Senin, 02 Desember 2024

SURAT AS-SABA AYAT 13

 BERBAGAI NIKMAT ALIAH SWT KEPADA NABI SULAIMAN

QS. SURAT AS-SABA (34) AYAT 12-14

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.12

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.13

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهٖٓ اِلَّا دَاۤبَّةُ الْاَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَاَتَهٗ ۚفَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ اَنْ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوْا فِى الْعَذَابِ الْمُهِيْنِۗ

Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.14

Persesualan Ayat

Setelah menerangkan nikmat dan karunia kenabian dan kerajaan yang telah Allah SWT anugerahkan kepada Nabi Dawud, Allah SWT ingin menuturkan nikmat dan anugerah-Nya kepada Nabi Sulaiman. Di antaranya adalah Allah SWT menundukkan angin untuk Nabi Sulaiman. Angin itu memiliki kecepatan jarak tempuh perjalanan satu bulan hanya dalam waktu setengah hari. Yaitu angin itu bergerak dari pagi sampai tengah hari dengan kecepatan mencapai jarak tempuh perjalanan satu bulan, dan bergerak dari tengah hari sampai petang dengan kecepatan mencapai jarak tempuh perjalanan satu bulan. Di antaranya lagi adalah dialirkannya bahan tembaga, sebagaimana besi dibuat menjadi lentur dan lunak di tangan ayahnya, yaitu Nabi Dawud. Di antaranya lagi adalah ditundukkannya jin untuk dipekerjakan membuat bangunan, gedung dan istana-istana yang besaq, tinggi dan megah, membuat piring dan nampan-nampan yang berukuran super jumbo laksana seperti kolam, serta membuat kuali dan periuk-periuk raksasa yang mapan di tempatnya dan tidak bergerak karena begitu luas dan besar ukurannya.

Tiga karunia tersebut berbanding dengan tiga karunia yang diberikan kepada Nabi Dawud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pertama, penundukan gununggunung untuk Nabi Dawud berbanding dengan penundukan angin untuk Nabi Sulaiman. Kedua, penundukan burung-burung untuk Nabi Dawud berbanding dengan penundukan jin untuk Nabi Sulaiman. Ketiga, dijadikannya besi berubah menjadi lentur dan lunak di tangan Nabi Dawud berbanding dengan pengaliran bahan tambang tembaga bagi Nabi Sulaiman.

Tafslr dan Penjelasan

Dalam ayat-ayat ini, Allah SWT menyebutkan tiga nikmat kubra yang telah Dia anugerahkan kepada Nabi Sulaiman. 

Penundukan angin

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ Kami tundukkan angin untuk Nabi Sulaiman. Angin itu membawa dan menerbangkan permadani milik Nabi Sulaiman. Kecepatan angin tersebut mampu menempuh jarak perjalanan satu bulan penuh hanya dalam waktu setengah hari. Angin itu bergerak pada paroh pertama siang mulai dari pagi sampai pertengahan siang dengan kecepatan mencapai jarak tempuh perjalanan satu bulan penuh. Begitu pula pada perjalanan paroh kedua siang, mulai dari pertengahan siang sampai terbenamnya matahari, angin tersebut mampu bergerak dengan kecepatan mencapai jarak tempuh perjalanan satu bulan penuh juga. Dalam arti kata angin tersebut mampu menempuh jarak perjalan satu bulan penuh hanya dalam waktu setengah hari saja.

Hasan al-Bashri berkata "Nabi Sulaiman berangkat dari Damaskus di pagi hari, kemudian turun dan mendarat di Ishthakhr untuk makan siang, kemudian terbang lagi dari Ishthakhr kemudian istirahat malam di Kabul (Afghanistan). farak antara Damaskus dan Ishthakhr mencapai jarak perialanan satu bulan penuh untuk pengendara cepat, dan jarak antara Ishthakhr dan Kabul mencapai jarak perjalanan satu bulan penuh untuk pengendara cepat.

Pengalirun cairan tembaga

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ dan Kami cairkan tembaga untuk Nabi Sulaiman, sebagaimana Kami jadikan besi berubah menjadi lunak dan lentur di tangan Nabi Dawud sehingga dia bisa membuat dan membentuk apa saja yang diinginkannya dengan besi tersebut tanpa membutuhkan api dan palu. Di sini, tembaga disebut 'ainul qithr (sumber tembaga) karena tembaga itu mengalir dari tambangnya seperti mengalirnya air dari sumber mata airnya,

Penundukan Jin

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ dan Kami tundukkan pula sebagian dari bangsa jin untuk Nabi Sulaiman. |in-jin tersebut bekerja kepada Nabi Sulaiman untuk membuat bangunan-bangunan besar dan tinggi dan yang lainnya dengan izin, titah dan kuasa Tuhannya Yang telah menjadikan jin-jin itu tunduk kepada Nabi Sulaiman untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh Nabi Sulaiman. Siapa saja dari jin-jin itu yang cobacoba memberontak dan menolak untuk taat dan patuh kepada Nabi Sulaiman, niscaya Kami buat dirinya harus "mencicipi" adzab yang menyakitkan dan memilukan, yaitu terbakar di dunia, atau adzab neraka di akhirat.

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ para jin itu bekeria untuk Nabi Sulaiman untuk membuat apa yang diinginkan olehnya seperti mendirikan bangunan-bangunan, gedung-gedung dan istana-istana yang besax, tinggi dan megah, membangun masjid-masjid, membuat patung-patung yang terbuat dari bahan tembaga, kaca, tanah liat dan lain sebagainya, membuat piring dan nampannampan berukuran super jumbo yang cukup untuk tempat makan bagi orang dalam jumlah besar hingga mirip seperti kolam-kolam unta, serta membuat kuali dan periuk-periuk berukuran raksasa yang mapan di tempatnya tanpa bergerak dan berpindah dari tempatnya karena ukurannya yang sangat besar dan sangat berat.

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ dan Kami berfirman, "Wahai keluarga Dawud, beramallah kalian dengan menjalankan ketaatan kepadaKu, sebagai bentuk ungkapan terima kasih dan syukur kalian kepada-Ku atas berbagai nikmat diniah dan duniawiah yang telah Aku anugerahkan kepada kalian. Di antara sekian banyak hamba-hamba-Ku, hanya sedikit di antara mereka yang bersyukur kepada-Ku dan menggunakan segenap anggota tubuhnya sebagaimana mestinya sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya berupa berbagai fungsi, kegunaan dan kemanfataan yang diperbolehkan.

الشَّكُوْرُ maknanya adalah orang yang senantiasa bersyukur dalam segenap keadaannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat, QS. Surat Shod (38) ayat 24

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَاجِهٖۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَطَاۤءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْۗ وَظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهٗ وَخَرَّ رَاكِعًا وَّاَنَابَ

Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.

Ini adalah penginformasian tentang realitas dan kenyataan yang ada.

Dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Shahih Muslim di riwayatkan dari Rasulullah saw., bahwasanya beliau bersabda,

"Sesungguhnya shalat yangpaling disukai oleh Allah SWT adalah shalatnya Nabi Dawud a.s.. Dia menggunakan separuh malam untuk tidur, kemudian menggunakan sepertiga malam untuk shalat malam, kemudian seperenam malam sisanya dia gunakan untuk tidur lagi. Dan sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah SWT adalah puasaNabi Dawud, yaitu satuhari puasa satuhari tidak, dan dia tidak pernah melarikan diri apabila bertemu musuh."

H.R Imam Muslim dalam Shohih-nya meriwayatkan dari Aisyah,
"Bahwasanya Rosulullah s aw. melaks anakan qiyamul lail hingga kedua kaki beliau pecah-pecah. Lalu Aisyah berkata kepada beliau, 'Mengapa Anda melakukan hal itu ya Rosulullah, sementara Allah SWT telah mengampuni segala dosa Anda yang telah lalu dan yang akan datang?" Lalu Rosulullah saw., "Makanya, bukankah aku sudah semestinya menjadi seorang hamba yang banyakb anyak bersyukur? (karena itu, aku lakukan semua ini, agar aku menjadi seorang hamba yang sangat bersyukur)."

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosulullah saw naik ke atas mimbar lalu membaca ayat ini, QS. SURAT AS-SABA (34) AYAT 12

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ
kemudian Rosulullah saw bersabda,
Ada tiga perkara yang barangsiapa dianugerahi tiga perkara itu, maka berarti dia telah dianugerahi sesuatu yang sama seperti yang dianugerahkan kepada Nabi Dawud a.s." Lalu kami bertanya, "Tiga perkara apakah itu?" Lalu Rosulullah saw. bersabda, "Tetap berlaku adil baik di kala marah maupun senang, tetap berlaku sederhana dan bersahaja baik di kala miskin maupun kaya, dan senantiasa takut kepada Allah SWT baik di kala sepi maupun ramai."

Meskipun dengan berbagai nikmat dan keagungan Nabi Sulaiman seperti itu, Allah SWT menyebutkan bagaimana Nabi Sulaiman meninggal dunia dan bagaimana Allah SWT menyembunyikan kematiannya dari para jin yang ditundukkan bagi Nabi Sulaiman untuk melakukan pekeriaan-pekerjaan berat tersebut. QS. Surat As-Saba (34) ayat 14

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهٖٓ اِلَّا دَاۤبَّةُ الْاَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَاَتَهٗ ۚفَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ اَنْ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوْا فِى الْعَذَابِ الْمُهِيْنِۗ
ketika Kami memutuskan kematian bagi Nabi Sulaiman dan menetapkan dia harus mati, dia pun mati dalam keadaan masih bersandaran pada tongkatnya. Sementara itu, para jin tersebut pun tidak mengetahui dan tidak menyadari kematian Nabi Sulaiman tersebut sehingga mereka pun tetap terus bekerja karena takut kepada-Nya. Tidak ada yang membuat mereka mengetahui dan menyadari kematian Nabi Sulaiman kecuali rayap yang memakan dan menggerogoti tongkat Nabi Sulaiman dari dalam. Ketika tongkat itu sudah lapuk dan jatuh, Nabi Sulaiman pun tersungkur jatuh, dan ketika itu nyatalah bagi para jin bahwa mereka sejatinya sama sekali tidak mengetahui perkara yang gaib sebagaimana yang mereka klaim. Seandainya benar klaim mereka itu bahwa mereka mengetahui perkara yang gaib, pastilah mereka mengetahui kematian Nabi Sulaiman, padahal dia berada di hadapan mereka.
Oleh karena itu, dalam jangka waktu yang cukup lama setelah kematian Nabi Sulaiman, mereka tetap bekerja mengerjakan pekerjaan berat yang mereka memang ditundukkan untuk mengerjakannya karena mereka mengira Nabi Sulaiman masih hidup.
Adapun mengenai berapa lama persisnya Nabi Sulaiman tetap bersandar pada tongkatnya dalam keadaan sudah meninggal dunia seperti itu, maka dalam hal ini tidak ada riwayat yang shahih dan valid yang menjelaskannya. Oleh karena itu, masalah ini sepenuhnya kita serahkan kepada Allah SWT. Namun, barangkali di sini ada sebuah hadits marfuu' yang diriwayatkan oleh Ibrahim bin Thuhman dari Ibnu Abbas yang bisa dijadikan semacam rabaan semata. Dalam riwayat tersebut dijelaskan, bahwa Nabi Sulaiman membuat sebuah tongkat dari kayu khurnuubah. Lalu dia gunakan untuk sandaran selama setahun dan mereka tidak mengetahui. Lalu tongkat itu pun jatuh, manusia pun mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya jin tidak mengetahui perkara yang gaib. Lalu mereka mencoba menghitung berapa lama Nabi Sulaiman sudah meninggal dunia dalam keadaan seperti itu,lalu hasilnya mereka mendapati angka satu tahun.
Imam Ar-Rozi mengatakan bahwa ayat  QS. Surat As-Saba (34) ayat 14

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهٖٓ اِلَّا دَاۤبَّةُ الْاَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَاَتَهٗ ۚفَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ اَنْ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوْا فِى الْعَذَابِ الْمُهِيْنِۗ menjadi dalil yang menunjukan bahwa jin yang Mukmin tidak ikut menjadi bagian dari para jin yang ditundukkan. Karena hambayang Mukmin pada masa Nabi Sulaiman tidak berada dalam siksa yang menghinakan (tidak dipekerjakan secara paksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat).

Balaghoh

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَّعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِاِذْنِ رَبِّهٖۗ وَمَنْ يَّزِغْ مِنْهُمْ عَنْ اَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ asalnya adalah berbunyi ghuduwwuhaa masiirotu syahrin wa rowaahuhaa masiirotu syahrin 

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ kalimat ini merupakan bentuk kalimat tasybiih mursal mujmal karena perangkat tasybiih-nya di sebutkan, yaitu huruf kaf sedangkan wajhusy sayabah-nya (titik keserupaannya) tidak disebutkan

Mufrodaat Lughowiyyaah

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ di sini terdapat frasa yang diasumsikan keberadaannya. Yaitu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar