MENJALiN AL-MUWAALAAH (PATRONASE) DENGAN KAUM YAHUDI DAN NASRANI
Surah Al-Ma'idah (5) ayat 51-52
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
فَتَرَى الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يُّسَارِعُوْنَ فِيْهِمْ يَقُوْلُوْنَ نَخْشٰٓى اَنْ تُصِيْبَنَا دَاۤىِٕرَةٌ ۗفَعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَ بِالْفَتْحِ اَوْ اَمْرٍ مِّنْ عِنْدِهٖ فَيُصْبِحُوْا عَلٰى مَآ اَسَرُّوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ نٰدِمِيْنَۗ
Maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau suatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ اِنَّهُمْ لَمَعَكُمْۗ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَاَصْبَحُوْا خٰسِرِيْنَ
Dan orang-orang yang beriman akan berkata, “Inikah orang yang bersumpah secara sungguh-sungguh dengan (nama) Allah, bahwa mereka benar-benar beserta kamu?” Segala amal mereka menjadi sia-sia, sehingga mereka menjadi orang yang rugi.
Sebab Turunnya Ayat Ibnu Ishaq, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu farir, Ibnu Abi Hatim, dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ubadah bin Shamit, ia berkata, "Tatkala Bani Qainuqa melancarkan perang, Abdullah bin Ubaiy bin Salul tetap mempertahankan pertalian dirinya dengan mereka dan berdiri di belakang mereka. Sementara Ubadah bin Shamit pergi menghadap Rasulullah saw., lebih memilih Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara berlepas diri dari ikatan persekutuan dengan mereka. Ubadah bin Shamit adalah salah seorang dari Bani Auf dari Khazraj. Ia sebelumnya memiliki ikatan persekutuan dan aliansi dengan mereka sama seperti Abdullah bin Ubaiy. Menyangkut diri Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubaiy ayat ini turun يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ
Dalam sebuah riwayat lain dari Athiyyah bin Sa'd disebutkan, ia berkata, "Ubadah bin Shamit, salah seorang dari Bani Khazraj, datang menghadap Rasulullah saw. lalu berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki banyak patron dan sekutu dari kalangan kaum Yahudi, dan sesungguhnya saya berlepas diri dari ikatan patronase dengan kaum Yahudi, serta lebih memilih Allah SWT dan Rasul-Nya dan aku menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai patronku [penolong pelindung)J' Lalu Abdullah bin Ubaiy berkata, 'Aku adalah orang yang takut kepada ad-Dawaa'ir [silih bergantinya nasib bersamaan dengan berputarnya roda dunia), makanya aku tidak berlepas diri dari ikatan patronase dengan para sekutu dan patronku." Lalu Rasulullah saw. berkata kepada Abdullah bin Ubaiy, "Wahai Abul Hubab, apa yang tetap kamu pertahankan dan dilepas oleh Ubadah bin Shamit itu berupa ikatan patronase dengan kaum Yahudi, itu adalah untukmu, bukan untuk Abbdullah bin Shamit." Abdullah bin Ubaiy pun berkata, "Baiklah, aku terima itu." Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat 51-67
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.51
فَتَرَى الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يُّسَارِعُوْنَ فِيْهِمْ يَقُوْلُوْنَ نَخْشٰٓى اَنْ تُصِيْبَنَا دَاۤىِٕرَةٌ ۗفَعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَ بِالْفَتْحِ اَوْ اَمْرٍ مِّنْ عِنْدِهٖ فَيُصْبِحُوْا عَلٰى مَآ اَسَرُّوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ نٰدِمِيْنَۗ
Maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau suatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.52
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ اِنَّهُمْ لَمَعَكُمْۗ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَاَصْبَحُوْا خٰسِرِيْنَ
Dan orang-orang yang beriman akan berkata, “Inikah orang yang bersumpah secara sungguh-sungguh dengan (nama) Allah, bahwa mereka benar-benar beserta kamu?” Segala amal mereka menjadi sia-sia, sehingga mereka menjadi orang yang rugi.53
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.54
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رَاكِعُوْنَ
Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).55
وَمَنْ يَّتَوَلَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْغٰلِبُوْنَ ࣖ
Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.56
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاۤءَۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.57
وَاِذَا نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًا ۗذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.58
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ هَلْ تَنْقِمُوْنَ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلُۙ وَاَنَّ اَكْثَرَكُمْ فٰسِقُوْنَ
Katakanlah, “Wahai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang kami salah, hanya karena kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya? Sungguh, kebanyakan dari kamu adalah orang-orang yang fasik.”59
قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ
Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.60
وَاِذَا جَاۤءُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَقَدْ دَّخَلُوْا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ خَرَجُوْا بِهٖ ۗوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا يَكْتُمُوْنَ
Dan apabila mereka (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan, “Kami telah beriman,” padahal mereka datang kepadamu dengan kekafiran dan mereka pergi pun demikian; dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.61
وَتَرٰى كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُوْنَ فِى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Dan kamu akan melihat banyak di antara mereka (orang Yahudi) berlomba dalam berbuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.62
لَوْلَا يَنْهٰىهُمُ الرَّبَّانِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْاِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
Mengapa para ulama dan para pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.63
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.64
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْكِتٰبِ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاَدْخَلْنٰهُمْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka, dan mereka tentu Kami masukkan ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.65
وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْۗ مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَاۤءَ مَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.66
۞ يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.67
Dalam sirah disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw datang ke Madinah, orangorang kafir terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, adalah kelompok orang-orang kafir yang Rasulullah saw. membuat perjanjian damai dengan mereka, bahwa mereka tidak memerangi beliau, tidak membantu siapa pun dalam memerangi beliau, tidak ber-muwaalaah (menjalin patronase) dengan musuh beliau, sedang mereka tetap terjamin keamanan mereka serta keselamatan jiwa dan harta benda mereka. Kelompok kedua, kelompok orang-orang kafir yang memerangi dan memusuhi beliau. Kelompok ketiga, kelompok orang-orang kafir yang mengambil sikap netral, tidak mengadakan perjanjian damai dengan beliau, dan tidak pula memerangi beliau. Tetapi mereka terus mengamati, menunggu, dan mencermati perkembangan yang ada serta apa yang akan dialami oleh beliau dan musuh-musuh beliau. Kelompok ini sejatinya mereka dalam batin adalah orang-orang yang memusuhi beliau. Mereka ini adalah orang-orang munafik. Rasulullah saw. mengambil sikap terhadap masing-masing kelompok sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT. kepada beliau. Rasulullah saw pun mengadakan perjanjian damai dengan kaum Yahudi Madinah dan membuat sebuah piagam perdamaian antara beliau dengan mereka. Kaum Yahudi itu ada tiga kelompok yang berada di sekitar Madinah; yaitu Yahudi Bani Qainuqal Yahudi Bani Nadhir dan Yahudi Bani Quraizhah. Yahudi Bani Qainuqa'memerangi beliau paska Perang Badar. Kemudian enam bulan setelah itu, Bani Nadhir juga melanggar dan merusak perjanjian yang ada. Kemudian Bani Quraizhah juga merusak perjanjian damai yang ada ketika mereka pergi ke Peperangan Khandaq. Mereka adalah kaum Yahudi yang paling keras permusuhannya terhadap Nabi Muhammad saw. dan beliau memerangi masing-masing dari setiap kelompokitu danAllah SWT memberikan kemenangan kepada beliau atas mereka. Orang-orang Nasrani Arab dan Romawi juga melancarkan perang kepada Rasulullah saw sama seperti kaum Yahudi.
Tafsir dan Penjelasan
Isi ayat-ayat ini adalah Allah SWT melarang para hamba-Nya yang Mukmin bermuwaalaah [menjalin patronase) dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang mereka adalah para musuh Islam dan kaum Muslimin. Kemudian Allah SWT mengabarkan bahwasanya sebagian mereka adalah para wali fpatron) sebagian yang lain. Kemudian Allah SWT mengecam dan mengancam orang yang ber - muwaalaah dengan mereka. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, janganlah kamu sekalian ber-muwaalaah dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, musuh-musuh Islam. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai patron dan sekutu terhadap orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. fanganlah kalian menjadikan mereka teman karib yang kalian bersikap terbuka kepada mereka dan membuka rahasia-rahasia kalian kepada mereka. fanganlah kalian memercayai penuh sikap bersahabat dan kasih sayang mereka karena mereka tidak akan bersikap tulus kepada kalian. Sebagian mereka itu adalah patron bagi sebagian yang lain. Sesungguhnya orang-orang Yahudi sebagian mereka adalah patron sebagian yang lain dan sesungguhnya orang-orang Nasrani sebagian mereka adalah patron bagi sebagian yang lain. Kaum Yahudi telah melanggar dan merusak perjanjian-perjanjian mereka. Semuanya bersepakat untuk memusuhi dan membenci kalian. Kemudian Allah SWT mengancam orang yang ber-muwaalaah dengan mereka. Barangsiapa yang menjadi patron mereka, menolong mereka, menyokong mereka, membantu mereka atau meminta pertolongan dari mereka, sejatinya ia adalah bagian dari mereka, dan seakan-akan ia adalah sama seperti mereka, bukan bagian dari barisan orang-orang Mukmin yang benar dan tulus keimanannya. Ini merupakan bentuk kecaman dan ancaman keras terhadap orang-orang munafik yang menjalin patronase dan perkawanan akrab dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang berlainan agama. Ber-muwaalaah dengan mereka berarti sama seperti meridhai dan menyetujui agama mereka. Hal ini mengisyaratkan bahwa berbagai jalinan kerja sama, asosiasi dan persekutuan antara kaum Muslimin dengan non-Muslim untuk kepentingan-kepentingan duniawi tidak dilarang dalam ayat ini. Sebab ancaman dan kecaman keras ini adalah sesungguhnya orang yang bermuwaalaah dengan orang-orang tersebut dalam berbagai urusan dan permasalahan keagamaan, dalam berbagai kebutuhan dan aktivitas dakwah sehingga ia pun memberikan pertolongan dan dukungan kepada mereka atau meminta pertolongan dan dukungan dari mereka, ia berarti telah menzalimi dirinya sendiri dengan meletakkan al-Walaayah [perwalian, pertolongan, dukungan dan patronase) tidak pada tempatnya. Allah SWT tidak menunjukinya kepada kebaikan atau kebenaran disebabkan perbuatannya yang bermuwaalaah dengan kekafiran. Fakta yang sesungguhnya adalah orangorang munafik yang dalam hatinya ada keraguan, kebimbangan, dan kemunafikan. Mereka begitu semangat bersegera untuk ber-muwaalaah dengan orang-orang kafir dan menjalin ikatan kasih sayang lahir dan batin. Mereka adalah Abdullah bin Ubaiy dan kelompoknya yang beranggotakan orangorang munafik. Sebab orang-orang munafik bermuwaalaah dengan para musuh Islam, bahwa mereka tetap ingin menjalin hubungan baik, persahabatan dan kasih sayang dengan orangorang kafiq, dengan alasan bahwa mereka khawatir jangan-jangan nanti orang-orang kafir berhasil menang dan mengalahkan kaum Muslimin. fika itu terjadi, mereka tetap memiliki tangan-tangan di kalangan kaum Yahudi dan Nasrani sehingga itu bisa menguntungkan mereka. Ini memang sudah menjadi watak dan karakter orang-orang munafik yang tertindas dan lemah di setiap zaman dan tempat. Mereka menjalin pertemanan, aliansi dan patronase dengan tokoh-tokoh penting kafir demi kepentingan pribadi mereka, supaya ketika dalam berbagai kondisi krisis, mereka tetap bisa mendapatkan pertolongan, bantuan dan dukungan. Namun fakta membuktikan bagaimana orang-orang kafir lepas tangan begitu saja dari mereka pada saat-saat terjadi bencana dan krisis besar serta menjual murah ikatan pertemanan mereka dengan harga yang remeh. Pada masa sekarang ini, kita menyaksikan sendiri bagaimana Amerika Serikat misalnya dengan mudah dan enteng mengabaikan, lepas tangan dan menyampakkan begitu saja seorang pemimpin suatu negara tertentu yang selama bertahun-tahun masa kepemimpinannya, ia menjadi sekutu dekat Amerika Serikat, menuruti semua keinginan dan kepentingan Amerika Serikat, serta menjalankan semua rencana dan skenario Amerika Serikat. Amerika Serikatyang selama ini memanfaatkan dan mengeksploitasi dirinya, kemudian pada saat terjadi masalah dan krisis, dengan begitu entengnya Amerika Serikat menyampakkan dirinya. Oleh karena itu, sia-sia, gagal dan tidak akan mendapat apa-apa setiap orang yang meminta pertolongan kepada selainAllah SWT dan kepada selain orang-orang yang meyakini agama-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT pun mementahkan asumsi, persangkaan, dan persepsi mereka, dengan menyatakan bahwa barangkali mudah-mudahan Allah SWT mendatangkan kemenangan dan kejadian yang menentukan antara orang-orang Mukmin dengan orang-orang kafir, seperti yang terjadi pada kejadian Fathu Mekah dan yang lainnya. Atau, barangkali mudah-mudahan Allah SWT mendatangkan suatu perkara dari sisi-Nya secara langsung tanpa campur tangan manusia menyangkut urusan orang-orang kafir; seperti memunculkan rasa takut, tercekam dan gentar dalam hati orang-orang Yahudi Bani Nadhif, dan berbagai kejadian lainnya yang Allah SWT memenangkan kaum Mukminin atas orang-orang kafir. Dengan begitu, orangorang munafik yang menjalin muwaalaah dengan orang-orang kafir itu pun menjadi menyesal atas apa yang telah mereka perbuat itu yang sama sekali tidak mendatangkan suatu manfaat dan keuntungan apa pun bagi mereka. Sesungguhnya kondisi itu tidak lain adalah hakikat kejelekan dan kerusakan bagi mereka. Karena kedok dan jati diri mereka terbongkar secara jelas dan gamblang di hadapan kaum Mukminin, setelah sebelumnya masih tertutupi. Ulama tafsir mengatakan, kata {.,r} (semoga, mudah-mudahan) dari Allah SWT bermakna pasti. fika ada orang baik, murah hati dan dermawan, mengutarakan suatu kebaikan kepada seseorang sehingga ia mengharap-harapkannya, orang dermawan akan melaksanakan dan merealisasikannya. Kata ini memiliki posisi seperti janji karena hati selalu mengharap -harapkannya. 1 7a Dengan begitu, bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah benar-benar mewujudkan dan merealisasikan kemenangan-kemenangan seperti kemenangan dalam Fathu Mekah misalnya dan di negeri-negeri Arab lainnya, pengusiran kaum Yahudi dari Hijaz, Khaibar dan tempattempat lainnya. Adapun yang dimaksud dengan suatu urusan atau perkara dari sisi Allah SWT adalah perencanaan sesuatu yang tersembunyi terhadap musuh, seperti pengusiran kaum Yahudi dari kampung halaman mereka atau menundukkan mereka seperti penundukan terhadap Yahudi Bani Quraizhah atau memunculkan rasa takut, gentar dan tercekam dalam hati mereka seperti yang terjadi pada Yahudi Bani Nadhif, atau menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani tunduk kepada hukum-hukum Islam dan otoritas negara Islam dengan mewajibkan mereka membayary izy ah. Ketika itu, persepsi, asumsi, dan harapan orang-orang munafik pun pudar sudah. Kebohongan dan kepalsuan mereka pun terkuak jelas. Orang-orang Mukmin saling berkata kepada sesama mereka, atau kepada orangorang Yahudi, dengan nada penuh keheranan, celaan, sekaligus gembira atas kejelekan yang menimpa musuh, "ltukah (maksudnya orangorang munafik) orang-orang yang bersumpah demi Allah, bahwa mereka itu bersama kalian, penolong dan pendukung kalian dalam melawan musuh kalian; kaum Yahudi, kemudian kedok dan jati diri mereka pun terkuah kebencian dan permusuhan mereka pun tersibak jelas, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At-Taubah:(9) ayat 56
وَيَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ اِنَّهُمْ لَمِنْكُمْۗ وَمَا هُمْ مِّنْكُمْ وَلٰكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَّفْرَقُوْنَ
Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; namun mereka bukanlah dari golonganmu, tetapi mereka orang-orang yang sangat takut (kepadamu).
Mereka adalah orang-orang yang ketakutan dan pura-pura memperlihatkan keislaman mereka untuk melindungi diri (taqltyah), atau sebagai langkah manuver atau langkah politik, bukan secara sungguh-sungguh dan tulus. Lalu orang-orang Mukmin melanjutkan perkataan mereka, yaitu sia-sia dan terhapuslah amalan-amalan orang-orang munafik tersebut yang mereka kerjakan secara munafih semisal shalat, puasa, haji dan jihad. Sehingga mereka pun merugi di dunia karena apa yang mereka harapkan ternyata tidak mereka dapatkan, serta merugi di akhirat karena kehilangan ganjaran dan pahala. Ulama tafsir berbeda pendapat seputar sebab turunnya ayat-ayat di atas. As-Suddi menuturkan bahwa ayat-ayat tersebut turun berkenaan dengan dua laki-laki yang salah satunya berkata kepada yang lain paska kejadian Uhud, "Kalau saya memilih untuk pergi kepada si Yahudi itu untuk berlindung kepadanya dan masuk agama Yahudi bersama dengannya. Siapa tahu itu bermanfaat bagiku di kemudian hari jika terjadi suatu kejadian." Lalu laki-laki yang satunya lagi berkata, 'Adapun aku lebih memilih untukpergi kepada si Fulan di Syam yang beragama Kristen, lalu aku berlindung kepadanya dan masuk Kristen bersama dengannya." Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat-ayat ini. Sementara itu, Ikrimah dalam keterangan yang diriwayatkan oleh Ibnu f ari4, mengatakan, bahwa latar belakang turunnya ayat-ayat tersebut adalah kisah Abu Lubabah bin Abdil Mundzic tatkala ia diutus Rasulullah saw kepada Yahudi Bani Quraizhah. Lalu Yahudi Bani Quraizhah bertanya kepadanya,'Apa yang akan diperbuat oleh Muhammad terhadap kami?" Lalu Abu Lubabah pun menjawabnya dengan bahasa isyarat dengan menggerakkan tangannya di lehernya, yang maksudnya adalah mereka akan dibunuh. Ada keterangan lain menyebutkan, bahwa ayat-ayat tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubaiy bin Salul, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Iaric dan juga sebagaimana yang telah disinggung dalam kajian sebab turunnya ayat di atas.
Fiqih Kehidupan atau Hukum-hukum
Ayat-ayat di atas menunjukkan sejumlah hal sebagai berikut.
1-Memutus aliansi dan patronase secara syari'at antara kaum Mukminin dengan kaum kafir menyangkut urusan-urusan agama dan tema-tema besar keagamaan yang bersifat prinsip dan pokok. Tidak ada larangan untuk mengadakan berbagai bentuk hubungan dan kerja sama untuk kepentingan-kepentingan duniawi yang menjadi tuntutan kondisi darurat. Hal ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh ath-Thabari menyangkut ayat 51
وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ barangsiapa yang menjalin muwaalaah atau patronase dengan kaum Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya ia termasuk bagian dari mereka. Orang yang menjadikan mereka sebagai patron dan memberikan pertolongan kepada mereka dalam menghadapi kaum Mukminin, berarti ia adalah termasuk bagian dari pengikut agama dan aliran mereka. Tidak ada orang yang menjadikan seseorang sebagai patronnya, melainkan ia adalah orangyang senang kepadanya, meridhai agamanya dan menyetujui langkahnya. fika ia senang kepada orang yang menjadi patronnya, meridhai dan menyetujui agamanya, berarti ia menentang, memusuhi dan membenci apa yang menjadi lawannya, dan status dirinya berarti sama seperti status orang tersebut. Ayat (فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ) menunjukkan bahwa statusnya sama dengan status mereka. Hal ini berarti larangan menetapkan hak waris bagi seorang Muslim dari orang yang murtad. Hukum tentang pemutusan muwaalaah ini tetap berlaku hingga hari Kiamat. Allah SWT. berfirman, Surah Huud (11) ayat 113
وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.
Surah Ali 'Imron (3) ayat 28
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.
Allah SWT memublikasikan pemisahan orang yang menjalin muwaalaah dengan orang-orang kafir dari jamaah kaum Mukminin dalam ayat وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْkarena ia berarti menentang Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana orangorang kafir menentang Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia harus dimusuhi sebagaimana para musuh kafir harus dimusuhi. Ia pasti masuk neraka sebagaimana orang-orang kafir pasti masuk neraka sehingga ia pun menjadi bagian dari mereka dan menjadi salah satu sahabat mereka.
2-Sesungguhnya berbagai kekhawatiran orang-orang munafik yang akhirnya mendorong mereka untuk ber-muwaalaah dengan orang-orang kafir, pudar dan tidak terbukti di hadapan rencana Allah SWI pertolongan dan dukungan-Nya, dihancurkannya para musuh, digagalkannya rencana dan skenario mereka, serta dihinakan dan dicampakkannya mereka
3-Terkuak dan tersingkapnya kedok dan jati diri orang-orang munafik di hadapan orang-orang Mukmin. Orang-orang Mukmin pun heran terhadap tingkah mereka. Orang-orang Mukmin berkata kepada sesama mereka, "ltukah orang-orang yang mengaku-ngaku sampai bersumpahsumpah segala bahwa mereka akan menolong kita?" Atau seraya orang-orang Mukmin berkata kepada kaum Yahudi dengan nada kecaman dan cemoohan, "ltukah orang-orang yang bersumpahsumpah demi Allah bahwa mereka akan menolong dan mendukung kalian dalam menghadapi Muhammad?" Ayat 53 Surah Al-Ma'idah
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ اِنَّهُمْ لَمَعَكُمْۗ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَاَصْبَحُوْا خٰسِرِيْنَ
memiliki dua kemungkinan, yaitu adakalanya perkataan orang-orang Mukmin adalah ditujukan kepada sesama mereka atau ditujukan kepada kaum Yahudi.
Qiraa'aat (وَيَقُوْلُ)
1. Tanpa wawu, yaitu qiro'at Ibnu Amir, Ibnu Katsir dan Nafi.
2. Dengan wawu, yaitu qiraa'aat imam yang lain.
3. Dengan dibaca nashab,yaitu qiraa'aat Abu Amr.
4. Dengan dibaca rofa',yaitu qiro'at imam yang lain.
Surah Al-Ma'idah (5) ayat 82-83
۞ لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri.
وَاِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ تَرٰٓى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّۚ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اٰمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ
Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri), seraya berkata, “Ya Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad).
Sebab Turunnya Ayat 82 dan 83
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id bin Musayyib Abu Bakar bin Abdur Rahman dan Urwah bin Zubair; mereka berkata, "Rasulullah mengutus Amr bin Umayyah adh-Dhamari dengan membawa surat dari Beliau untuk disampaikan kepada Najasyi. Amr datang menghadap Najasyi untuk menyampaikan surat dari Beliau. Najasyi langsung membaca surat tersebut, kemudian memanggil Abu fa'far bin Abu Thalib dan kaum muhajirin yang bersamanya. Ia dipertemukan dengan para pendeta dan para rahib. Setelah itu, dia menyuruh fa'far bin Abu Thalib untuk berbicara. fa'far membacakan surah Maryam kepada mereka hingga akhirnya mereka meyakini kebenaran Al-Qur'an dan mata mereka bercucuran air mata. Kepada merekalah Allah menurunkan ayat 82 Surah Al-Ma'idah sampai ke ayat 83
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id bin Jubair; dia berkata, "Najasyi mengutus tiga puluh orang pengikut pilihannya untuk menghadap Rasulullah saw. Ketika mereka sudah bertemu dengan Rasulullah saw., beliau membacakan surah Yaasiin kepada mereka. Mereka pun menangis seraya berkata, Ayat ini sangat mirip dengan ayat yang diturunkan kepada Isa' Tidak lama kemudian, Allah menurunkan ayat di atas kepada mereka."
Diriwayatkan oleh Nasa'i dari Abdullah bin Zubair dia berkata,"Ayat tersebut diturunkan untuk menjelaskan tentang peristiwa yang teriadi kepada Najasyi dan para pengikutnya
وَاِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ. Ath-Thabrani juga meriwayatkan hadits yang sama dari jalur Ibnu Abbas.llbnu Abbas, Sa'id bin fubaiq, Ibnu Abbas, Atha, dan as-Sadi berkata, "Yang dimaksud dalam ayat ini adalah Najasyi dan para pengikutnya yang datang dari Habasyah untuk menemui Rasulullah saw. dan beriman kepada beliau.
Athobari mengatakan "Menurut saya, pendapat yang benar adalah bahwa Allah SWT hanya menyebutkan karakteristik sebuah kaum yang berkata, 'Sesungguhnya kami ini adalah orang-orang Nasrani.' Dan Nabi Muhammad saw melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Allah tidak menyebutkan secara spesifik nama-nama mereka. Bisa jadi maksudnya adalah pengikut Najasyi dan bisa juga yang dimaksud adalah para pengikut syari'at Nabi Isa yang hidup hingga Islam datang. Ketika mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an, mereka masuk Islam, meyakini kebenaran Al-Qur'an, dan mereka tidak bersikap sombong.
Persesualan Ayat
Setelah Allah menyebutkan hal-ihwal Ahli Kitab, Allah menyebutkan kejelekan dan aib orang-orang Yahudi. Di antaranya adalah perkataan mereka Surah Al-Ma'idah (5) ayat 64
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Surah Ali 'Imron (3) ayat 181
لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ
Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!”
Allah juga menjelaskan kepalsuan aqidah orang-orang Nasrani dalam konsep trinitas dan sikap mereka yang menuhankan Isa. Ayat ini menjelaskan sikap mereka, baik yang memusuhi maupun yang bersahabat dengan orang-orang Mukmin. Allah juga mengingatkan bahwa permusuhan orang-orang Yahudi kepada orang-orang Mukmin amat keras. Oleh karena itu, Allah menjadikan posisi mereka setara dengan orang-orang musyrik dalam kadar permusuhan, bahkan permusuhan mereka lebih keras dari orang-orang musyrik. Hal ini dapat dilihat dalam ayat ini ketika orangorang Yahudi disebutkan terlebih dahulu sebelum orang-orang musyrik.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih, dari Abu Hurairah,
"lika orang Yahudi sedang berduaan dengan seorang Muslim, dia pasti akan selalu berusaha untuk membunuhnya." (HR Ibnu Mardawih)
Allah menegaskan bahwa karakter orangorang Nasrani lebih lembut daripada orangorang Yahudi dan mereka lebih dekat persahabatannya dengan orang-orang Mukmin.
Tafsir dan PenJelasan
Allah bersumpah dengan Zat-Nya bahwa orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang Mukmin pada masa Al-Qur'an diturunkan adalah orang-orang Yahudi. Pasalnya, kekufuran mereka disertai dengan pembangkangan, sikap menentang, dan menghancurkan kebenaran. Bahkan, permusuhan mereka lebih keras daripada orangorang musyrik sehingga mereka disebutkan terlebih dahulu dalam ayat di atas. Mereka telah banyak membunuh para nabi hingga mereka mencoba membunuh Rasulullah saw. dalam banyak kesempatan. Mereka juga pernah meracuni dan menyihir beliau.
Dalam hal ini, orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik berada dalam posisi yang sama. Keduanya sama-sama kelompok yang kufun memiliki sikap sombong, durhaka, dan lebih mementingkan materi dan kehidupan duniawi. Hanya saja orang musyrik lebih ringan daripada Yahudi sebab mereka tidak memahami hakikat agama Islam, tidak mengetahui Tuhan yang haq dan kenabian.
Gangguan yang paling keras yang pernah diterima Nabi Muhammad saw. adalah gangguan yang datang dari orang-orang Yahudi Hijaz, orang-orang Musyrik semenajung Arab, terutama dari penduduk Mekah dan Thaif. Adapun orang yang paling dekat persaudaraannya dan persahabatannya terhadap orang-orang Mukmin adalah orang-orang yang berkata, الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ, yaitu mereka yang mengatakan bahwa mereka pengikut Isa dan Injil. Mereka memiliki rasa cinta pada Islam dan pengikutnya karena dalam hati mereka terdapat ajaran-ajaran agama Isa yang bersifat lemah lembut dan santun, sebagaimana firman Allah, Surah Al-Hadiid: (57) ayat 27
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَاٰتَيْنٰهُ الْاِنْجِيْلَ ەۙ وَجَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَّرَحْمَةً ۗوَرَهْبَانِيَّةَ ِۨابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚفَاٰتَيْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْهُمْ اَجْرَهُمْ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.
Dalam Injil disebutkan, "Barangsiapa yang memukul pipi sebelah kananmu, berikanlah pipi sebelah kirimu."
Nabi saw. melihat ada kebaikan dalam diri orang-orang Nasrani tatkala mereka menerima dengan penuh rasa hormat orangorang Mukmin yang hijrah ke Habasyah untuk menghindari gangguan orang-orang musyrik, sebagaimana Hiraklius, Raja Rum, menolak surat Nabi saw. dengan cara yang sopan, setelah sebelumnya ia berusaha membujuk rakyatnya untuk menerima Islam. Begitu juga dengan Mukaukis, pemuka Katolik Ortodoks di Mesin menolak ajakan Nabi dengan cara yang lebih sopan lagi dengan cara mengirimkan hadiah kepada Nabi saw.. Setelah penaklukan Mesir dan Syam, banyak orang Nasrani di dua negara itu yang memeluk agama Islam karena mereka melihat banyak keistimewaan yang terdapat dalam Islam, tak terkecuali Ashamah an-Najasyi, Raja Habasyah, bersama keturunannya. Ketika Nabi Muhammad saw. wafat, ia melaksanakan shalat gaib untuk Nabi dan memberitahukan atas wafatnya beliau kepada seluruh rakyatnya.
Faktor yang menyebabkan mereka memiliki persahabatan dengan orang-orang Mukmin adalah keberadaan para pendeta dan para rahib di kalangan mereka. Mereka selalu mengaiak untuk beriman, berbuat baik, rendah hati, berlaku zuhud, hidup sederhana, dan tidak bersikap sombong serta tidak berpaling dari kebenaran. Allah menyebut mereka dengan sebutan orang-orang yang berilmu, raiin beribadah, dan memiliki sikap rendah hati, serta patuh dan tunduk pada kebenaran.
Ketika mereka mendengarkan ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., mereka menangis hingga air matanya mengalir dengan deras. Hal ini disebabkan hati mereka telah tersentuh firman Allah. Mereka juga mengetahui kebenaran dan adanya kabar gembira akan diutusnya Nabi Muhammad saw.. Kemudian, mereka berbondong-bondong menerima seruan untuk beriman seraya berkata, "Ya Allah, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orangorang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)." Maksud perkataan mereka adalah untuk menumbuhkan keimanan, yakni Kami beriman kepada-Mu, kepada utusan-utusan-Mu, dan kepada Muhammad saw.. Oleh karena itu, catatlah kami bersama dengan orang-orang yang bersaksi atas kebenaran Al-Qur'an yang diturunkan kepada para nabi yang di antaranya adalah Nabi Muhammad saw. dan bersama dengan orang-orang yang bersaksi atas keesaan-Mu.
Ibnu Mardawaih, Imam lbnu Hatim, dan Hakim meriwayatkan dari lbnu Abbas, ia berkata, "Yang dimaksud dalam firman Allah, فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ adalah bersama Nabi Muhammad dan umatnya Yang mereka menjadi saksi atas umat lain pada hari Kiamat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang menjelaskan karakteristik umat Nabi Muhammad saw., Surah Al-Baqarah (2) ayat 143
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
Kemudian, mereka menguatkan ungkapannya seraya berkata, Surah Al-Ma'idah (5) ayat 84
وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَا جَاۤءَنَا مِنَ الْحَقِّۙ وَنَطْمَعُ اَنْ يُّدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصّٰلِحِيْنَ
Dan mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang saleh?”
Artinya, mereka menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi kami untuk beriman kepada Allah dan mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Muhammad saw.. Kami juga berharap agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam surga bersama dengan orang-orang yang saleh, yaitu pengikut Nabi Muhammad yang mulia yang kami yakini bahwa mereka adalah orang-orang yang baik dan memiliki keimanan yang benar.
Orang-orang Nasrani yang beriman adalah mereka yang disebutkan dalam firman Allah, Surah Al-Qashash: (28) ayat 52-55
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِهٖ هُمْ بِهٖ يُؤْمِنُوْنَ
Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an, mereka beriman (pula) kepadanya (Al-Qur'an).52
وَاِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِهٖٓ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّنَآ اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهٖ مُسْلِمِيْنَ
Dan apabila (Al-Qur'an) dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya, sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sungguh, sebelumnya kami adalah orang muslim.”53
اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur'an) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka.54
وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۖسَلٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.”55
Oleh karena itu, Allah memberikan balasan kepada mereka atas keimanan, kepercayaan, dan pengakuan mereka terhadap kebenaran.
fa atsbahumullah bima qoluu jannat Allah memberikan balasan kepada mereka dengan memasukkan mereka ke dalam surga, tempat yang penuh dengan kenikmatan yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Air sungai itu mengalir di bawah pohon-pohon yang berada di surga. Mereka hidup kekal abadi di dalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu orang-orang yang patuh dan tunduk pada kebenaran, dari mana pun datangnya kebenaran tersebut. Sementara itu, kenikmatan di akhirat sulit untuk kita ketahui dan kita gambarkan karena itu Allah berfirman, Surah As-Saidah: (32) ayat 17
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.
Adapun orang-orang yang kafir serta mendustakan ayat-ayat Allah adalah orangorang yang membangkang dan menentang ayat-ayat-Nya, serta mengingkari keesaan-Nya dan kenabian Muhammad saw., mereka itulah penghuni neraka untuk selama-lamanya.
Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Lima ayat di atas merupakan contoh ideal dalam kaitannya dengan kebenaran, bersikap adil dan bijaksana. Dalam ayat ini, manusia dibagi ke dalam dua kelompok.
Pertama, kelompok orang-orang Mukmin dan para pendukungnya serta balasan surga yang akan mereka terima.
Kedua, kelompok orang-orang musyrik dan orang-orang kafir serta para pengikutnya, yaitu orang-orang Yahudi serta balasan neraka yang akan mereka terima.
Inilah pembagian yang adil yang berasal dari manusia itu sendiri [sesuai dengan amalannya) dan juga pembagian yang telah ditetapkan oleh Allah secara adil kepada mereka.
Sikap bijaksana yang ditunjukkan oleh orang-orang Nasrani, yaitu dengan cara tunduk kepada agama yang benar dan ajaran tauhid. Mereka beriman kepada Allah, kepada utusan-Nya, dan kepada Nabi Muhammad saw. sebab mereka dulu pernah mengajarkan kepada manusia tentang dasar-dasar agama yang benar; seperti mengesakan Allah, meyakini para nabi, menyeru untuk melakukan kebaikan, dan berbudi pekerti yang luhur. Mereka beribadah dengan ikhlas di tempat peribadahan mereka dan mereka takut kepada Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Mereka tidak serakah dalam kepentingan duniawi atau dalam merebut kekuasaan. Mereka tidak bersikap fanatik terhadap agama tertentu yang dapat membuat mereka tidak mau mengikuti agama lain. Mereka tidak sungkan untuk mendeklarasikan bahwa mereka beriman kepada Allah, rasul-Nya, dan Kitab yang diturunkan oleh Allah. Dalam hati mereka tertanam keimanan yang benar kepada Allah dan para nabi. Mereka memerhatikan dengan sungguhsungguh dan bersikap bijaksana terhadap kebenaran yang berasal dari kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.. Mata mereka mencucurkan air mata karena mereka mendapatkan kesesuaian antara ajaran yang mereka ketahui dengan apa yang mereka dengarkan dari Al-Qur'an. Mereka memohon kepada Allah agar mereka dapat diterima di sisi-Nya. Mereka selalu memperbarui keimanan mereka kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka memohon agar dicatat bersama dengan orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw. dan menjadi saksi atas umat lain pada hari Kiamat atas risalah Allah yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka kepada mereka. Seperti itulah perihal kaum yang berilmu dan bertindak bijaksana serta mematuhi kebenaran. Kaum yang mau menerima keimanan yang benar dan seluruh anggota mereka khusyu dalam mengingat Allah, sebagaimana firman Allah, Surah Az-Zumar (39) ayat 23
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَۙ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.
Surah Al-Anfaal: (8) ayat 2
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,
Dari uraian tadi, dapat disimpulkan bahwa dalam lima ayat di atas Allah SWT menjelaskan orang-orang yang paling ingkar; paling membangkang, paling sombong, dan paling memusuhi orang-orang Muslim adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Sementara itu, orang-orang yang paling dekat persaudaraannya dengan orang-orang Mukmin adalah orang-orang Nasrani yang hidup pada masa itu. Di antara tanda dari tindakan bijaksana orang-orang Nasrani yang telah percaya terhadap dakwah Islam secara terang-terangan -selain dari pengakuan mereka terhadap kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an tentang Isa dan penetapan hari kebangkitan (ba'ts) dan hari penghitungan amal (hisaab)- yaitu protes mereka pada saat dikatakan bahwa mereka tidak beriman terhadap kebenaran ketika mereka berkata, Surah Al-Ma'idah (5) ayat 84
وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَا جَاۤءَنَا مِنَ الْحَقِّۙ وَنَطْمَعُ اَنْ يُّدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصّٰلِحِيْنَ
Dan mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang saleh?”
Hal ini menunjukkan bahwa mereka mengerti tentang agama dengan benar juga mengetahui dan mematuhi kebenaran tanpa harus bersikap sombong dan menentang, seperti halnya orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Adapun tindakan bijaksana dari Allah SWT ditunjukkan dalam bentuk balasan yang diberikan kepada orang-orang yang percaya kepada agama mereka yang lurus dan kepada agama Islam yang membenarkan ajaran agama sebelumnya dan menyempurnakannya. Allah SWT berfirman, fa atsbahumullah bima qoluu jannat
Hal itu menujukkan bahwa iman mereka tulus dan apa yang mereka ungkapkan benar sehingga Allah mengabulkan permintaan mereka dan mewujudkan keinginan mereka. Inilah bukti keadilan dan anugerah Allah; Dia mengaruniakan keridhaan dan surga-Nya kepada orang yang beriman dengan ikhlas dan melakukan amal saleh dengan jujur dan yakin. Begitulah orang yang imannya tulus akan mendapatkan balasan (pahala) surga.
Bukti dari sikap bijaksana Allah yang lain adalah Allah memberikan balasan neraka kepada orang-orang kafir; dari golongan orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang musyrik, dan orang-orang yang mendustakan dalil-dalil yang nyata yang menerangkan wujud dan keesaan Allah dan kebenaran nabi-nabi-Nya
I'rob
تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ adalah jumlah fi'liyyah dalam keduciukan nahsab sebagai haal dari kata اَعْيُنَهُمْkarena yang dimaksud تَرٰٓىdalam ayat ini ialah melihat dengan mata kepala.
لَا نُؤْمِنُ بِاللّٰهِ dalam kedudukan nashab sebagai haal darikata ganti نَا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar