman bin Affan adalah palsu.
Berkenaan dengan baiat di atas, Allah SWT menurunkan ayat, ke 18 surat Al-Fath ini:
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Sungguh, Allah telah meridloi orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,
Perjanjian damai tersebut sejatinya adalah kemenangan. Saat kembali ke Madinah, Allah SWT menaklukkan Khoibar untuk beliau, lalu tanah tersebut dibagikan kepada mereka yang ikut dalam Perjaniian Hudaibiyah yang berjumlah seribu lima ratus orang, termasuk tiga ratus pasukan berkuda. Ini adalah pendapat Sa'id bin Musayyab, namun yang masyhur mereka berjumlah seribu empat ratus orang.
Ketika kaum Quroisy mengetahui hal tersebut, mereka mengutus Suhail bin 'Amr untuk melakukan perjanjian damai. Ketika Rasulullah saw. melihat Suhail bin 'Amr datang, beliau berkata, "Kaum (maksudnya Quroisy) menginginkan perdamaian ketika mengutus laki-laki itu." beliau melanjutkan, "Buatlah kesepakatan damai antara kami dan kalian." Beliau memanggil 'Ali bin Abi Tholib sebagai juru tulis, dan pembicaraan mengenai isi kesepakatan pun dimulai, Suhail bin 'Amr  menolak pencantuman tulisan basmalah, bismika Allaa' humma, dan Muhammad Rosulullah. Akhirnya, diganti dengan, Muhammad bin Abdillah.
Perjanjian pun selesai, isinya; genjatan senjata di antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun, tidak boleh saling memerangi dan tidak boleh saling mengganggu. Jika seseorang dari Quroisy mendatangi Nabi Muhammad saw tanpa seizin walinya, beliau harus mengembalikan orang tersebut kepada Quroisy, namun jika yang mendatangi Quroisy dari kalangan sahabat beliau, Quroisy tidak mengembalikannya kepada beliau. Dan, siapa saja boleh bergabung ke dalam kesepakatan Muhammad saw. atau kesepakatan Quroisy.
Bani Khuza'ah pun bergegas bergabung dalam kesepakatan Muhammad saw. dan menjalin aliansi dengan beliau. Sebaliknya, Bani Bakar bergabung dalam kesepakatan Quroisy.
Pada tahun itu, kaum Muslimin harus pulang dari Mekah. Lalu, tahun depan Quroisy harus keluar dari Mekah dan membiarkan kaum Muslimin memasuki Mekah selama tiga hari dengan membawa senjata yang biasa digunakan saat perjalanan, pedang yang disarungkan.
Beberapa pemuka kaum Muslimin seperti Umar Bin Khoththob, memprotes perjanjian tersebut. Sebab, poin-poin perjanjian tidak seimbang dan merugikan kaum Muslimin. Namun pada hakikatnya, perjanjian tersebut adalah kemenangan besar kaum Muslimin. Sebab, dengan perjanjian tersebut, Quroisy mengakui kedudukan kaum Muslimin dan genjatan senjata pun berhasil dilakukan, dengannya, kaum Muslimin bisa beristirahat dari konflik yang selama ini menyibukkan dan melemahkan mereka. juga, kaum Muslimin bisa menjalankan dakwah Islam dalam suasana tenang dan damai, sehingga banyak orang Arob yang memeluk Islam.
Oleh karena itu, perjanjian tersebut merupakan kemenangan yang nyata atau sebagai langkah awal menaklukkan kota Mekah. Az-Zuhri mengatakan, "Dalam perjalanan Islam, belum pernah ada kemenangan yang lebih besar dari kemenangan tersebut." Pada waktu dilakukan perjanjian tersebut, kaum Muslimin berjumlah seribu lima ratus atau seribu empat ratus. Kemudian, pada tahun penaklukan kota Mekah (dua tahun paska perjanjian tersebut), jumlah kaum Muslimin meningkat menjadi sepuluh ribu orang, termasuk di antaranya adalah Khalid bin Walid dan 'Amr bin Ash. Abdullah bin Mas'ud, Jabir dan Al-Barro berkata, "Kalian menilai bahwa kemenangan itu adalah kemenangan Penaklukan kota Mekah, namun kami menilai bahwa sejatinya kemenangan itu adalah perjanjian Hudaibiyah.
Setelah Rosulullah saw. memotong hadyu, beliau terhalang meneruskan perjalanan menuju Mekah dan kembali pulang. Dalam perjalanan pulang itulah, pada suatu malam ketika berada di antara Mekah dan Madinah, turunlah surah Al-Fath kepada beliau.
Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasa'i, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Ketika kami kembali dari Hudaibiyah, di tengah perjalanan kami beristirahat malam dan tidur. Ketika kami terbangun, ternyata matahari sudah terbit. Kami pun bergegas bangun dan ketika itu Rosulullah saw. masih tertidur, lalu kami berkata, 'Bangunkanlah beliau.' Saat terbangun, beliau bersabda, 'Lakukanlah yang biasa kalian lakukan dan yang harus dilakukan oleh orang yang tertidur atau lupa (maksudnya, mengqodlo sholat).'' Ibnu Mas'ud meneruskan ceritanya, "Waktu itu kami kehilangan unta Rosulullah saw., kami mencarinya dan menemukannya dalam keadaan terikat pada sebuah pohon. Kami pun menyerahkannya, lalu beliau menaikinya. Ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba ada wahyu yang turun kepada beliau. Jika ada wahyu turun kepada beliau, kondisi beliau tampak kepayahan dan berat. Ketika kondisi yang melingkupi beliau telah hilang beliau memberitahukan kepada kami bahwa telah turun kepada beliau ayat اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
Keutamaan Surah Al-Fath
Surah ini turun kepada Nabi Muhammad saw sepulangnya dari Hudaibiyah. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam At-Tirmidzi, dan Imam An-Nasa'i meriwayatkan dari Umar bin Khoththob r.a?., Rosulullah saw. bersabda,
 نَزَلَتَ عَلَيَ الْبَارِحَةَسُوْرَةٌهِيَاَحَبَ اِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَاوَمَافِيْهَا (اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ)
"Tadi malam, telah turun kepadaku sebuah surah yang lebih kucintai daripada dunia seisinya, اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ
Dalam kitab Shofwatut Tafasir Syeikh Muhammad Ali As-Shobuni mengutip hadits Nabi Muhammad saw riwayat Imam Ahmad
لَقَدْ أَنْزَلَتْ عَلَي اللَّيْلَةِ سُوْرَةُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
Sungguh telah diturunkan kepadaku pada suatu malam sebuah surat yang lebih aku sukai daripada dunia segenap isinya.” (HR Ahmad).
Juga riwayat Al-Mas’udi yang dikutip Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an:
َبَلَغَنِي أَنَّهُ مَنْ قَرَأَ سُوْرَة َالْفَتْحِ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فِي صَلاَةِ التَّطَوُّعِ حَفَظَهُ اللهُ ذَلِك الْعَام
“Telah sampai kepadaku riwayat yang menyatakan bahwa orang yang membaca surat Al-Fath di malam pertama bulan Ramadhan di dalam shalat sunah, maka Allah akan menjaganya pada tahun itu.”
Uniknya, keutamaan surat Al-Fath bukan hanya berdasarkan nash, tapi juga berdasarkan tajribah atau pengalaman spiritual sebagian Waliyullah seperti disebutkan dalam kitab Khazinatul Asrar:

وقال بعض العارفين: من قرأ سورة الفتح عند رؤية هلال رمضان في أول ليلة وسع الله رزقه في ذلك العام إلى آخره
“Telah berkata sebagian Arifin: “Barang siapa membaca surat Al-Fath ketika melihat hilal Ramadhan di awal malam, maka Allah akan meluaskan rezekinya pada tahun tersebut hingga sampai akhir.” (Muhammad Haqqi An-Nazili, Khazinatul Asrar,

riwayat yang bersumber dari Abdullah bin Mughaffal ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (قَرَأَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ سُوْرَةَ اْلفَتْحِ فَرَجَّعَ فِيْهَا)
Dari Abdullah bin Mughaffal RA, dia berkata, “Nabi Muhammad SAW membaca pada hari Fahtu Makkah surah al-Fath dan mengulangnya.” (HR al-Buhakri)
Riwayat lainnya adalah yang bersumber dari Musawir bin Mahkramah:
عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ وَمَرْواَنَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَا: (نَزَلَتْ سُوْرَةُ اْلفَتْحِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةَ فِي شَأْنِ الْهُدَيْبِيَةِ مِنْ اَوَّلهِاَ اِلَى اَخِرِهَا.)
Dari Miswari bin Mahkramah dan Marwan bin Hakam berkata: “Surah al-Fath diturunkan antara Makkah dan Madinah pada peristiwa Hudaibiyah dari awal hingg akhir.” (HR al-Hakim)
Terdapat juga keterangan dari riwayat lainnya bersumber dari Ibnu ‘Abbas RA:
عَنْ ابْنِ عباس رَضِيَ اللهُ عَنْهما قَالَ: نَزَلَتْ سُوْرَةُ اْلفَتْحِ بالْمَدِيْنَةَ
Dari Ibnu ‘Abbas RA dia berkata: “Surah al-Fath diturunkan di Madinah.”

Keutamaan Surat Al-Fath Jika Dibaca di Awal Bulan Ramadan

  1. Sebagian orang makrifat mengungkapkan bahwa barang siapa membaca surat Al Fath di permulaan malam pada bulan Ramadhan, maka ia akan terjaga dari berbagai penyakit selama setahun kemudian.
  2. Apabila surat Al Fath dibaca pada tiga malam permulaan bulan Ramadhan maka pembacanya akan diberi kelapangan rezeki dalam masa setahun kemudian.
  3. Bila seseorang membaca surat ini secara terus-menerus setiap hari, maka ia akan ditemui Rasulullah dalam mimpi.
  4. Barang siapa membacanya secara istiqamah hingga akhir hayatnya maka ia kelak berkumpul dengan orang yang mati syahid.
  5. Dalam sebuah hadis Rasulullah menjelaskan bahwa membaca surat Al Fath sama dengan pahalanya berperang syahid bersama Rasulullah semasa Fathu Makkah.
  6. Barang siapa yang membaca surat al-Fath sekali setiap selesai shalat fardu, maka Allah akan memberikan kemenangan baginya dalam melawan godaan setan dan hawa nafsu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar