Selasa, 05 November 2024

Maryam Binti Imran

 A. Biografi Siti Maryam Binti Imran 

1. Kelahiran Maryam Binti Imran 

Maryam binti Imran lahir dari keluarga bertakwa, penuh berkah yang diliputi suasana keimanan, tekun beribadah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Maryam lahir dari pasangan Imran dan Hannah. Maryam binti Imran lahir di Nashirah, Nazareth, Palestina. Hannah binti Fakhud adalah sosok perempuan dengan kesabaran yang sangat luar biasa manakala Allah menjadikan dia sebagai perempuan yang tak kunjung memiliki keturunan. Sekian lama Hannah menantikan anak. Ia tidak juga putus harapan meski usianya telah lanjut. 

Di satu kesempatan, ibunda Maryam berteduh di bawah pohon. Terlihat olehnya di antara ranting pepohonan, seekor burung menyuapi anaknya, hingga Hannah tertegun. Lamunannya melayang-layang, seakan-akan ia menjadi induk burung itu. Akan tetapi, jauh panggang dari api, kenyataannya sampai di usia kepala Sembilan seorang 1 anak pun belum dikasih oleh Sang Pencipta. 

Hannah merintih dan memanjatkan do’a kepada Sang Pencipta, hingga dia bernadzar jika dikaruniai anak, Hannah akan menyerahkan anaknya untuk dijadikan sebagai pelayan Baitul Maqdis. Nadzarnya menjadikan anak sebagai pelayan Baitul Maqdis adalah harapan para rabbi. Mereka dilepaskan dari tugastugas rumah dan bergabung dalam kelompok yang hanya konsentrasi melayani keperluan Baitul Maqdis. Mereka harus tinggal di kuil untuk melayani kebutuhan Baitul Maqdis, dan tugas ini umumnya hanya cocok untuk anak laki-laki.

Allah mengabulkan do’a Hannah. Tidak lama kemudian Hannah pun mengandung. Tentu tidak terbayang kebahagiaan yang Hannah rasakan. Di sisi lain, Imron sang suami sedih karena nadzar yang telah diucapkan istrinya. “Apa yang kau lakukan? Bagaimana jika ternyata anak yang kau kandung adalah perempuan, sedangkan perempuan adalah aurat yang tidak pantas menjalankan tugas Baitul Maqdis”, keluhnya. Hannah terdiam, dan merasakan kekhawatiran yang juga Imran pikirkan. Tidak lama kemudian Imran wafat. Waktu kelahiran pun tiba. Anak yang di idamkan Hannah ternyata perempuan. Hannah sedih dan hanya bisa pasrah. Kesedihan Hannah tertulis dalam QS. Al-Imran ayat 36

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”

Hannah memberikan nama putrinya dengan nama Maryam. Dalam Bahasa Ibrani, Maryam berarti “perempuan yang tekun beribadah” Hannah menyelimuti Maryam lalu menggendongnya ke Baitul Maqdis. Ia letakkan di hadapan para rabbi.”Ambillah anak yang dinazarkan ini”, ucapnya. 

QS. Al-Imran ayat 35

اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرَانَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Karena Maryam adalah putri pemimpin mereka, para rabbi berebut. Zakariya tidak mau mengalah:”Aku yang paling berhak sebab bibinya adalah istriku”. “Akan tetapi kami akan mengundinya terlebih dulu,” yang lain memberi usul.

QS. Al-Imran ayat 37

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَالَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Masing-masing dari mereka termasuk Zakariya diminta melemparkan pena yang biasa digunakan untuk menulis Taurat. Setiap kali pena dilemparkan langsung tenggelam, sampai pada giliran Zakariya. Zakariya segera melemparkan penanya. Kejadian ajaib terjadi karena, pena yang dilemparkan Zakariya dapat berdiri tegak di atas permukaan air. Zakariyya segera menggendong Maryam kemudian menyerahkan pada istrinya, Isya’. Isya’ adalah saudara kandung Hannah. Perasaan Isya’ sangat senang saat Maryam dalam asuhannya, sebab selama ini ia juga merindukan seorang anak.

QS. Al-Imran ayat 38

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

QS. Al-Imran ayat 39

فَنَادَتْهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَهُوَ قَاۤىِٕمٌ يُّصَلِّيْ فِى الْمِحْرَابِۙ اَنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيٰى مُصَدِّقًاۢ بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَسَيِّدًا وَّحَصُوْرًا وَّنَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”

QS. Al-Imran ayat 40

قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَاَتِيْ عَاقِرٌ ۗ قَالَ كَذٰلِكَ اللّٰهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”

QS. Al-Imran ayat 41

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗ قَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ اِلَّا رَمْزًا ۗ وَاذْكُرْ رَّبَّكَ كَثِيْرًا وَّسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ ࣖ

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman, “Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.”

Hannah wafat delapan tahun kemudian. Sedangkan Maryam tumbuh dengan cepat. Zakariya membuatkan mihrab (kamar atas) khusus untuk Maryam di Baitul Maqdis. Ia tidak mengizinkan siapa pun untuk menemuinya, hanya Zakariya yang boleh menjenguknya. Maryam tumbuh menjadi wanita yang amat tekun. Ia gunakan waktunya untuk beribadah dan menjalankan tugas membersihkan Baitul Maqdis. Setiap kali Zakariya mengunjunginya, Zakariya dikagumkan dengan tersedianya makanan yang tidak dijumpai di musim itu. Zakariya selalu menemukan makanan itu tidak hanya sekali atau dua kali, namun makanan yang luar biasa itu selalu berada di ruangan Maryam, karena keta’juban yang luar biasa itu, Zakaria bertanya pada Maryam, “Maryam! Dari mana kamu peroleh makanan ini?” jawaban yang sangat luar biasa keluar dari mulut Maryam dengan kepasrahan, ketundukan, keikhlasan dan kebeningan hati dalam diri Maryam, “Makanan itu dari Allah”.

QS. Al-Imran ayat 42

وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ

Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).

QS. Al-Imran ayat 43

يٰمَرْيَمُ اقْنُتِيْ لِرَبِّكِ وَاسْجُدِيْ وَارْكَعِيْ مَعَ الرَّاكِعِيْنَ

Wahai Maryam! Taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”

ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَ ۗوَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يُلْقُوْنَ اَقْلَامَهُمْ اَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَۖ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يَخْتَصِمُوْنَ

Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar.

Tidak ada yang mustahil terjadi di dunia yang fana ini, semua digerakkan oleh Allah, walau ia tidak bekerja, dia hanya diam, memasrahkan dirinya hanya kepada Tuhan-Nya, maka Tuhan-Nya juga tidak tinggal diam, untuk memberikan kepada hamba yang dicintai-Nya. Imam Fakhru Razi dalam Kitab Tafsir Kabir Mafatih Al-Ghaib menjelaskan makanan istemawa yang diberikan kepada Maryam menunjukkan bahwa Maryam memiliki kedudukan yang istemewa pula di hadapan Allah, dan dia merupakan manusia pilihan dibandingkan dengan manusia lainnya.

2. Latar Belakang Keluarga Maryam Binti Imran 

Maryam merupakan putri Imran dan ibu Nabi Isa as. Nasab Maryam menurut Muhammad bin Ishaq adalah Maryam binti Imran bin Basyim bin Amun bin Misya bin Hizqiya bin Ahriq bin Maustim bin Azaziya bin Amshiya bin Yawusy bin Ahrihu bin Yazim bin Yahfazyath bin Isya bin Aban bin Rahba’am bin Daud as. Adapun menurut Abu Al-Qasim bin Asakir nasab Maryam adalah Maryam binti Imran bin Matsan bin Azir bin Yaud bin Akhnaz bin Shaduq bin Ayazur bin Alyaqim bin Aibud bin Zaryabil bin Syalatal bin Yuhina bin Barsya bin Amun bin Misya bin Hazqa bin Ahaz bin Mautsam bin Azruya bin Yuram bin Busyafath bin Isya bin Iba bin Rahba’am bin Sulaiman bin Daud as. Meskipun terdapat perbedaan dengan riwayat yang disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq tidak diperselisihkan lagi bahwa Maryam merupakan keturunan Nabi Daud as.

Imran menikah dengan seorang wanita yang bersal dari daerah pedalaman Palestina yang bernama Hannah Binti Faqud. Imran dan Istrinya hidup di tengah komunitas masyarakat yang cenderung membanggakan anak laki laki dari pada anak perempuan, karena kelak hanya anak laki-laki yang akan memegang urusan dan tanggung jawab kemasyarakatan dan dapat diabdikan di Baitul Maqdis. Selain itu, Imran juga merupakan seorang imam yang menjadi panutan bagi kaumnya di sekitar daerah Yarusalem.

Hannah merupakan adik dari istri Nabi Zakaria as. Maka, Maryam adalah keponakan dari Nabi Zakaria as dan pernah diasuh olehnya. Anak dari Nabi Zakaria as pun adalah seorang nabi, yakni Nabi Yahya as. Lalu, dari rahim Maryam, lahirlah seorang pemuda yang mulia dan saleh yang menjadi nabi, yakni Nabi Isa as. Itulah kenapa Maryam merupakan perempuan dari keturunan keluarga mulia. Dia juga termasuk dalam salah satu umat yang istimewa karena namanya mewakili segala sesuatu yang murni dan memegang posisi terhormat dalam Islam. Sehingga Allah SWT menjadikan Maryam sebagai nama salah satu surat yang ada dalam al-Qur’an.

3. Latar Belakang Sosial dan Budaya Maryam binti Imran 

Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orangorang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya. Layaknya pohon kurma yang tumbuh di tengah gurun pasir dengan cara menumbuhkan akar terlebih dahulu kedalam tanah sampai menemukan air. Tak peduli berapa dalam sumber air itu ada maka sedalam itulah akar kurma akan tumbuh, kemudian ia akan menumbuhkan tunas dan batangnya ke atas. Begitupun Maryam yang banyak menghadapi ujian berupa celaan dan fitnah namun dengan penuh kesabaran, keluhuran budi pekerti, kekuatan iman, dan keikhlasan dalam menghamba kepada Allah SWT, Maryam mampu meningkatkan ketakwaan nya kepada Allah sehingga menghasilkan kenikmatan yang dapat dirasakan seluruh kaum Bani Israil yaitu Nabi Isa as menjadi pemimpin bagi umatnya.

Maryam binti Imran, seorang perempuan yang namanya diabadikan dalam al- Qur’an sebanyak 34 kali dan menjadi perempuan satu-satunya yang namanya dijadikan nama salah satu surat al- Qur’an. Satu satunya perempuan yang bisa memasuki alQuds, Palestina, yang saat itu hanya boleh dimasuki kaum lakilaki. Kelahirannya di tengah budaya Patriarki. Budaya Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Maryam dianggap sebagai aib bagi masyarakat sekitar. Pada zamannya, melahirkan seorang anak perempuan adalah hal yang memalukan. 

Kemanusiaan perempuan hanyalah sebatas objek kebutuhan dalam memuaskan nafsu biologis laki-laki. Ibunya, Hannah binti Fakhud adalah sosok perempuan dengan kesabaran yang sangat luar biasa manakala Allah menjadikan dia sebagai perempuan yang tak kunjung memiliki keturunan. Meski begitu, tak ada keputusasaan pada diri Hannah akan harapan memiliki anak meskipun sampai usia tua, hingga akhirnya Allah hadirkan Maryam untuk mengisi kesepiannya.

Sesuai nadzar Sang Ibunda, Maryam tumbuh sebagai pelayan Tuhan di dalam Baitul Maqdis. Suatu area yang sangat suci bagi masyarakat sekitar, dan hanya boleh dimasuki laki-laki. Sosok Maryam yang kuat tercermin pada kemampuannya bertahan hidup di dalam Baitul Maqdis dengan pekerjaan kasar seperti mengangkat kendi, mengisi air, membersihkan seluruh bagian Baitul Maqdis, dan menyiapkan makan dan kebutuhan para agamawan. Menjadi yatim piatu di usia 6 tahun menjadikan Maryam memiliki keikhlasan dan ketegaran hati yang begitu mengakar di dalam jiwanya dalam menjalankan setiap hari demi hari kehidupannya dengan ibadah. Pagi harinya dia gunakan untuk berpuasa, dan bertasbih pada malam hari sampai datang waktu pagi lagi. Tak pernah Maryam tinggalkan mihrabnya kecuali hanya untuk bekerja dan berhajat ke kamar mandi.

Egosentris laki-laki penghuni Baitul Maqdis memuncak sejak kehadiran Maryam sebagai satu-satunya perempuan yang menjadi pelayan di rumah Tuhan (Baitul Maqdis). Tak sedikit perlakuan kasar yang diterima Maryam selama hidup di dalam Baitul Maqdis. Ketidakadilan yang dia terima sebatas karena dia terlahir sebagai seorang perempuan juga dialaminya. Kaum perempuan dilemahkan dan dianggap mustahil mampu mengerjakan pekerjaan mereka dengan alasan lemah secara fisik dan mental sesuai kodratnya. Di tengah budaya jahiliyah yang identik dengan sistem patriarki yang mengikat dalam setiap tatanan sosial masyarakat Timur Tengah, Maryam membuktikan bahwa dirinya mampu menuntaskan pekerjaan yang dianggap hanya bisa dikerjakan laki-laki.

Sebagaimana tersebut dalam sejarah bahwa pada zaman pra-Islam, orang Arab merasa malu jika istrinya melahirkan seorang anak perempuan. Hal ini dianggap sebagai aib terbesar bagi keluarga. Oleh karena itu, bayi perempuan yang baru lahir langsung dikubur hidup-hidup. Hal ini digambarkan al- Qur’an dalam QS. at-Takwir ayat 8-9 sebagai berikut:

 وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ  بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ

Artinya 8. Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hiduphidup ditanya, 9. “Karena dosa apa dia dibunuh,”

Begitulah kehidupan sosial dan budaya Maryam binti Imran. Maryam berjuang membuktikan bahwa perempuan berhak akan kesetaraan dalam hal beribadah. Maryam menjadi perempuan pertama yang mampu menduduki dan hidup dalam Al- Aqsa sebagai pelayan Tuhan.

4. Masa Kehamilan Maryam Binti Imran 

Kehamilan Maryam binti Imran telah tertulis dalam Kitab Allah yaitu didalam al-Qur’an surah Maryam ayat 18- 23. Ayat tersebut memberikan pengertian tentang bagaimana Maryam dapat mengandung sedangkan tidak ada satu laki- laki pun yang menyentuhnya. Berikut tafsir QS. Maryam ayat 18 sampai 23: 

a. QS. Maryam ayar 18-19

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مَرْيَمَۘ اِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ اَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا ۙ

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur'an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis),

فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۗ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا

lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.

قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا

Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا

Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”

قَالَتْ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا

Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”

قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ وَلِنَجْعَلَهٗٓ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّاۚ وَكَانَ اَمْرًا مَّقْضِيًّا

Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”

۞ فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهٖ مَكَانًا قَصِيًّا

Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”

Melihat kehadiran malaikat Jibril dalam wujud manusia yang tidak dikenal, dan dalam keadaan Maryam sedang menyendiri menghindar dari keluarganya, timbul rasa takut di hati gadis suci itu, maka dia, yakni Maryam, berkata sambil mengukuhkan ucapanya dengan kata “sesungguhnya”, yakni: “sesungguhnya aku berlindung kepada ar-Rahman Tuhan Yang Maha Pemurah dari dirimu; jika engkau seorang bertakwa maka menjauhlah dariku dan jangan sekali-kali menyentuhku”. Ia, yakni malaikat Jibril, berkata: “sesungguhnya aku tidak lain hanyalah seorang utusan Tuhan Pemelihara dan pembimbing-mu yang engkau mohonkan perlindungan-Nya itu. Aku diutus-Nya untuk menganugerahkan untukmu atas izin dan kuasa Allah seorang anak laki-laki yang suci lagi tumbuh berkembang jiwa raganya secara sempurna”. 

Kata ar-Rahman menggambarkan curahan rahmat Allah swt, secara aktual, sedang sifat yang dimiliki-Nya dilukiskan dengan kata “Rahim”. .Demikian pendapat sementara ulama. Ada juga ulama yang memahami kata ar-Rahman sebagai sifat Allah SWT yang mencurahkan rahmat yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir, makhluk hidup atau tak bernyawa. Sedangkan, rahmat yang kekal adalah rahmatNya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.

Kata Rahman yang diucapkan Sayyidah Maryam ini dapat juga dijadikan alasan untuk menguatkan pendapat yang menyatakan kata tersebut telah dikenal sebelum turunnya Al-Qurán. Kaum musyrikin Mekkah tidak mengenalnya sebagai nama Tuhan yang mereka sembah. Nabi Sulaiman as, dalam suratnya kepada Ratu Saba’ juga menggunakan kata tersebut, bahkan menggunakan Basmalah yang termuat dalm QS. An-Naml ayat 30.

Maryam ketika menyebut kata ar-Rahman ini, mengingatkan kepada sosok yang dilihatnya itu tentang betapa besar rahmat dan kasih sayang Allah yang melimpah kepada sosok tersebut sambil mengharap kiranya sebagian rahmat yang tercurah kepadanya itu ia curahkan pula kepada Maryam. Memang, ketika seseorang membaca atau mendengar kata ar-Rahman dan atau ar-Rahim, diharapkan jiwanya akan dipenuhi oleh rahmat dan kasih sayang dan saat itu rahmat dan kasih sayang akan memancar keluar dalam bentuk perbuatan-perbuatan.

Seseorang yang menghayati bahwa Allah adalah Rahman (pemberi rahmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan dunia ini), penghayat makna-makna itu akan berusaha memantapkan pada dirinya sifat rahmat dan kasih sayang sehingga menjadi ciri kepribadianya, selanjutnya ia tidak akan ragu atau segan mencurahkan rahmat kasih sayang itu kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, ras, atau agama, maupun tingkat keimanan, serta memberi pula rahmat kasih sayang kepada makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang mati, itulah buah yang diharapkan dari penghayat makna sifat Allah itu. 

Ucapan Maryam as, di atas menggabungkan antara permohonan perlindungan kepada Allah dan peringatan kepada malaikat yang menjelma menjadi manusia itu. Ucapan beliau mengingatkan sosok yang dilihatnya itu dengan kata bersyarat “jika engkau seorang bertakwa” merupakan peringatan yang dapat menggugah hati siapa yang memiliki walau sedikit kesadaran. Boleh jadi juga syarat tersebut muncul ketika beliau tidak melihat tandatanda yang mencurigakan dari sosok yang menjelma manusia itu atau bahkan terdapat tanda-tanda keshalehan. Di sisi lain, jawaban malaikat itu memberi ketenangan kepada Maryam as. Bukan saja dalam ucapannya bahwa ia utusan Allah, tetapi juga bahwa beliau akan diberi anak dan anak suci lagi sempurna. Kesucian dan kesempurnaanya itu sekaligus mengisyaratkan bahwa cara perolehanya pun pasti dengan cara yang suci pula. Bukankah anak yang lahir dari hubungan yang tidak dibenarkan Allah dinami anak haram.

Untuk menenteramkan hati Maryam dan menghilangkan ke-curigaannya, Malaikat Jibril berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah utusan dari Tuhanmu untuk menyampaikan berita kepadamu akan lahir seorang anak laki-laki yang suci dari segala macam noda.” 21 Malaikat Jibril menyebutkan bahwa dia sendiri yang akan menyampaikan berita tentang anak laki-laki itu, karena ia diperintahkan oleh Allah Ta`ala untuk meniupkan roh ke dalam tubuh Maryam. Dan turunlah ayat selanjutnya yaitu: 

b. QS. Maryam Ayat 20-21

قَالَتْ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا

Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”

قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ وَلِنَجْعَلَهٗٓ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّاۚ وَكَانَ اَمْرًا مَّقْضِيًّا

Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”

Mendengar ucapan malaikat tentang anugrah anak itu, Maryam terheran- heran sehingga dia, yakni Maryam, berkata: “Bagaimana dan dengan cara apa akan ada bagiku seorang anak laki-laki yang kulahirkan dari rahimku, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku, yakni melakukan hubungan seks dengan cara halal, dan aku bukan pula sejak dahulu sehingga kini seorang pezina yang rela melakukan hubungan seks tanpa nikah yang sah”.

Malaikat Jibril Menampik keheranan Maryam. Jibril, berkata: “Demikianlah yakni benar apa yang engkau katakan. Engkau memang tidak pernah “sentuh” oleh siapa pun dan benar juga bahwa seorang anak lahir akibat hubungan seks pria dan wanita, kendati demikian, Tuhanmu berfirman:” Hal itu, yakni kelahiran anak tanpa hubungan seks, bagi-Ku secara khusus adalah mudah; kami melakukan itu sebagai anugerah untukmu dan Kami menciptakan seorang anak tanpa melalui hubungan seks agar kami menjadikannya suatu tanda yang sangat nyata tentang kesempurnaan kekuasaan-Ku sehingga menjadi bukti bagi manusia dan untuk menjadi rahmat dari kami buat seluruh manusia yang menjadikannya sebagai petunjuk; dan hal itu, yakni penciptaan anak seorang anak- dalam hal ini Isa as, melalui Maryam tanpa ayah, adalah sesuatu perkara yang mudah diputuskan yakni pasti akan terjadi. Karena itu, wahai Maryam, terimalah ketetapan Allah itu dengan penuh suka cita dan hati tentram.

Maryam as Ucapan وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا (َّwa lam aku baghiyyan/aku bukanlah seorang pezina setelah menyatakan ْ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ  (َّwa lam yamsasni basyarun/ tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku bukan sekadar pengulangan, atau penekanan, tetapi masing-masing mengandung makna yang berbeda, yang pada akhirnya saling menguatkan. Ucapannya menafikan sentuhan manusia mengandung makna bahwa ia belum pernah berhubungan seks. Ini ditegaskannya karena ketika itu beliau telah dipinang oleh Yusuf an-Najjar, dengan demikian boleh jadi timbul dugaan bahwa telah terjadi sesuatu antara keduanya bila ia hamil, di sisi lain, jika kehamilan terjadi terhadap Maryam pastilah tunangnnya yaitu Yusuf an-Najjar akan sangat kecewa dan marah. 

Adapun peenyataannya bahwa beliau bukan seorang pezina atau wanita jalang ini, untuk menegaskan bahwa sejak dahulu beliau bukanlah seorang wanita asusila dan itu akan dipertahankannya hingga masa datang.

c. QS. Maryam ayat 22-23

۞ فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهٖ مَكَانًا قَصِيًّا

Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”

Setelah menyampaikan ketetapan Allah di atas,malaikat Jibril, meniupkan ruh ke tubuh Maryam , maka dia pun mengandungnya, yakni mengandung anak laki-laki yaitu Isa as. Bersamaan dengan Maryam mengandung, Isya’ (istri Zakariyya) juga mengandung nabi Yahya as. Pernah suatu saat, kedua calon ibu ini bertemu. Isya’ bertanya pada Maryam: “Hai Maryam apakah kau mengandung? Kenapa kau bertanya demikian?” Maryam kaget. “Aku merasakan janin di perutku menghormat pada janin di perutmu.” Jawab Isya’. Isya’ mendahului melahirkan Yahya as. Bayi tampan, berambut renggang, jari-jari agak pendek dan lirih suaranya. Dibawah asuhan Zakariya, Yahya as tumbuh menjadi anak yang tekun. Ia senantiasa beribadah dan tidak tertarik untuk sekedar bermain dengan anak sebayanya. Di usianya yang masih kanak-kanak, Allah mengutusnya menjadi rasul. Yahya as mengingatkan Bani Isra’il dengan penuh semangat, tanpa merasa lelah atau putus asa.

Maryam menjadi pelayan Baitul Maqdis bersama dengan Yusuf an-Najr. Yusuf an-Najr adalah putra Ya’qub saudara ‘Imron. Yusuf dengan Maryam adalah saudara sepupu. Keduanya dikenal sebagai orang yang paling tekun beribadah. Hari terus berlalu dengan ketekunan Maryam dalam mengabdikan dirinya di Baitul Maqdis. Tanda-tanda kehamilan Maryam tanpa disadari mulai terlihat. Hal ini membuat Yusuf serba salah. Jika ia tuduh Maryam berbuat keji, ia melihat kesalehan dan kesucian Maryam yang tidak mungkin untuk melakukan perbuatan keji. Sebab Maryam tidak pernah pergi dari bilik pingitannya (mihrab). Namun, tanda-tanda kehamilan tampak jelas. Rasa penasaran Yusuf tidak terbendung lagi. Dengan hati-hati ia bertanya: “Dalam batinku tersimpan sebuah tanda tanya pada dirimu. Aku berusaha meredamnya, dan mengburnya dalam-dalam, tapi aku kalah oleh perasaanku. Kiranya, dengan mengungkapkannya gelisahku akan bisa terobati”. Tutur Yusuf. “Ungkapkanlah perasaanmu dengan baik-baik”, balas Maryam.Yusuf melanjutkan, “Aku tidak akan mengungkapkan sesuatu yang lain, Hanya itu katakan padaku Maryam, Apakah ada tanaman yang tumbuh tanpa benih?”. Jawab Maryam “Iya”. “Apakah ada pohon yang bisa tumbuh tanpa hujan yang menyirami?” Ya”. Jawab Maryam semakin mantap. “Apakah bisa tumbuh janin tanpa laki-laki”, ucap Yusuf menyudutkan. “Ya”, jawab Maryam yakin. Maryam balik bertanya:”Apakah kau tidak mengerti bahwa Allah menumbuhkan tanaman di saat menciptakannya dengan tanpa biji sama sekali. Biji itu baru muncul dari tanaman yang oleh Allah ditumbuhkan dengan tanpa biji. Apakah kau juga tidak tahu, bahwa Allah menumbuhkan pohon dengan sendirinya. Tanpa hujan. Lalu melalui kodrat-Nya Allah jadikan hujan bisa membuat pohon hidup; setelah menciptakan keduanya. Atau kau menganggap Allah tidak mampu menumbuhkan pohon sampai Allah meminta bantuan air hujan. Kalau tidak, Ia tidak akan mampu menumbuhkannya?”. Yusuf berkelit, “Aku tidak bermaksud bertanya itu, aku pun mengerti Allah mampu atas setiap apa yang dikehendaki, dengan ‘Kun Fayakun’.”

Lalu Maryam yang telah menangkap inti pertanyaan Yusuf, memojokkan dengan hujahnya, “Apakah kau tidak tahu bahwa Allah menciptakan Adam dan istrinya dengan tanpa laki-laki dan perempuan?”. “iya”. Jawab Yusuf. Yusuf menangkap bahwa sesuatu yang ada pada diri Maryam adalah sesuatu yang ganjil dari Allah. Dan Maryam sendiri tidak mungkin bisa menjelaskan. Oleh karenanya, Maryam berusaha menghindar. Maryam semakin lemah dan pucat, bebannya semakin berat, perutnya makin membuncit dan pandangannya mulai lamur. Yusuf merasa kasihan dan segera mengambil alih pekerjaan Maryam.

Maryam asyik dengan kesendiriannya, ia hamil saat masih berusia tiga belas tahun dan tanpa dampingan seorang suami. Sekali waktu, Maryam bercanda dengan janinnya. Janin yang selalu bertasbih ketika Maryam tidak menggodanya. Maryam merasakan, waktu beranjak begitu malas. Setiap menit bahkan detik adalah perjuangan melawan kegalauan dan pupus harapan. Sedang waktu persalinan semakin dekat. Maryam merasakan kekhawatiran dan kegelisahan dengan keadaan dirinya yang sedang mengandung dan rasa sakit saat melahirkan.

Untuk menghindari gunjingan, Maryam menyingkir ke tempat sunyi di Betlehem, kota yang terletak di sebelah selatan Yerusalem. Maryam pergi tanpa seorang pun disampinnya. Rasa sakit akibat kontraksi akan melahirkan anak mamaksa dia menuju ke pangkal pohon kurma untuk bersandar. Kini, terbayang olehnya sikap dan cemooh yang akan didengarnya karena dia melahirkan anak tanpa memiliki suami, dan karena itu ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati, yakni tidak pernah wujud sama sekali di pentas hidup sebelum ini, yakni sebelum kehamilan ini, agar aku tidak memikul aib dan malu dari satu perbuatan yang sama sekali tidak kukerjakan dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan selama-lamanya”. Tanpa persiapan persalinan, Maryam melahirkan Isa as. 

Jibril menghibur Maryam dengan ayat yang ada dalam surah Maryam ayat 24-25 yang artinya: “Jangan resah. Tuhanmu telah menjadikan di bawahmu anak sungai, dan gerakkanlah untukmu batang kurma”. Mata air mengalir di sisi Maryam, dan Allah menumbuhkan batang kurma yang setiap saat bisa Maryam ambil buahnya dengan menggerakan kakinya, Maryam menggumam: “Aku bernadzar, hari ini aku tidak akan berkata pada seseorang pun.” (QS. Maryam ayat 26). Iblis sibuk menyebar tuduhan keji. Iblis kumpulkan Bani Israil, lalu mengajaknya mendatangi Maryam. Maryam masih tampak pucat sambil menggendong bayinya.

5. Maryam Pasca Melahirkan Nabi Isa as 

QS. Maryam ayat 27-28

فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا

Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”

Setelah pada pembahasan sebelumnya Allah memerintahkan kepada Maryam untuk menyantap makanan dan minuman yang ada di hadapannya, kemudian setelah itu Allah juga memerintahkan kepadanya untuk bersenang hati, menerima dengan bahagia karena telah melahirkan dengan selamat seseorang yang kelak akan manjadi Nabi utusan Allah. Dan melupakan pandangan- pandangan negetif yang kelak akan dilontarkan oleh kaumnya, karena Allah selalu berada di pihaknya. Sedangkan malaikat Jibril menjelaskan kepada Maryam, “Adapun nanti ketika mereka bertanya tetang kejadian aneh yang di luar logika. Engkau Maryam, maka tidak perlu repot-repot menjelaskan panjang lebar tentang kronologi kejadiannya, cukup bagimu lakukan aksi tutup mulut,dan berikan isyarat singkat sebagai jawaban dari pertanyaaan mereka. Karena apabila kamu menjelaskan panjang lebarpun mereka tidak adakan pernah memahaminya, bahkan nantinya peristiwa ini akan menjadi debat kusir yang tidak pernah sampai pada penghujungnya, dan pasti engkau akan kalah sebab bagaimanapun engkau harus menyadari bahwa engkau adalah seorang wanita, biarkan mereka melihat buktinya saja karena itu lebih bisa dimengerti.”

Setelah tahu apa yang nantinya harus Maryam lakukan ketika dihadapkan dengan keadaan yang sudah dia takutkan hingga akhirnya menyebabkan dia melakukan penyendirian, akhirnya ketika keadaannya sudah mulai tenang, Maryam memberanikan diri untuk pulang ke kampung halamannya dengan menggendong bayi yang telah dia lahirkan. Tibalah saatnya dia sampai ditengah-tengah kaumnya, maka mereka berkata keras kepada maryam:“Wahai Maryam kami bersumpah, sesungguhnya engkau dengan melahirkan bayi ini telah melakukan sesuatu yang mungkar. Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali- kali pada saat apapun bukanlah seorang yang buruk perangainya dan ibumu dalam segala waktu dan situasi sekali- kali bukanlah seorang pezina, sehingga bagaimana mungkin engkau menempuh jalan yang tidak dikenal oleh kedua orang tuamu?”. 

Maryam yang mendengar tuduhan-tuduhan keras yang di lontarkan kepada dirinya, dia tetap tegar dan tenang, lalu mengikuti petunjuk yang telah dipesan sebelumnya, maka dia menunjuk kepada anaknya tanpa mengeluarkan sepatah kata, seakan tunjukannya itu bermakna “wahai kaumku tanyakanlah semua peristiwa ini kepada anakku yang sedang aku gendong, sesungguhnya dia akan menjelaskan betapa mungkinnya kejadian ini terjadi” maka mereka pun sontak kaget dan langsung saja mematahkan perintah yang telah maryam katakan, “bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih berada dalam buaian?”

Maka, ketika itu pula nabi Isa as yang masih dalam keadaan bayi berkata “sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Dia yang nantinya akan memberi aku al-Kitab, yakni Injil, sesuai dengan ketetapan-Nya sejak azali dan juga akan mengajarkan kepadaku kitab-kitab sebelumnya, seperti kitab Taurat, dan Allah juga pasti akan menjadikan aku seorng nabi bila tiba masanya untuk menyampaikan tuntunan agama kepada Bani Israil. Dan Dia lah Allah yang maha Esa yang telah menjadikan aku sebagai seorang hamba yang diberkahi dengan aneka keberkahan dimanapun aku berada, dan Dia juga telah memberikan wasiat kepadaku untuk senantiasa menunaikan sholat secara berkesinambungan dan menunaikan zakat secara sempurna selama aku masih hidup, dan Dia juga menganugrahkan kepadaku kemampuan lahir dan batin sebagai bukti kepatuhan dan ketaatan kepada ibuku, dan terakhir dialah Allah yang tidak akan menjadikan aku sebagai orang sombong lagi celaka”.

Mereka pun terdiam setelah menyaksikan kejadian yang di luar nalar dan batas pikirannya, dan akhirnya percaya atau tidak percaya mereka harus menerima dan mempercayainya bahwa ternyata bayi yang selama ini Maryam kandung dan kini telah dia lahirkan adalah bukan bayi yang biasa pada umumnya, dia adalah bayi yang kelak akan menjadi utusan Allah dan membawa kalimat-kalimat kebenaran dari Allah. 

B. Analisis Kehamilan Maryam (Secara Umum) 

Perjalanan hidup Maryam sejak kecil menunjukkan bahawa beliau meninggalkan keluarga demi memberikan bakti kepada Allah dalam memenuhi nazar ibu dan bapaknya. Sepanjang hidupnya, Maryam dan ibunya terpisah. Jarak yang jauh menjadikan Maryam sulit untuk bertemu dengan ibunya. Bagi seorang anak, keinginan untuk berada dalam pelukan keluarga lebih-lebih lagi ibu bapak sendiri sangat kuat. Setelah beberapa lama berada dalam asuhan Zakariyya as, Maryam mendapat khabar duka cita bahwa ibunya telah pulang ke rahmatullah. Selama dalam asuhan nabi Zakariyya Maryam tinggal didalam mihrab di Baitul Maqdis.

Maryam mulai berhadapan dengan cabaran sosio-budaya dan agama kerana nazar ibunya itu seperti melawan tradisi umat Bani Israel pada ketika itu. Maryam harus menjadi satu- satunya wanita pelayan Baitul Maqdis diantara pelayan- pelayan laki- laki disana. Hari- hari Maryam disibukkan dengan mendekatkan diri kepada Allah, hingga suatu waktu, malaikat Jibril dating dan memberikan kabar yang tertulis dalam firman-Nya 

QS. Maryam ayat 18-19

قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا

Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا

Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”

Tentang kehamilan Maryam ini adalah urusan Allah dan berlaku dengan keizinan-Nya juga tanpa memenuhi sebab musabab. Inilah salah satu ciri keutamaan Maryam dibandingkan wanita-wanita lain yaitu wanita suci yang hamil tanpa berhubungan badan dengan seorang laki- laki manapun. Firman Allah Taala dalam surah Ali Imran: 45-47 juga memberikan penegasan tentang kehamilan Maryam sebagai tanda karamah.

Fakta sains menetapkan kehamilan wanita itu berlaku disebabkan bertemunya sel telur perempuan dengan sperma lelaki. Belum pernah berlaku dalam sejarah manusia sehingga kini kejadian yang mengejutkan sebagaimana yang berlaku kepada Maryam yang mengandung hasil ditiup ruh daripada Allah ke dalam rahimnya. Ujian kehamilan tanpa suami merupakan ujian terberat bagi Maryam. Beliau meletakkan segala keyakinan kepada Allah walaupun menerima cacian dan hinaan yang bertubi-tubi dari Bani Israil. Ketenangan hati Maryam ketika menerima ketentuan Allah menunjukkan keshalihan dan ketabahan dihatinya. Maryam telah diperjelaskan sejak dari awal bahwa anak tersebut adalah seorang yang suci yang dianugerahkan Allah Taala sebagai rahmat, diberi nama Isa dan digelar al-Masih, serta akan menjadi nabi dan tokoh terkemuka dan agung di dunia dan menjadi golongan yang dekat di sisi Allah di akhirat.

Setelah mengandung, Maryam mengasingkan diri ke tempat jauh, yaitu ke Bethlehem yang terletak sebelah timur Palestina. Maryam memutuskan untuk mengasingkan diri karena perut Maryam yang semakin membesar akan mengundang pertanyaan banyak orang dan juga yang akan berbicara hal buruk tentang dirinya. Firman Allah Taala yang menggambarkan fasa pengasingan dan keadaan Maryam bersendirian terdapat dalam surah Maryam: 22-24, maksudnya: Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa dia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".

Rasa gelisah dan cemas adalah suatu lumrah semasa hamil kerana wanita yang hamil mengalami suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan psikologi. Perubahan ini terjadi akibat perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang sehingga ia dilahirkan. Demikian juga semasa menghadapi proses bersalin, wanita mudah mengalami tekanan dan ketakutan apalagi kehamilan dan kelahiran itu adalah yang pertama kali. Ibu hamil yang akan melakukan persalinan memerlukan seseorang di sisinya seperti halnya suami atau keluarga terdekat untuk menenangkan dan menguatkan selama proses persalinan.

Dalam kisah Mayam, kesakitan yang dirasakan Maryam saat akan melahirkan memaksanya untuk bersandar pada pangkal pohon kurma sebagai kekuatan. Maryam berkata: “Aduhai! Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak bererti lagi dilupakan. Ucapan tersebut merupakan ungkapan rasa cemas dan sedih kerana rasa malu Maryam melahirkan anak tanpa seorang suami. Maryam juga membayangkan bagaimana nanti keadaan kaumnya jika melihat dirinya menggendong seorang bayi. Kaumnya tidak akan mempercayai kabar yang disampaikannya sekalipun mereka mengenalinya sebagai wanita yang taat dan tekun beribadah. Mereka akan menuduh Maryam sebagai wanita pelacur dan penzina. Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk menyeru kepada Maryam agar Maryam tidak bersedih akan hadirnya bayi dalam hidupnya. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini" (Surah Maryam: 25-26).

Jibril menjalankan tugas dengan perintah dan bimbingan Allah serta pengawasan-Nya sehingga Isa as. dilahirkan dengan selamat. Selepas bersalin, Maryam diperintahkan supaya berpuasa untuk tidak berbicara dengan siapapun dan menyerahkan segala urusanya hanya kepada Allah. 

C. Kehamilan Maryam dalam Perspektif Psikologis 

Maryam binti Imran dikisahkan ketika ruh sudah ditiupkan ke dalam rahim oleh malaikat Jibril. Maryam binti Imran merasakan ketakutan dan kecemasan yang sangat mendalam, sehingga terbayang sikap cemoohan dari Bani Israil. M Qurais Shihab pakar tafsir menjelaskan bahwa ketika Maryam binti Imran menghadapi cemoohan dari Bani Israil, Maryam mengalami sakit mental yang berupa rasa menjadi manusia tidak berarti semacam putus asa.

Allah memberikan bimbingan melalui malaikat Jibril dalam Firman-Nya di surat Maryam ayat 24-25. Malaikat Jibril dikisahkan bahwa tidak lama kemudian datang dan berkata: “Janganlah, wahai Maryam engkau bersedih hati karena ketersendirian atau ketiadaan makanan dan minuman serta kekhawatiran gunjiingan orang, sesungguhnya Tuhan pemelihara dan pembimbing-mu telah menjadikan anak sungai telaga di bawahmu. Dan goyangkanlah ke kiri dan ke kanan pangkal pohoon kurma itu ke arahmu, niscaya ia yakin pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. 

Lalu pada ayat selanjutnya di ayat 26 QS. Maryam dikisahkan, malaikat Jibril melanjutkan ucapannya untuk memberikan ketenangan kepada Maryam binti Imran bahwa: “maka makan dan minum serta bersenang hatilah, dengan kelahiran anakmu. Jika kamu melihat manusia dan dia bertanya keadaanmu, maka katakanlah yakni berilah isyarat yang maknanya sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa, yakni menahan diri untuk tidak berbicara demi untuk Tuhan yang Maha Pemurah”. Yang dimaksud berpuasa disini adalah agar menghindarkan dari problematika aneka gugatan, sedangkan Allah bermaksud untuk membungkam siapapun yang yang mencurigaimu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa Allah memberikan dua bimbingan dalam penyembuhan mental lemah yang dialami Maryam binti Imran yang pertama, berupa peran agama yang memberikan petunjuk yaitu dengan Allah memerintahkan orangorang terdekat untuk menguatkan dan mendampingi dari proses kehamilan hingga melahirkan. Yang dimaksud orang-orang terdekat bagi Maryam binti Imran ialah malaikat Jibril.

Berbeda pandangan apabila yang mengalami problematika tersebut adalah manusia di era milenial, bagi manusia di masa sekarang yang dimaksud orang-orang terdekat ialah ayah, ibu, suami atau keluarga. Tahap kedua, Allah membimbing melalui petunjuk kepada Maryam binti Imran dalam bentuk berpuasa. Tetapi puasa dalam konteks ini adalah berpuasa untuk tidak berbicara, sehingga dapat dimaknai sebagai meminimalisir interaksisi sosial dan berfungsi untuk menghindari cemooh Bani Israil agar tidak terpancing untuk menanggapi berbagai tuduhan yang ditunjukkan kepada diri Maryam, yang dapat memperparah psikis Maryam binti Imran.

Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa Allah SWT telah memberikan kekhususan kepada Maryam yang tidak diberikan kepada wanita-wanita lainnya, yaitu dengan diutusnya malaikat Jibril as untuk berbicara langsung kepadanya, menampakkan diri di hadapannya, dan juga untuk menghembuskan ruh ke dalam rahimnya. Dan Maryam juga langsung percaya dengan kalimat dan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhannya, dan tidak meminta tanda seperti yang diminta oleh nabi Zakaria as. Oleh karena itu, di dalam al- Qur'an ia diberi nama Ash-Shiddiqah dan ibunya seorang yang sangat benar”.

Allah SWT telah menyematkan sebutan ash-shiddiqah baginya, dan mempersaksikan bahwa ia telah membenarkan setiap kalimat dan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhannya, dan Allah SWT juga telah memasukkannya ke dalam kelompok orang-orang yang taat. Sungguh berbeda, kala Zakaria diberikan kabar gembira dengan kehadiran seorang anak, lalu beliau menyadari kerentaan usianya dan kemandulan rahim istrinya beliau berkata, “bagaimana mungkin saya akan mendapatkan seorang anak, padahal istri saya adalah seorang wanita yang mandul”. Lalu beliau meminta tanda kehamilan tersebut kepada Tuhannya. Berbeda dengan Maryam, ketika ia diberitakan kabar gembira akan diberikan seorang anak laki-laki, lalu ia menyadari bahwa ia masih seorang gadis yang belum pernah menikah atau disentuh oleh siapa pun, kemudian dikatakan kepadanya. Jibril berkata: “Demikianlah (titah dari Tuhanmu)”, Maryam pun tidak melanjutkannya, ia merasa cukup dangan keterangan tersebut, dan ia juga mempercayai seluruh kalimat dan kabar gembira yang disampaikan kepadanya. Ia tidak meminta tanda apapun dari Yang Maha Mengetahui hakikat permasalahan itu. Tidak ada wanita manapun di dunia ini, yang hidup dari dulu hingga akhir zaman yang memiliki kisah riwayat hidup seperti Maryam binti Imran.

Kisah Maryam yang telah penulis ceritakan merupakan isi dari surah Maryam ayat 19 – 23. Kisah yang berangkat dari salah satu wanita penghuni surga yang telah termaktub dalam hadist nabi SAW yang berbunyi:” Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah.”(HR. Hakim dan Muslim). Hadist tersebut, menggambarkan bahwa Maryam merupakan wanita mulia. Kemuliaan tersebut terlihat ketika Maryam mengandung dan melahirkan Nabi Isa tanpa seorang ayah, dimana kondisi tersebut dia mendapatkan berbagai ujian dan cobaan. Maryam diberi cobaan berupa dia mengandung tanpa adanya suami, sehingga para kaumnya selalu menggunjingkan dirinya. Seperti yang kita ketahui Maryam dikenal sebagai seorang perempuan yang selalu menjaga kesuciannya, kehormatannya, dan seorang yang ahli ibadah. 

Berdasarkan pendapat M. Quraish Shihab pakar tafsir bahwa meskipun dihina, diasingkan dan dipandang rendah, Maryam binti Imran tetap menyerahkan segala persoalan tersebut kepada sang Maha pencipta. Alhasil psikis Maryam binti Imran tetap tegar dan tenang dalam menghadapi segala tuduhan Bani Israil.51 Kehidupan dunia yang Maryam jalani dengan keteguhan iman dan dengan tujuan hidup hanya untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq memunculkan sifat-sifat mulia untuk menyikapi segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, terutama psikologis Maryam saat mengandung nabi Isa AS, diantaranya: 

1) Disiplin dalam Beribadah 

Maryam menjadi figur perempuan mulia yang menjaga kehormatan dirinya dan disiplin dalam beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat dan mendekatkan diri pada Allah, sehingga Allah memberinya hadiah istimewa berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak. Sejak kecil hingga akhir hayatnya Maryam tak kenal lelah dalam beribadah kepada Allah. Mujahid menyebutkan bahwa Maryam sering berdiri untuk menyembah Tuhannya hingga pergelangan kakinya bengkak. 

Maryam binti Imran, tak pernah lelah dalam belajar. Ia menghafal kitab Taurat dengan sangat baik dan beliau pahami isinya dengan sangat sempurna. Ketaatan Maryam dalam beribadah tidak perlu diragukan lagi. Pada siang hari ia berpuasa dan malam hari ia taat mendirikan salat.

Saat wahyu Allah turun, bahwa Allah akan menganugerahkan seorang anak laki-laki dalam kandungan Maryam. Padahal Maryam sama sekali tidak pernah disentuh oleh laki-laki. Hal tersebut tidak sedikitpun mengubah ketaatan Maryam sebagai hamba. Mungkin jika hal tersebut dialami. Maryam tetap bertasbih dan menyembah Allah hingga kehamilannya dalam usia tua.

Dalam QS. Al-Tahrim ayat 12 disebutkan bahwa Maryam termasuk min al-qanitin. Dijelaskan bahwa “qanit” berarti ketaatan spiritual dan agama, yang juga bermakna keteguhan dan ketenangan (QS. Al-Nisa: 34). Bentuk lain dari kata “qanit”, yaitu “qanata” memiliki makna hanya taat kepada Allah, bukan pada manusia (QS. Al Baqarah: 116). Akan tetapi, karena Maryam seorang perempuan, mengapa menggunakan kata “qanitin”, seharusnya menggunakan kata “qanitat”, karena untuk menunjukkan bahwa ketakwaan dan ketaatan Maryam binti Imran bisa menjadi uswatun hasanah bagi segenap kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan. Itulah alasan mengapa al-Quran menggunakan kata “qanitin” bukan “qanitat”.

2) Sabar dalam Cobaan 

Sikap sabar dalam segala hal terlihat dalam diri Maryam yang terdapat pada QS Maryam ayat 22; “Maka, dia (Maryam) mengandungnya, lalu mengasingkan diri bersamanya ke tempat yang jauh.”

Ketika Malaikat Jibril berkata kepada Maryam tentang apa yang firmankan oleh Allah SWT, dia berserah diri dengan qadha Allah SWT, bahwa Maryam mesti mengandung. Dan mengandunglah dia, dari waktu ke waktu kandungannya semakin membesar. Sebagai seorang anak perempuan yang masih perawan serta shalih, dan seorang yang ahli ibadah kepada Allah dari keluarga yang teguh kepercayaan kepada Allah, kehamilannya itu diterimanya sebagai bentuk dari iman. Tetapi tidak semua orang akan mempercayainya dengan apa yang telah terjadi. Karena semua orang tahu bahwa Maryam masih belum menikah. Sehingga akan timbul pertanyaan yang membuat psikologisnya kacau. 

Namun berbeda dengan Maryam. Ia menanggapi omongan orang-orang dengan rasa sabar yang sanggat dalam. Maka untuk menyelamatkan anak yang ada didalam kandungannya itu, dan menyelamatkan dari tuduhan-tuduhan yang hina kepadanya. Kemudian dia mengasingkan diri ke tempat yang jauh.

Ayat tersebut menggambarkan Maryam dalam bersikap sabar ketika dia digunjingkan oleh kaumnya yaitu kaum Bani Israil. Bentuk sikap sabarnya yaitu ketika semua orang menggunjingkan Maryam bahwa dia telah mengandung tanpa suami. Mereka bertanya – tanya siapa yang telah merusaknya?, Siapa ayah dari bayi tersebut? Bahkan ada yang bilang bahwasannya Maryam berbuat zina. Tuduhan - tuduhan mereka ini sangat keterlaluan membuat hatinya merasa sakit tetapi dia tetap bersabar. Untuk menghadapai semua kesulitan Maryam yakni dengan cara berserah diri kepada Allah dan menerima semua ketentuan-Nya dirinya.

Keindahan akhlak Maryam dapat dilihat dari kesabaran dan ketidak putus asaannya. Oleh karena itu, sabar dapat diartikan sebagai menahan jiwa atas hal - hal yang tidak disukai dengan pasrah, rela dan ikhlas. Saat musibah datang bertubi – tubi maka harus diterima dengan lapang dada dan sabar. 

3) Ikhlas dalam Menerima Takdir 

Psikologi selanjutnya yang tercermin dalam diri Maryam binti Imran adalah Ikhlas menerima takdir dan ketetapan hidup yang telah digariskan Allah. Ketika Maryam mengandung dan melahirkan seorang putra kehidupaannya sangat dipenuhi dengan kesedihan dan kesendirian, karena Maryam sangat khawatir dengan apa yang telah malaikat Jibril itu katakan bahwa Maryam akan memiliki anak tanpa adanya seorang suami. Setelah mendengar peristiwa itu, jiwa Maryam menjadi khawatir dan takut yang melanda dirinya. Apa yang Maryam khawatirkan benar – benar terjadi, dia benar – benar mengandung, dan hari demi hari kandungnya semakin membesar. Jiwanya semakin didera dengan kegelisahan dan ketakutan. Kesedihan yang semakin lama mempengaruhi kondisi tubuhnya. Sehingga dia waktunya lebih banyak dihabiskan dengan kesendirian dan ditemani dengan rasa pedih. Kehidupannya tidak lagi bahagia.

Maryam sering terlihat merenung dan melamun, memikirkan bagaimana caranya dia menjalani kehidupannya selanjutnya setelah dia mengandung dan melahirkan tanpa adanya suami? Maka dari itu dia menjalani kehidupannya dengan ikhlas agar tak lagi adanya kesedihan dan ketakutan serta kekhawatiran. Karena dia mengandung dan melahirkan putranya atas kehendak Allah SWT dan ketetapan-Nya. Selain itu putranya akan menjadi seorang nabi yang akan memberikan jalan kebenaran untuk umat manusia.

4) Tawakkal 

Malaikat Jibril datang kepada Maryam untuk memberi kabar bahwa Allah berkehendak Maryam akan memiliki seorang anak. Kabar itu diterima Maryam dengan bingung, bagaimana bisa, Maryam memiliki anak sedangkan beliau belum bersuami? Namun Malaikat Jibril berkata bahwa Allah mampu menjadikan apa yang Ia kehendaki. 

Hati Maryam cemas, takut, khawatir, dan bingung. Sebagai manusia biasa bagaimana ia akan menjelaskannya pada semua orang tentang kehamilannya? Akan sangat riskan mengatakan bahwa Malaikat Jibril datang padanya dan mengabarkan ia akan segera memiliki anak sedangkan ia sama sekali belum bersuami. Saat Maryam merasa telah tiba waktunya ia melahirkan, ia memilih pergi dari Baitul Maqdis. Maryam kemudian tiba pada Baitul Lahmi. Saat sedang kelelahan, ia duduk di bawah pohon kurma yang mengering. Tubuhnya lemah, perutnya lapar, tenaganya terkuras habis, sedangkan perutnya mulai terasa mulas. Semakin lama semakin sakit ia rasakan di perutnya. Dalam kepiluannya Maryam sempat berucap, “Ya Allah, matikan saja aku. Biarlah aku terlupa dan tiada seorang pun yang mengingat keberadaanku.” 

Tidak lama kemudian Maryam melahirkan putranya. Bayi tersebut bernama Isa bin Maryam. Allah kemudian mengabarkan melalui Malaikat Jibril agar Maryam minum dari air sungai yang tiba-tiba mengalir di bawahnya. Allah memerintahkan agar Maryam menggoyangkan pohon kurma dan secara ajaib pohon kurma yang kering itu merontokkan kurmakurma yang segar.60 Hidup tak akan lepas dari ujian. Orang yang beriman pun akan mendapatkan ujian dalam hidup. Allah menguji orang yang beriman untuk mengetahui sampai di mana kadar keimanannya. Dalam menghadapi ujian tersebut kita harus banyak bersabar dan memperbanyak salat agar mendekatkan kita kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Selain itu kita tetap harus berikhtiar untuk mencari jalan keluar.

D. Hikmah dari Kejadian Kehamilan Siti Maryam tanpa Melalui Pernikahan Bagi Umat Sekarang

Banyak hikmah dan keteladanan yang dapat kita renungkan dan dapat kita contoh untuk umat sekarang dari sosok perempuan istemewa, Maryam binti Imran, diantaranya: 

1. Menjadi wanita yang kuat 

Dapat dilihat bahwa Maryam binti Imran adalah wanita yang kuat dalam mengahadapi cobaan hidup. Hal ini dapat menjadi refleksi pada diri masing-masing secara personal. Terkadang memiliki masalah dengan rekan kerja, teman atau bahkan keluarga. Saat menghadapi hal tersebut, hendaknya tidak lupa meminta pertolongan kepada Allah.

2. Menjadi wanita yang terjaga 

Saat ini dengan segala kecanggihan teknologi memungkinkan seseorang yang biasa menjadi terkenal dengan hanya sekedar mengunggah foto dirinya ke sosial media atau memamerkan auratnya tanpa rasa malu. Maryam merupakan figur yang senantiasa menjaga diri, dan selalu menutup auratnya dari lawan jenis. Seharusnya setiap muslim dan muslimah haruslah menjaga murū`ah dan rasa malunya dari hal yang hina seperti zaman sekarang ini. Kisah Maryam binti ‘Imran ketika didatangi malaikat Jibril dalam wujud lelaki dewasa yang tampan memperlihatkan, Maryam takut akan tergoda dan ia memalingkan pandanganya dari lelaki tersebut. 

Kisah tersebut dapat menginspirasi dan dicontoh agar perempuan selalu dalam keadaan terjaga dan memiliki rasa malu. Dengan tidak mengunggah foto pribadi ke sosial media merupakan salah penerapan dari kisah Maryam binti ‘Imran dan merasa malu ketika bertemu dengan lawan jenis. Bukan semestinya seorang perempuan berusaha menarik lawan jenis yang bukan mahram dengan berdandan secara berlebihan dan mengunggah foto- foto ke sosial media. 

3. Selalu berserah diri kepada Allah 

Dalam menghadapi sesuatu, hendaknya disertai dengan berserah diri kepada Allah. Sebab, hal yang tidak mungkin bagi manusia, bagi Allah adalah sesuatu yang mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa, manusia yang sangat lemah sedangkan Allah maha Kuasa atas segalanya. Maryam binti ‘Imran ketika menerima berita dari malaikat Jibril ia pun terkejut, namun ia yakin bahwa hal itu bisa saja terjadi karena Allah lah yang maha Kuasa dan yang mengatur segala urusan. 

Saat tertimpa sebuah masalah dalam kehidupan, seseorang harus sabra dalam menghadapinya, walaupun itu memang susah untuk dilakukan. Sifat asli yang tidak menyukai kesusahan dan kesedihan, hal itu adalah wajar. Tetapi sabar dalam menghadapi cobaan dapat dilatih secara terus menerus. Salah satunya adalah selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha menahan keluh kesah saat tertimpa musibah. Awalnya memang terkadang secara tidak sadar berkeluh kesah atau bahkan marah, tetapi dengan meminta pertolongan kepada Allah agar diberikan rahmat dan taufik-Nya maka dapat menghindari dari berkeluh kesah atau bahkan dapat mencapai ikhlas ketika ditimpa suatu musibah.

4. Hanya menyembah kepada Allah Salah satu hal terpenting sebagai Muslim adalah hanya menyembah kepada Allah dan tidak mensyirikkan – Nya dengan sesuatu apapun. Syirik merupakan dosa besar yang harus dijauhi. Maryam binti ‘Imran selalu beribadah dan berdzikir kepada Allah. Hari – harinya dihabiskan dengan ibadah. Ia tidak pernah sekalipun mensyirikkan Allah, Allah mensucikan dia dari perbuatan tersebut. Saat ini banyak sekali kesyirikan yang samar dan tak terlihat bahwa itu adalah sesuatu yang syirik.

Bahkan beberapa orang tidak menyadari dan menganggap itu adalah hal yang baik dan terus melakukannya. Maka wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah agar selalu meminta taufik dan rahmat kepada Allah agar diberikan ilmu untuk membedakan itu semua. Karena tidak mungkin mengetahui hal tersebut syirik jika bukan karena ilmu yang Allah berikan. 

Selain keteladanan diatas, Zuhdi juga menguraikan beberapa ketelaana dari wanita mulia Siti Maryam. Banyak hikmah dan keteladanan yang dapat kita renungkan dan dapat kita contoh dari Siti Maryam, yaitu diantaranya:

1. Menjaga kehormatan dirinya serta kesuciannya dari segala yang merusak hubungannya degan Allah

2. Sabar dalam menjalankan segala perintah Allah, menjahui laranganNya, dan melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya 

3. Untuk menjadi terkenal, tidak harus mengenalkan dirinya, semakin dia menyimpan dirinya untuk kehormatannya, semakin Allah kenalkan pada yang hakekat di dunia (derajat dan lainnya) 

4. Allah akan selalu memberikan kemudahan kepada hambanya, jika ia selalu berusaha dan berdoa. 

5. Sebagai orang tua (di antaranya Ibu) dapat mengantarkan anak menuju seluruh tangga kesuksesan, karena pendidikan dan pengasuhan yang baik, insyallah juga akan memeberikan kebaikan pada generasinya. 

6. Mendidik anak untuk selalu mengenal Allah, karena mengenal Tuhan pertama kalinya, akan selalu mengenal dalam setiap nafas dan langkahnya. 

7. Semakin kuat menjaga dirinya, semakin berhasil untuk menjaga kehormatan dan kesucian dirinya, dan juga sukses mengahadapi segala keburukan dunia 

8. Iffah, Menjaga dirinya dari yang tidak halal baginya, menjaga dirinya dari laki-laki yang bukan mahram 

9. Ketabahannya membawa kebesaran dirinya, kehormatan yang dijaga membawa kepada kemuliaan yang tinggi 

10. Ketaatan, tawakkal, ikhlas, dan berbaik sangka merupakan kunci kesuksesan di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar