Sabtu, 16 November 2024

DALIL PENAMAAN SURAT AL-QU'AN

 Mayoritas ulama lebih condong pada pendapat nama seluruh surat Al Qur’an bersumber dari Nabi ﷺ. Diantara yang memilih pendapat ini adalah Imam At Thobari, Imam Zarkasi, dan Imam Suyuti –rahimahumullah-.

Imam Suyuti –rahimahumullah– menegaskan

وقد ثبتت جميع أسماء السور بالتوقيف من الأحاديث والآثار ، ولولا خشية الإطالة لبينت ذلك

Seluruh nama surat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi bersumber dari hadis-hadis dan riwayat-riwayat Nabi ﷺ. Kalau bukan karena khawatir memperpanjang, tentu akan saya jelaskan hadis-hadis tersebut. (Al-Itqon, hal. 347)

Sebagaimana dinilai kuat oleh seorang ahli tafsir Syekh Sulaiman bin Muhammad Al Bujairimi rahimahullah (w.1221 H.),

“أسماء السور بتوقيف من النبيّ صلى الله عليه وسلم ؛ لأن أسماء السور وترتيبها وترتيب الآيات كل من هذه الثلاثة بتوقيف من النبيّ صلى الله عليه وسلم ، أخبره جبريل عليه السلام بأنها هكذا في اللوح المحفوظ” انتهى باختصار .

Nama-nama surat dalam Al-Qur’an bersumber dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Karena nama dan urutan surat demikian juga urutan ayat, tiga hal ini semuanya bersumber dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Sebagaimana dikabarkan oleh Jibril alaihassalaam bahwa Al Qur’an yang tersimpan di Lauh Al Mahfudz adalah demikian. (Lihat: Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khotib 2/163

Jumhur ulama menyatakan bahwa seluruh nama-nama surat adalah tauqifî, artinya sesuai atas petunjuk dan perintah Nabi ﷺ. Pendapat ini dikuatkan dengan beberapa dalil hadits:   

من قرأ هاتين الأيتين من أخر سورة البقرة في ليلة كفتاه 

Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan dicukupkan.   

من قرأ الزهراوين: البقرة وآل عمران فإنهما تأتيان يوم القيامة كأنهما غمامتان تحاجان عن أصحابهما

Bacalah al-Zahrawain, yakni surat al-Baqarah dan Ali Imran, kelak keduanya akan datang menaungi pembacanya.”   

من قرأ عشر أيات من أول الكهف عصم من الدجال

Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat di awal Surat al-Kahfi, maka akan terjaga dari (godaan) dajjal.”

Penamaan Surah Al-Qur’an: Surah an-Nahl/16

Penamaan an-Nahl ini didasari atas beberapa hadis Nabi, diantaranya yang bersumber dari Imam Bukhari.

ان عمر بن الخطاب رضي الله عنه قرأ يوم الجمعة على المنبر بسورة النحل ، حتى إذا جاء السجدة نزل فسجد ، وسجد الناس ، حتى إذا كانت الجمعة القابلة ، قرأ بها ، حتى إذا جاء السجدة ،
قال : يا أيها الناس ، إنا نمر بالسجود ، فمن سجد فقد أصاب ، ومن لم يسجد فلا إثم عليه . ولم يسجد عمر رضي الله عنه (رواه البخاري)
Bahwasanya Umar bin Khattab ra pada hari Jum’at membaca surah an-Nahl di atas mimbar, tatkala sampai pada ayat sajadah, dia turun dan sujud sajadah, para jamaah pun ikut sujud. Di Jum’at berikutnya, Umar kembali membaca surah ini, ketika sampai pada ayat sajadah,
dia berkata, “Wahai sekalian manusia kita telah melewati ayat yang harusnya kita melakukan sujud sajadah. Barang siapa yang sujud maka dia akan mendapatkan pahala, dan barang siapa yang tidak sujud, maka tidak ada dosa atasnya.” Dan Umar tidak sujud pada waktu membaca ayat tersebut. (Riwayat al-Buhkari) (al-Buhkari, 2002)

diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab,

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قالَ: دَخَلْتُ المَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ، فَقَرَأْتُ سُورَةَ ”النَّحْلِ“، ثُمَّ جاءَ رَجُلانِ فَقَرَأ خِلافَ قِراءَتِنا، فَأخَذْتُ بِأيْدِيهِما فَأتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَلَتْ: يا رَسُولَ اللَّهِ، اِسْتَقْرِئْ هَذَيْنِ. فَقَرَأ أحَدُهُما فَقالَ: ”أصَبْتَ“ . ثُمَّ اِسْتَقْرَأ الآخَرَ فَقالَ: ”أصَبْتَ“ . فَدَخَلَ قَلْبِي أشَدُّ مِمّا كانَ في الجاهِلِيَّةِ مِنَ الشَّكِّ والتَّكْذِيبِ، فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَدْرِي فَقالَ: ”أعاذَكَ اللَّهُ مِنَ الشَّكِّ وأخْسَأ عَنْكَ الشَّيْطانَ“، فَفِضْتُ عَرَقًا. قالَ: ”أتانِي جِبْرِيلُ فَقالَ: اِقْرَأِ القُرْآنَ عَلى حَرْفٍ واحِدٍ، فَقُلْتُ: إنَّ أُمَّتِي لا تَسْتَطِيعُ ذَلِكَ. حَتّى قالَ سَبْعَ مَرّاتٍ، فَقالَ لِيَ: اِقْرَأْ عَلى سَبْعَةِ أحْرُفٍ
Dari Ubay bin Ka’ab dia berkata, aku masuk masjid dan shalat, kemudian membaca surah an- Nahl, kemudian datang dua orang laki-laki membaca bacaan yang berbeda dengan bacaan kami. Kemudian aku mengambil kedua tangannya dan membawa kepada Rasulullah Saw, kemudian aku berkata pada Rasulullah, “Ya Rasulallah, dengarkanlah bacaan kedua orang ini, kemudian salah seorang dari mereka membaca, kemudian Nabi berkata, ‘kamu benar’. Kemudian yang lain membaca, dan Nabi berkata, ‘kamu benar’, kemudian masuk dalam hatiku keraguan dan pengangkalan, kemudian Rasulullah Saw menepuk dadaku dan berkata, ‘Semoga Allah melindungimu dari keraguan dan menjauhkan engkau dari setan, maka aku pun berkeringat. Nabi berkata, “Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Bacalah Al-Qur’an dengan satu huruf’, kemudian aku berkata, ‘Sesungguhnya umatku tidak bisa (membaca dengan satu huruf), sehingga berkata tujuh kali, maka Jibril berkata kepadaku, ‘Bacalah Al- Qur’an dengan tujuh huruf.

dikemukakan Ibnu ‘Abbas,

وَأَخْرَجَ النَّحَّاسُ مِنْ طَرِيقِ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: سُورَةُ النَّحْلِ نَزَلَتْ بِمَكَّةَ سِوَى ثَلَاثِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا فَإِنَّهُنَّ نَزَلْنَ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فِي مُنْصَرَفِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنِ أحد
Dari an-Nuhas, melalui jalur Mujahid, bersumber dari Ibnu ‘Abbas: Surah an-Nahl diturunkan di Makkah keculai tiga ayat terakhir diturunkan antara Makkah dan Madinah Ketika Rasululllah kembali dari Perang Uhud.

Pertama, Ath-thiwâl (الطوال)/As-sab'utthiwal (السبع الطوال).

Ketujuh surat-surai yang panjang itu adalah sebagai berikut: (1) al-Baqarah, (2) Ali Imran, (3) al-Nisa, (4) al-Maidah, (5) al-An’am, (6) al-A’raf, (7) Yunus. Pendapat ini diutarakan oleh Said bin Jubair bin Hisyam.

1-Surat Al-baqoroh (2) ayat 67-71

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖٓ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تَذْبَحُوْا بَقَرَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۗ قَالَ اَعُوْذُ بِاللّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina.” Mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia (Musa) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.”67

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَ ۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا فَارِضٌ وَّلَا بِكْرٌۗ عَوَانٌۢ بَيْنَ ذٰلِكَ ۗ فَافْعَلُوْا مَا تُؤْمَرُوْنَ

Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”68

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۗ قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ

Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(nya).”69

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا مَا هِيَۙ اِنَّ الْبَقَرَ تَشٰبَهَ عَلَيْنَاۗ وَاِنَّآ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَمُهْتَدُوْنَ

Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk.”70

قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ لَّا ذَلُوْلٌ تُثِيْرُ الْاَرْضَ وَلَا تَسْقِى الْحَرْثَۚ مُسَلَّمَةٌ لَّاشِيَةَ فِيْهَا ۗ قَالُوا الْـٰٔنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوْهَا وَمَا كَادُوْا يَفْعَلُوْنَ ࣖ

Dia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, (sapi) itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya.” Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu.71

Begitu pula sebaliknya, ada nama-nama yang digunakan untuk merujuk kepada lebih dari satu surah. Misalnya al-Zahrawain yang merujuk kepada surah Albaqarah dan Ali Imran. al-Muqasyqisyatain untuk merujuk surah Alkafirun dan Annas. Demikian pula al-Muawwizatain sebagai sebutan untuk surah Al’alaq dan Annas.

Selain itu, ada juga nama-nama lain untuk sekelompok surah yang berdasarkan panjang surah, awal surah, dan sebagainya. Berikut perinciannya sebagaimana dikutip dari Asma’ al-Qur’an al-Karim wa Asma’ Suwarihi wa Ayatihi (hal. 78-91):

  1. al-Tiwal: Tujuh surah terpanjang dalam Alquran, yaitu surah Albaqarah, Ali Imran, Annisa, Almaidah, Alan’am, Ala’raf, dan Alanfal-Albara’ah.
  2. al-Mi’un: Surah-surah yang jumlah ayatnya berkisar 100-an ayat atau mendekati seratus. Istilah al-Mi’un terambil dari kata mi’ah yang berarti 100.
  3. al-Matsani: Surah-surah yang panjangnya di bawah 100 ayat. Surah-surah alMatsani sering dibaca lantaran jumlah ayatnya standar, tidak terlalu panjang seperti al-Tiwal dan al-Mi’un, serta tidak terlalu pendek seperti kategori berikutnya.
  4. al-Mufassal: Kelompok surah yang berukuran pendek-pendek. Mulai dari surah Annaba’ sampai surah Annas.
  5. al-Hawamim/Alu Hamim: Tujuh surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Hamim”. Ketujuh surah ini berurutan. Mulai dari surah Ghafir [40] hingga surah Alahqaf [46].
  6. al-Raiyat/al-Raat: Lima surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Aliflamra’”. Secara berurutan, kelima surah tersebut adalah surah Yunus [10], Hud [11], Yusuf [12], Ibrahim [14], dan Alhijr [15].
  7. al-Tawasim: Tiga surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Tasin” atau “Tasinmim”. Ketiga surah tersebut adalah surah Asysyu’ara’ [26], Annaml [27], dan Alqasas [28].
  8. al-Qalaqil: Empat surah yang didahului dengan kata “Qul” selain surah Aljin, yaitu surah Alkafirun, Alikhlas, Alfalaq, dan Annas.
  9. al-Musabbihat: Surah-surah yang dimulai dengan tasbih. Jumlahnya ada tujuh, yaitu surah Alisra’, Alhadid, Alhasyr, Assaf, Aljumu’ah, Attaghabun, dan Ala’la.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar