Jumat, 29 November 2024

AL-QUR'AN SURAT ALI 'IMRON AYAT 55

 Ada syubhat yang di munculkan beberapa oknum kristian yaitu mereka menyimpulkan kalau dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imron ayat 55 itu di tujukan untuk orang kafir bahkan menjadikan ayat tersebut untuk membenarkan kekristenan.

Kita akan coba bahas di sini sedetail mungkin tentang Al-Qur'an surat Ali 'Imron ayat 55 ini.

اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.”

إِذْ adalah lafadz yang memiliki 2 bentuk bisa sebagai isim dan juga huruf.

1. Sebagai isim, bisa masuk pada jumlah ismiyah ataupun fi’liyah

• Zorof Zaman untuk waktu lampau

إذْ أَوَى الفِتْيَةُ إلى الكَهْف

• Zorof Zaman untuk waktu yang akan datang, bermakna إذَا, namun ini keberadaannya jarang,

فَسَوْفَ يَعْلَمُوْن إذِ الأغْلالُ في أعْناقِهم

Beberapa keadaan I’rob dari إذْ :

• Maf’ul bih, khusus setelah fiil اُذْكُرْ

واذْكُرُوْا إذْ كُنْتُم قَلِيْلًا فكَثَّرَكم

• Badal, apabila terdapat maf’ul bih dari fiil اذْكُر

واذكُرْ في الكتابِ مريمَ إذِ انْتَبَذَتْ من أهْلِها مَكانًا شَرْقِيًّا

Maka إذْ pada contoh pertama adalah badal dari مَرْيَم

واذْكْرْ عَبْدَنا أيُّوْبَ إذْ نَادَى ربَّه أنِّيْ مسَّنِيَ الشَّيْطانُ

dan pada contoh kedua adalah badal dari أيُّوْب

• Mudhof Ilaih, kebanyakan jatuh setelah بَعْد، حِيْنَ، dan يَوْم

رَبَّنا لا تزِغْ قلوبَنا بعد إذْ هدَيْتَنا

فلولا إذا بلغتِ الحُلْقُوْمَ وأنتم حِيْنَئِذٍ تنظُرُوْن

يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الذين كَفَرُوْا وعصَوُا الرَّسولَ لو تُسَوَّى بهم الأرْضُ

2. Sebagai huruf, terdapat dua sisi

• Huruf Fuja’iyah حرْفُ الفُجَائيَّة yaitu bermakna “tiba-tiba” biasanya datang setelah بَيْنا، بَيْنما semisal perkataan Umar bin Khottob رضي الله عنه

بَيْنَما جُلُوْسٌ عند رسولِ الله ﷺ ذاتَ يوْمٍ إذْ طَلَعَ عليْنا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَياضِ الثِّيَاب

Dan juga ucapan Penyair

استقْدِر اللهَ خيرًا وارضَيَنَّ به ** فبينما العشْرُ إذ دارت مياسِيْرُ

• Huruf Ta’lil حرْفُ التَّعْلِيْل yaitu bermakna “sebab”

لنْ يَنْفَعَكم اليوْمَ إذْ ظَلمْتم أنّكم في العذاب مُشْتَرِكُوْن Yaitu لِظُلْمِكم

ضَرَبْتُهُ إذْ أسَاءَ Yaitu لِإسَاءَتِه

Diantara contohnya adalah ucapan Farazdaq

فأصْبَحُوْا قد أعاد اللّهُ نعمتَهم ** إذ هم قُرَيْشٌ وإذ ما مثلُهم بشرُ

Sebenarnya dalam firman Allah ini adalah sedang menceritakan "KISAH NABI ISA DENGAN KAUMNYA YANG BERIMAN DAN YANG KAFIR".Jadi kalau kita amati dan cermat ferikop ayat ini adalah di mulai dari ayat 52-58.Baiklah kita akan bahas isi kandungan maupun hikmah-hikmahnya.

KISAH NABI ISA DENGAN KAUMNYA YANG BERIMAN DAN YANG KAFIR

Al-Qur'an surat Ali 'Imron ayat 52-58

فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَاشْهَدْ بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ

Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim.52

فَلَمَّآ أَحَسَّ علم عيسى مِنْهُمُ الكفر وأرادوا قتله قَالَ مَنْ أَنصَارِى أعواني ذاهبا إِلَى الله لأنصر دينه قَالَ الحواريون نَحْنُ أَنْصَارُ الله أعوان دينه وهم أصفياء عيسى أوّل من آمن به وكانوا اثني عشر رجلاً، من ( الحُوْر ) وهو البياض الخالص وقيل كانوا قصارين يحورون الثياب أي يبيضونها ءَامَنَّا صدقنا بالله واشهد يا عيسى بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

(Maka tatkala diketahui oleh Isa kekafiran mereka) dan mereka bermaksud hendak membunuhnya (katanya, "Siapakah yang bersedia menjadi pembela-pembela aku) penolong-penolong aku (kepada Allah.") untuk menegakkan agama-Nya? (Berkata orang-orang Hawari, "Kamilah pembela-pembela Allah) artinya penolong-penolong agama-Nya dan mereka ini ialah teman-teman dekat Isa dan yang mula-mula beriman kepadanya. Jumlah mereka 12 orang, dan 'hawari' itu asalnya dari kata-kata 'hur' yang berarti putih bersih. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka itu adalah orang yang pendek-pendek dan selalu memakai pakaian putih (Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah) wahai Isa (bahwa kami orang-orang Islam).

رَبَّنَآ اٰمَنَّا بِمَآ اَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.”53

رَبَّنَآ ءامَنَّآ بِمَا أَنزَلَتَ من الإنجيل واتبعنا الرسول عيسى فاكتبنا مَعَ الشاهدين لك بالوحدانية ولرسولك بالصدق

(Wahai Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan) yakni Injil (dan telah kami ikuti rasul) yaitu Isa (maka catatlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi) tentang keesaan-Mu dan kebenaran rasul-Mu." Firman Allah swt.:

وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ

Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.54

قال تعالى وَمَكَرُواْ أي كفار بني إسرائيل بعيسى إذ وكلوا به من يقتله غيلة وَمَكَرَ الله بهم بأن ألقى شبه عيسى على من قصد قتله فقتلوه، وَرَفَعَ عيسى إلى السماء والله خَيْرُ الماكرين أعلمهم به

(Mereka mengatur tipu daya) maksudnya orang-orang kafir dari golongan Bani Israil terhadap Isa karena menunjuk orang yang akan membunuhnya secara diam-diam (dan Allah membalas tipu daya mereka) dengan jalan mengubah muka seorang seperti Isa sehingga mereka bunuh sedangkan Isa diangkat ke langit (dan Allah sebaik-baik yang membalas tipu daya.)

اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.”55

اذكر إِذْ قَالَ الله ياعيسى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ قابضك وَرَافِعُكَ إِلَىَّ من الدنيا من غير موت وَمُطَهِّرُكَ مُبْعدك مِنَ الذين كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الذين اتبعوك صدّقوا بنبوّتك من المسلمين والنصارى فَوْقَ الذين كَفَرُواْ وهم اليهود يعلونهم بالحجة والسيف إلى يَوْمِ القيامة ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ من أمر الدين

Ingatlah! (Ketika Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu) memegangmu (dan mengangkatmu kepada-Ku) yakni dari dunia tanpa mengalami kematian (dan menyucikanmu) atau menjauhkanmu (dari orang-orang yang kafir serta menjadikan orang-orang yang mengikutimu) artinya yang membenarkan kenabianmu di antara kaum muslimin dan orang-orang Nasrani (di atas orang-orang yang kafir) kepadamu, yakni orang-orang Yahudi; orang-orang yang percaya kepada kenabian Isa itu dapat mengalahkan mereka dengan berbagai hujah dan dengan mata pedang (sampai hari kiamat kemudian kepada Akulah kamu kembali lalu Kuputuskan di antara kamu apa-apa yang selalu kamu perbantahkan.) yakni tentang keagamaan.

فَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَاُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۖ وَمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ

Maka adapun orang-orang yang kafir, maka akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras di dunia dan di akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong.56

فَأَمَّا الذين كَفَرُواْ فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَاباً شَدِيداً فِي الدنيا بالقتل والسبي والجزية والأخرة بالنار وَمَا لَهُم مِّن ناصرين مانعين منه

(Adapun orang-orang yang kafir maka akan Kusiksa mereka dengan siksaan berat di dunia) dengan pembunuhan, penawanan dan pembayaran upeti (dan di akhirat) dengan api neraka (dan tidaklah mereka mempunyai penolong) yang akan membela dan mempertahankan mereka dari siksa yang berat itu.

وَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Dan adapun orang yang beriman dan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna. Dan Allah tidak menyukai orang zalim.57

أَمَّا الذين ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصالحات فَيُوَفِّيهِمْ بالياء والنون أُجُورَهُمْ والله لاَ يُحِبُّ الظالمين أي يعاقبهم . روي أن الله تعالى أرسل إليه سحابة فرفعته فتعلّقت به أُمُّه وبكت فقال إن القيامة تجمعنا ، وكان ذلك ليلة القدر ببيت المقدس وله ثلاث وثلاثون سنة ، وعاشت أُمُّه بعده ست سنين . وروى الشيخان حديث « أنه ينزل قرب الساعة ويحكم بشريعة نبينا ويقتل الدجال والخنزير ويكسر الصليب ويضع الجزية » وفي حديث مسلم : « أنه يمكث سبع سنين » وفي حديث عن أبي داود الطيالسي « أربعين سنة ويتوفى ويصلى عليه » فيحتمل أن المراد مجموع لبثه في الأرض قبل الرفع وبعده

(Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka Allah akan menyempurnakan) dengan memakai ya dan nun (pahala-pahala mereka dan Allah tidak menyukai orang-orang yang aniaya.") artinya Allah akan menyiksa mereka. Diriwayatkan bahwa Allah swt. mengirim kepadanya satu lapis awan yang membawanya naik. Ibunya bergantung kepadanya dan menangis, maka katanya, "Hari kiamat akan mempertemukan kita kembali." Waktu itu ialah malam lailatulkadar dan terjadinya di Baitulmakdis dalam usianya yang ke 33 tahun. Sepeninggal ibunya masih hidup selama enam tahun. Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis bahwa ia akan turun nanti dekat hari kiamat dan akan melaksanakan hukum menurut syariat nabi kita. Ia akan membunuh dajal dan babi dan akan menghancurkan tiang salib dan menghapuskan upeti. Menurut hadis Muslim lamanya kembali itu ialah tujuh tahun sedangkan menurut hadis Abu Daud Ath-Thayalisi 40 tahun lalu ia wafat dan disalatkan. Ada kemungkinan bahwa yang dimaksud dengannya ialah keseluruhan lamanya tinggal di bumi baik sebelum maupun sesudah diangkat.

ذٰلِكَ نَتْلُوْهُ عَلَيْكَ مِنَ الْاٰيٰتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

Demikianlah Kami bacakan kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah.58

ذلك المذكور من أمر عيسى نَتْلُوهُ نقصُّه عَلَيْكَ يا محمد مِنَ الأيات حال من الهاء في (نتلوه) وعامله ما في (ذلك) من معنى الإشارة والذكر الحكيم المحكم أي القرآن

(Demikianlah) perihal Isa yang Kami sebutkan itu (Kami bacakan) Kami kisahkan (kepadamu) hai Muhammad (sebagian dari tanda-tanda) menjadi hal dari dhamir yang terdapat pada natluuhu sedangkan amilnya apa yang terkandung di dalamnya berupa isyarat (dan peringatan yang penuh hikmah) yakni Alquran.

Sebab Turunnya Ayat 58

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, ia berkata, "Suatu ketika, Rasulullah saw datang kepada dua pendeta Najran, lalu salah satunya berkata kepada beliau, "Siapakah bapak Isa?" Namun, Rasulullah saw. tidak tergesa-gesa untuk langsung menjawabnya, hingga beliau meminta jawabannya terlebih dahulu kepada Allah SWT, lalu turunlah kepada beliau ayat 58-60 dari surah Ali 'lmran ini." Di dalam pembahasan sebab turunnya ayat 59 dan 60, akan dibahas tentang penjelasan riwayat-riwayat lainnya.

Persesuaian Ayat

Setelah menjelaskan tentang keistimewaan dan mukjizat-mukjizat Nabi Isa ?.s., maka selanjutnya di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan tentang kisah Nabi Isa a.s. beserta kaumnya. Nabi Isa a.s. menyeru mereka untuk beriman, lalu ada sebagian yang beriman dan ada sebagian lagi yang kufur dan berpaling. Lalu kisah tentangbagaimana Nabi Isa a.s. menerima berbagai bentuk permusuhan, intimidasi bahkan rencana untuk membunuhnya. Kisah tentang bagaimana Allah SWT menyelamatkan dirinya dari kaum kafir dan mengangkatnya kepada-Nya. Tentang ancaman siksa yang keras bagi orang-orang kafir dan pahala bagi orangorang yang beriman. Semua ini mengandung semacam penghibur dan keramahan untuk Rasulullah saw dan penegasan bahwa dalil dan bukti-bukti saja tidak cukup membawa kepada keimanan. Akan tetapi, di samping itu semua, harus ada hidayah dan taufik dari Allah SWT.

Tafsir dan Penjelasan 

Ketika Nabi Isa a.s. mengetahui dan menyadari sikap kaumnya, bani Israel yang tetap bersikukuh di dalam kekufuran dan kesesatan, maka ia ingin mengetahui secara jelas dan pasti, siapa saja yang memang benar-benar beriman kepada dakwahnya. Ia berkata, "siapakah yang benar-benar bersedia mengikutiku menuju kepada Allah SWT dan siapakah yang benar-benar bersedia menolongku untuk berlindung dan kembali kepada-Nya? Secara substantil yang dimaksudkan oleh Nabi Isa a.s' adalah, siapakah para penolongku dalam menyampaikan dakwah kepada Allah SWT?" Hal ini, seperti perkataan Rasulullah saw. pada musim-musim haji sebelum beliau hijrah, "siapakah yang bersedia memberiku perlindungan dan pertolongan agar aku bisa menyampaikan firman Tuhanku? Karena kaum Quraisy menghalang-halangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku." Lalu beliau menemukan para sahabat Anshar yang bersedia memberi beliau perlindungan dan pertolongan, lalu beliau pun berhijrah kepada mereka dan mereka pun menghiburbeliau dan melindungi beliau dari gangguan para musuh.

Begitulah, Nabi Isa a.s. menyeru kepada sekelompok dari kaum bani Israel untuk bersedia menolongnya, lalu mereka pun beriman kepadanya, membantunya dan menolongnya, seperti yang dijelaskan di dalam sebuah ayat lain, Al-Qur'an surat Ash-shoff ayat 14

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْٓا اَنْصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيّٖنَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗقَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ ۚفَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.

Al-Hawaariyyuun (para sahabat atau pengikut setia atau para penolong Nabi Isa a.s.) berkata, "Kami adalah orang-orang yang akan menolong agama Allah SWT dan kami adalah para tentara-Nya yang tulus dan setia yang akan mendukung dan menguatkan dakwahmu. Kami beriman kepada Allah SWT dan keesaan-Nya dengan keimanan yang benar. Bersaksilah bahwa kami adalah orangorang Muslim." Maksudnya orang-orang yang tunduk dan taat kepada perintah-perintahNya. Inti ajaran Islam merupakan sesuatu yang disepakati di antara seluruh agama. Kemudian mereka mendekatkan diri kepada Allah SWT seraya berkata, "Ya Tuhan kami, kami beriman dan membenarkan apa saja yang Engkau turunkan di dalam kitabMu, kami taat dan mengikuti rasul-Mu, Isa a.s.. Oleh karena itu, masukkanlah kami ke dalam kelompok orang-orang yang bersaksi akan kebenaran para Nabi-Mul' Di dalam ayat ini, disebutkan bahwa mereka mengikuti dan menaati rasul-Nya, Isa a.s.. Hal ini menjadi bukti akan kebenaran keimanan mereka. Karena keimanan menghendaki amal dan menjalankan apa yang diperintahkan.

Kemudian Allah SWT menjelaskan tentang tipu daya dan konspirasi sekelompok dari kaum bani Israel untuk membunuh Nabi Isa a.s.. Konspirasi mereka ini diawali dengan mengadukan isu tidak benar kepada sang Raja yang waktu itu juga kafir bahwa ada seorang laki-laki (maksudnya Nabi Isa a.s.) yang berusaha menyesatkan orangorang, mengagitasi dan menghasut mereka agar membangkang kepada sang Raja, merusak kondisi rakyat dan menghancurkan hubungan antara orang tua dan anak. Ini adalah tipu daya dan konspirasi mereka untuk membunuh Nabi Isa a.s. dengan cara menyewa pembunuh bayaran yang akan membunuh Nabi Isa a.s. ketika ia sedang lengah. Namun, Allah SWT mementahkan dan menggagalkan konspirasi serta rencana busuk mereka tersebut. Tatkala sang Raja mengutus beberapa orang untuk mencari dan menangkap Nabi Isa a.s. untuk disalib dan disiksa hingga mati. Maka, kemudian tatkala mereka telah mengepung tempat tinggal Nabi Isa a.s., dan mengira bahwa mereka pasti akan berhasil menangkapnya, maka ketika itu, Allah SWT menyerupakan salah seorang di antara orang-orang yang bersama Nabi Isa a.s. saat itu, menyerupakannya dengan Nabi Isa a.s. Begitulah, Allah SWT akhirnya menyelamatkan Nabi Isa a.s. dari mereka dan mengangkatnya ke langit.

Sesungguhnya Allah SWT sebaikbaik pembuat rencana dan paling kuasa merealisasikannya, paling baik dan kuat buatan-Nya, paling kuasa untuk menimpakan keburukan kepada mereka, menyempurnakan hikmah-Nya, melaksanakan kehendak-Nya dan membiarkan mereka berada di dalam kesesatan dan kekeliruan prasangka, karena mereka memiliki keyakinan telah berhasil menangkap orang yang menjadi target mereka dan berhasil merealisasikan keinginan mereka untuk membunuhnya. Padahal yang mereka tangkap dan mereka bunuh sejatinya bukanlah Nabi Isa a.s., akan tetapi, orang yang diserupakan dengan Nabi Isa a.s..

Abu Hayyan berkata, "Maksud ayat ini adalah bahwa Allah SWT sebaik-baik pemberi balasan, orang-orang yang berbuat baik dibalas dengan kebaikan, sedangkan para pelaku kejelekan dibalas dengan adil sesuai dengan perbuatan mereka. Karena dalam semua ini, apa yang diperbuat Allah SWT adalah hak. Sedangkan al-Makru (tipu daya) yang dilakukan manusia bisa dikatakan semuanya merupakan bentuk perbuatan yang batil.

Kemudian Allah SWT menjelaskan tentang dirafa'atau diangkatnya Nabi Isa a.s. ke langit dan berkata kepada Nabi Muhammad saw "Sebutkan wahai Muhammad ketika Allah SWT berfirman kepada Nabi Isa a.s., "sesungguhnya Kami memberikan ajalmu [usia hidup) secara sempurna dan Aku mengangkatmu kepadaKu." Hal ini mengandung berita gembira bagi Nabi Isa a.s. bahwa dirinya diselamatkan dari konspirasi dan rencana busuk mereka untuk membunuhnya.

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَاِنَّ اللّٰهَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Ulama tafsir memiliki dua pandangan seputar tafsir atau ta'wil ayat ini,

1. Di dalam ayat ini terdapat bentuk At-Taqdiim (mendahulukan) dan At-Ta'khiir (mengakhirkan), maksudnya adalah mendahulukan kata yang seharusnya diakhirkan, dalam hal ini adalah kata "mutawaffiika," dan sebaliknya, mengakhirkan kata yang seharusnya didahulukan, dalam hal ini adalah kata, "raafi'uka wo muthahhiruka." jadi, kirakira ta'wil atau tafsir ayat ini adalah, 

اِنِّيْ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاوَمُتَوَفِّيْكَ بَعدَاَنْ تَنْزِلَ مِنَ السَمَاءِ

"sesungguhnya Aku mengangkatmu kepada-Ku, membersihkan kamu dari orangorang kafir dan mematikanmu setelah kamu turun dari langit."

اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.”55

l'roob

اِذْ قَالَ اللّٰهُ kata اِذْ berta'alluq (Ta’alluq menurut bahasa ialah; bergantung, berkaitan, bertalian berhubungan atau tercapai) dengan fi'il (kata kerja) yang ditaqdirkan (dikira-kirakan keberadaannya), yaitu اُذْكُرْاِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ

وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا memiliki dua kemungkinan, bisa di'athofkan kepada kata sebelumnya. Maka, firman ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw., sedangkan firman sebelumnya ditujukan kepada Nabi Isa a.s., Atau bisa di'athofkan kepada kata مُتَوَفِّيْكَ kalau begitu, kedua firman ini ditujukan kepada Nabi Isa a.s..

ذكر إِذْ قَالَ الله ياعيسى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ قابضك وَرَافِعُكَ إِلَىَّ من الدنيا من غير موت وَمُطَهِّرُكَ مُبْعدك مِنَ الذين كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الذين اتبعوك صدّقوا بنبوّتك من المسلمين والنصارى فَوْقَ الذين كَفَرُواْ وهم اليهود يعلونهم بالحجة والسيف إلى يَوْمِ القيامة ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ من أمر الدين

Ingatlah! (Ketika Allah berfirman, "Ya 'Isa, Sesungguhnya Akulah mewafatkanmu) memegangmu (dan mengangkatmu kepada-Ku) yakni dari dunia tanpa mengalami kematian (dan menyucikanmu) atau menjauhkanmu (dari orang-orang yang kafir serta menjadikan orang-orang yang mengikutimu) artinya yang membenarkan kenabianmu di antara kaum muslimin dan orang-orang Nasrani (di atas orang-orang yang kafir) kepadamu, yakni orang-orang Yahudi; orang-orang yang percaya kepada kenabian Isa itu dapat mengalahkan mereka dengan berbagai hujah dan dengan mata pedang (sampai hari kiamat kemudian kepada Akulah kamu kembali lalu Kuputuskan di antara kamu apa-apa yang selalu kamu perbantahkan.) yakni tentang keagamaan.

Balaghoh

ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ terdapat Al-iltifat atau pengalihan dari penggunaan dhomiir ghoo'ibuun [kata ganti orang ketiga banyak) ke penggunaan bentuk dhomiir mukhoothobuun [kata ganti orang kedua banyak).

Sama halnya denga kalimat فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ pada ayat ke 57 وَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ di dalam susunan kata ini juga terdapat bentuk Al-lltifaat dari penggunaan dhomiir mutakallim wahdahu (kata ganti orang pertama tunggal) ke penggunaan dhomiirghoo'ib (kata ganti orang ketiga tunggal), sebagai bentuk penganeka ragaman kefasihan.

Mufrodaat Lughowiyyah

اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ At-Tawaffiy arti dasarnya adalah mengambil sesuatu secara keseluruhan, kemudian digunakan untuk arti mematikan, seperti ayat,

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.

Jadi, makna kata مُتَوَفِّيْكَ adalah قَابِضكَ yang berarti menggenggammu.وَرَافِعُكَ اِلَيَّ dan mengangkatmu dari dunia ini tanpa dalam keadaan mati. Jika memang Nabi Isa a.s. belum mati, maka berarti di dalam ayat ini terdapat apa yang disebut At-Taqdiim (mendahulukan sesuatu yang seharusnya terletak di akhir) dan At-Ta'khiir (mengakhirkan sesuatu yang seharusnya terletak di depan), yaitu mendahulukan kata mutawffiika atas kata roofi'uka. Jadi, kira-kira aslinya adalah seperti berikut, اِنِّيْ رَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُتَوَفِّيْكَ yang artinya, bahwa sesungguhnya Aku mengangkatmu kepada-Ku dan mematikan-Mu. Jadi, huruf Athof wawu tidak menunjukkan arti At-Tartiib (urut). Namun, ada yang berpendapat bahwa maksud kata مُتَوَفِّيْكَ adalah قَابِضكَ yang berarti, menggenggammu. Maksud kata وَرَافِعُكَ اِلَيَّ adalah, mengangkatmu kepada kemuliaan-Ku.

وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا maksudnya, menjauhkanmu, dan maksud menyucikan Nabi Isa a.s. dari orang-orang kafir adalah terbebas dan dirinya terlepas dari apa yang mereka tuduhkan kepada dirinya dengan menuduh ibundanya telah melakukan perzinaan. وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ maksudnya, orang-orang yang beriman dan membenarkan kenabianmu dari kaum Muslimin dan Nasroni. فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا maksudnya, orang-orang yang kafir kepadamu, yaitu kaum Yahudi. Yang dimaksud dengan Al-Fauqiyyah (keteratasan atau kemenangan) adalah kemenangan atas mereka dengan hujjah (bukti) dan. dengan pedang. فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ mencakup perselisihan antara Al-Masih Isa a.s. dengan orang-orang yang berseberangan dan berselisih dengannya dan perselisihan antara para pengikut Nabi Isa a.s. dan orang-orang yang kafir kepadanya.

Maksudnya adalah bahwa Allah SWT mengangkat Nabi Isa a.s. ke langit jiwa dan raganya dalam keadaan hidup. Di akhir zaman nanti, ia akan turun kembali ke bumi untuk menegakkan syari'at Islam. kemudian setelah itu, Allah SWT mematikannya. Bentuk ta'wil atau penafsiran ini adalah seperti yang dijelaskan oleh beberapa hadits shahih. Di antaranya adalah, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

اِنَّ عِيْسٰٓى لَمْ يَمُت, وَاِنَّهُ رَاجِعُ اِلَيكُمْ قَبلَ  يَوْمِ الْقِيٰمَةِ

"sesungguhnya Nabi Isa AS belum mati, ia akan kembali kepada kalian sebelum datangnya hari kiamat. "

2. Kata التَّوَفِّيْ di dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah arti asalnya, yaitu mematikan, sedangkan yang dimaksud الرَافِعُ di dalam ayat ini adalah mengangkat ruh dan kedudukan atau martabatnya, bukan tempatnya, seperti firman oleh Allah SWT tentang Nabi Idris a,s.,QS. surat Maryam ayat 57

وَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

Juga seperti firman Allah SWT tentang kaum Mukminin, QS. surat Al-Qomar ayat 55

فِيْ مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُّقْتَدِرٍ di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Mahakuasa.

Jadi, makna ayat ini adalah, sesungguhnya Aku mematikanmu dan menjadikanmu setelah mati di tempat yang tinggi dan luhur.

Namun, kebanyakan para ulama lebih menguatkan dan mendukung bentuk ta'wil yang pertama. Ada sebagian ulama, tepatnya Robi' bin Anas, berkata, "Yang dimaksud الْوَفِّة di dalam ayat ini adalah tidur; seperti firman Allah SWT QS. surat Al-An'am ayat 60

وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ ثُمَّ اِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

QS. surat Az-Zumar ayat 42

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.

Rasulullah saw. jika bangun dari tidur maka beliau mengucapkan doa, 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan.

Imam Al-Qurthubi berkata, "Pendapat yang benar adalah bahwa Allah SWT mengangkat Nabi Isa a.s. ke langit tidak dalam keadaan mati dan tidak pula dalam keadaan tidur." Pendapat ini juga yang dipilih oleh Imam Ath-Thobari dan pendapat yang benar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a..

Allah SWT menyebutkan kisah seputar penyaliban dan pengangkatan Nabi Isa a.s. ke langit di dalam beberapa ayat lain, yaitu,

وَّبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ

dan (Kami hukum juga) karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka yang sangat keji terhadap Maryam,

وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ

dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya.

Maksud ayat 159 dari surah an-Nisaa' di atas adalah bahwa tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali ia beriman kepada Nabi Isa a.s., yaitu ketika ia turun kembali ke bumi sebelum hari kiamat. Ketika itu, semua Ahli Kitab akan beriman kepada Nabi Isa a.s.. Karena ketika itu, Nabi Isa a.s. akan menghapus bentuk jizyah (upeti atau pajak) dan tidak akan menerima kecuali Islam.

Kemudian Allah SWT menjelaskan beberapa bentuk pemuliaan lainnya terhadap Nabi Isa a.s., yaitu Allah SWT akan menjadikan orang-orang yang beriman bahwa Nabi Isa a.s. adalah hamba dan utusan Allah SWT membenarkan ucapan-ucapannya dan mengikuti agamanya, Allah SWT akan menjadikan mereka ini orang-orang yang menang dan unggul atas orang-orang kafir. Maksudnya mereka dijadikan orang-orang yang lebih tinggi dan luhur daripada orangorang kafir. Keunggulan ini kemungkinan bersifat ruhaniyah, maksudnya mereka lebih tinggi dan unggul dibanding orang-orang kafir dalam hal keluhuran akhlak, kesempurnaan perilaku, dekatkepada kebenaran danjauh dari kebatilan. Atau kemungkinan bersifat duniawi, maksudnya, mereka adalah orang-orang yang memegang kekuasaan atas orang-orang kafir. Namun, keunggulan yang bersifat duniawi ini bukanlah sesuatu yang berkesinambungan dan terus-menerus berlaku di setiap waktu, yang mana kenyataan ini menguatkan bahwa keunggulan yang dimaksud adalah keunggulan yang bersifat ruhaniyah atau maknawiyah, bukan yang bersifat duniawi.

Keunggulan dalam hal akidah, luhurnya akhlak dan budi pekerti, kuatnya hujjah dan luhurnya derajat akan terus dimiliki oleh orang-orang yang beriman hingga hari kiamat.

Kemudian setelah itu, tempat kembali kalian semua adalah kepada-Ku pada hari kebangkitan. Lalu Aku akan memutuskan di antara kalian perkara-perkara agama yang kalian selalu berselisih tentangnya.

Kemudian Allah SWT menjelaskan balasan bagi orang yang benar dan yang salah. Adapun orang-orang yang kufur kepada Nabi Isa a.s. dan mendustakannya, mereka adalah kaum Yahudi, maka karena dosa-dosa mereka, bagi mereka siksa di dunia berupa menjadi umat yang hina, ditindas, dibunuh, ditawan, dan mereka dijadikan umat yang dikuasai oleh umat lain. Sedangkan di akhirat, mereka disiksa dengan api neraka jahannam. Di akhirat kelak, mereka tidak menemukan seorang penolong pun.

Adapun orang-orang yang beriman kepada Nabi Isa ?.s., membenarkan kenabiannya dan membenarkan apa yang ia bawa dari Tuhannya, mereka mengerjakan amal saleh dengan melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan, maka Allah SWT akan memberikan kepada mereka pahala mereka secara penuh dan utuh tanpa sedikit pun terkurangi. 

Kemudian Allah SWT menegaskan dan menguatkan kembali penjelasan tentang balasan bagi orang-orang kafir; yaitu bahwa Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim. Maksudnya Allah SWT akan membalas mereka dengan hukuman yang sesuai dan pantas mereka terima secara adil. Atau maksudnya, Allah SWT tidak ingin menzalimi orang-orang yang berbuat zalim dengan menyiksa mereka lebih dari apa yang pantas mereka terima.

Pengisahan tentang Nabi Isa a.s' ini kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad' Kisah ini merupakan bukti yang jelas dan kuat akan kebenaran kenabianmu. Karena kisah ini termasuk di dalam kandungan AlQur'an yang penuh hikmah yang menjelaskan berbagai sisi ibrah, keteladanan, hikmah dan pelajaran yang terdapat di dalam beritaberita dan hukum-hukum yang terkandung di Al-Qur'an. Dengan berita dan hukumhukum yang terkandung di dalam Al-Qur'an ini, kaum Mukminin mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan pengetahuan tentang rahasia syariat dan inti ajaran agama. Ayat ini mirip dengan ayat,

ذٰلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚقَوْلَ الْحَقِّ الَّذِيْ فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

مَا كَانَ لِلّٰهِ اَنْ يَّتَّخِذَ مِنْ وَّلَدٍ سُبْحٰنَهٗ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ۗ

Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Fiqih Kehidupan atau Hukum'Hukum

Para pembawa dakwah Perbaikan dan reformasi, terutama para Nabi selalu dihadapkan pada berbagai bentuk gangguan, permusuhan, penolakan, penentangan, intimidasi, pengusiran dan usaha-usaha pembunuhan. Akan tetapi, hikmah Tuhan menghendaki kebaikan tidak akan bisa redup dan hilang. Maka, oleh karena itu, Allah SWT akan selalu mempersiapkan orang-orang yang menjadi pengikut setia dan pendukung bagi para pembawa dakwah perbaikan dan reformasi.

Seorang pemimpin perlu untuk mengenali dan mengetahui siapa saja orang-orang yang benar-benar ikhlas dan setia untuk menjadi pengikut dan pendukungnya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. yang berusaha mengenali para pengikut setia dan para penolongnya. Agar ketika berada dalam kondisi krisis dan sulit, maka ia bisa mengandalkan mereka, sehingga mereka akan membantu memikul beban dakwah. Inilah yang dimaksud oleh ayat, مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ "siapakah Yang menjadi penolong-penolongku -di dalam menegakkan agama- Allah SWT?." Al-Qur'an surat Ali 'Imron ayat 52

فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَاشْهَدْ بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ

Ketika kaum bani Israel mengusir Nabi Isa a.s. dan ibundanya, Maryam, maka ia kembali lagi kepada mereka bersama al-Hawaariyyuun dan menyampaikan dakwah kepada mereka dengan terang-terangan. Hal ini menyebabkan mereka ingin membunuhnya dan mereka pun mengadakan konspirasi untuk itu. Ini adalah tipu daya dan konspirasi mereka. Adapun yang dimaksud dengan makrullaah [tipu daya Allah SWT) menurut al-Farra' adalah menipu dan memperdayakan hamba dengan membiarkannya pada keadaannya tanpa ia sadari. Sedangkan menurut Az-Zaiiai, yang dimaksud dengan makrullaah adalah menghukum mereka atas tipu daya yang mereka lakukan. Berarti hal ini masuk kategori menyebutkan sebab, tetapi yang dimaksudkan adalah akibatnya, seperti ayat Al-Qur'an surat Al-Baqoroh ayat 15

اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 142

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ

Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.

Bentuk susunan bahasa seperti masuk kategori ungkapan Al-Musyaakalah (penyesuaian). Ini adalah pendapat yang masyhur, maksudnya pendapat mayoritas ulama'.

Yang benar menurut Para ulama, Yang masuk kategori ulama muhaqqiquun adalah bahwa Allah SWT. mengangkat Nabi Isa a.s' ke langit tidak dalam keadaan mati dan tidur. Pada akhir zaman, ia akan turun kembali ke bumi. Di dalam shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah saw bersabda:

"Sungguh demi Allah, putra Maryam akan turun ke bumi menjadi seorang penguasa yang adil, maka sungguh, ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (maksudnya tidak menerima jizyah dari orang-orang kafr, ia hanya mau menerima Islam). Kala itu, unta-unta muda dibiarkan begitu saja, tidak ada satu pun orang yang menginginkannya, perasaan marah, saling benci, saling dendam dan saling hasud hilang orang-orang diajak kepada harta, namun tidak ada seorang pun yang bersedia menerimanya."

Adapun maksud dibersihkannya Nabi Isa a.s. dari orang-orang kafir adalah menyelamatkannya dari apa yang mereka tuduhkan kepadanya, atau menyelamatkannya dari rencana dan konspirasi jahat yang ingin mereka timpakan kepadanya.

Sedangkan tentang ayat, وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۚdan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orangorang yang kafir hingga hari kiamat" dalam hal ini ada dua pandangan. Adh-Dhahhak dan Muhammad bin Aban berkata, "Yang dimaksud orang-orang yang mengikuti Nabi Isa a.s. adalah al-Hawaariyyuun." Sedangkan yang Iainnya mengatakan bahwa perkataan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw bukan kepada Nabi Isa a.s. Adapun yang dimaksud Al-Fauqiyyah (unggul atau menang) di sini adalah dengan hujjah, bukti dan dalil. Namun, ada pula yang mengatakan unggul dan menang ini adalah dengan kekuatan dan kekuasaan.

Pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud keunggulan di sini adalah keunggulan dengan hujjah, dalil dan bukti akan kebenaran Islam dalam arti umum, yaitu agama yang dibawa oleh semua Nabi, diyakini oleh para pengikut Nabi Isa a.s., para pengikut Nabi Musa a.s. dan para pengikut Nabi Muhammad saw. adalah pendapat yang lebih kuat. Hal ini seperti ayat, Al-Qur'an surat An-Nur ayat 55

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Adapun bentuk balasan orang-orang kafir adalah, di akhirat disiksa dengan api neraka, sedangkan di dunia adalah dibunuh, disalib, ditawan, menjadi orang yang hina. Sedangkan balasan bagi orang-orang yang beriman yang beramal saleh adalah kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian di dunia, sedangkan di akhirat adalah surga. Mereka meraih dua kebahagiaan, dunia dan akhirat.

وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمُرَادِهِ


Senin, 25 November 2024

TAFSIR SURAT AL-KAHFI AYAT 19

Surat Al-Kahfi ayat 19

 وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.

Surat Al-Kahfi ayat 19

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُكْرًا ۔

Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”

Kita perlu membedah terlebih dahulu perihal lafadz walyatalattaf. Pertama, apakah semua mushaf Al Qur’an memberikan warna merah terhadap lafadz walyatalattaf? Kedua, apakah alasannya sehingga lafadz walyatalattaf yang dipilih?

pada lafal walyatalattaf ada unsur kata dasar Latif yang juga memiliki arti lemah lembut. Itu merupakan sebuah karakter yang harus dimiliki oleh umat Muslim. Sikap ini bisa dibuktikan dengan tindakan dan perkataan dalam kehidupan sehari-hari.

Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.

إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek” Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”. Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.
يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”

Surat Al-Qolam ayat 4

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.

Surat Ali 'Imron ayat 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Surat At-Taubah  ayat 128

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa

بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا

“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.

دَعُوهُ وَهَرِيْقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءِ أَوْ ذَنُو بًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِشْتُمُ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَشُوا مُعَسِّرِيْنَ

“Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”

Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.

Surat Thoha  ayat 43-44

اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۚ, فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.

Surat Al-Fath  ayat 29

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.

Disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau bercerita, “Orang-orang Yahudi pernah mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu mereka mengucapkan salam, “Semoga kematian atasmu’. Mendengar itu maka Aisyah menyahut, “Atas kalian, dan laknat Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kemurkaan -Nya atas kalian”. Maka Nabi menegurnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَهْلًا يَا عَائِشَةُ ,عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ, وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ. قَالَتْ: أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا .قَالَ: أَوَلَمْ تَسْمَعِي مَا قُلْتُ. رَدَدْتُ عَلَيْهِمْ, فَيُسْتَجَابُ لِي فِيهِمْ, وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِيَّ » [أخرجه البخاري ومسلم]

“Tunggu wahai Aisyah, bersikap lemah lembutlah. Hati-hati dari kekerasan dan kata-kata kotor”. Aisyah menjawab, “Tidakkah anda dengar apa yang mereka ucapkan? Beliau berkata, “Apakah engkau tidak mendengar jawabanku? Aku membalas (ucapan salam mereka), “Dan atas kalian juga”. Maka Allah mengabulkan do’aku untuk mereka, sedang do’a mereka tidak dikabulkan atasku“. [HR Bukhari no: 6030. Muslim no: 2165]

sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ » [أخرجه مسلم]

“Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi perkara umatku (jadi pemimpin mereka) kemudian dia menyusahkan mereka maka persulitlah urusanya. Dan barangsiapa yang mengurusi perkara umatku lalu dia berlemah lembut pada mereka maka sayangilah dirinya“. [HR Muslim no: 1828].

Imam Muslim dari Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ  » [أخرجه مسلم]

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan pada setiap perkara. Maka jika kalian membunuh berlaku lembutlah didalam (cara) membunuhnya. Dan jika kalian menyembelih maka berlaku lembutlah didalam menyembelihnya. Yaitu dengan menajamkan pisau kalian dan membuat binatang sembelihannya mereka nyaman“. [HR Muslim no: 1955].

Hal dasar yang perlu kita pahami adalah, mushaf Al Qur’an berbeda dengan Al Qur’an itu sendiri. Mushaf merupakan medium pengejawantahan tulisan Al Qur’an yang memang seiring berkembangnya waktu akan ada modifikasi. Sementara Al Qur’an sebagai kalamullah (firman Allah) tentu sampai kapanpun tidak akan berubah.

Dari pengetahun dasar ini, kita sebenarnya memaklumi berbagai ragam mushaf di kalangan Muslim seluruh dunia. Termasuk dalam perihal yang akan kita bahas, yakni penulisan lafadz walyatalattaf. Tentu tidak semua mushaf Al Qur’an baik berupa manuskrip maupun cetak menuliskan lafadz ini dengan tinta merah. Ada juga yang ditulis dengan tinta hitam namun tebal, tapi ada juga yang ditulis sama dengan lafadz lainnya.

Ketika berbicara tentang lafadz walyatalattaf dan bertinta merah, biasanya kita akan kembali pada ingatan saat kecil dahulu. Memang mushaf-mushaf dengan gaya huruf-huruf tebal, lebih dominan menyajikan lafadz walyatalattaf dengan warna merah. Mushaf ini bernama mushaf Bombay, sebuah mushaf yang dicetak di Mumbai India, kemudian diikuti oleh sebagian percetakan mushaf di Indonesia. Berikut contoh penulisan lafadz ini dengan tinta merah di mushaf Bombay.

Dari gambar di atas, selain lafadz walyatalattaf yang berwarna merah juga terdapat keterangan nisfu Al Qur’an (pertengahan Al Qur’an). Dari keterangan ini, sebenarnya alasan dasar mengapa warna merah itu dipilih, karena untuk membedakan lafadz tersebut dengan lafadz-lafadz yang lain. Lantas bagaimana dengan pendapat bahwa penulisan warna merah ini sebagai tanda untuk mengenang darah Usman bin Affan yang dibunuh saat memegang mushaf Al Qur’an?

Memang diberbagai catatan, seperti Muhammad Abu Zahrah dalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah menyebut bahwa Usman bin Affan terbunuh saat sedang membaca Al Qur’an. Hal ini senada dengan bukti mushaf Al Qur’an tertua yang disimpan di Tashkent, Uzbekistan. Berdasarkan catatan reportase detikcom tentang mushaf tersebut, Penjaga Museum itu menyebut bahwa di mushaf tersebut terdapat bekas ceceran darah Usman saat dibunuh, dan itu menunjukkan pada Surat Al Baqarah.

Dalam riwayat Imam Ahmad dari Amrah binti Arthah juga menyebut bahwa tetesan darah yang menimpa mushaf itu QS. Al Baqarah ayat 137.

فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۗ

Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu), maka Allah mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Dari uraian tersebut, nampaknya alasan penulisan walyatalattaf dengan tinta merah untuk mengenang kematian Usman bin Affan cenderung tidak tepat. Karena darah yang menetes di mushaf Usman bin Affan justru menunjukkan surat Al Baqarah, bukan Al Kahfi sebagaimana kabar-kabar yang sering beredar.

Sebenarnya ada beberapa pendapat tentang pertengahan Al Qur’an, terlebih jumlah ayat pun berbeda menurut para ulama. Ada yang menyebut 6204 ayat, ada yang menyebut 6214 ayat, 6219 ayat, 6226 ayat, dan 6236 ayat. Dari berbagai pendapat itu, jumlah kalimat dalam Al Qur’an menurut Al-Fadl Ibnu Syazan, dari Ata Ibnu Yasir, adalah 77.439 kalimat. Sementara huruf keseluruhannya ada yang berpendapat sebanyak 321.180 huruf, namun ada juga yang menyebut 323.015 huruf.

Mengutip dalam kitab Tafsir At Tahrir wa Tanwir anggitan Ibnu Asyur yang menyebut beberapa pendapat tentang pertengahan mushaf Al Qur’an. Jumhur ulama menyebut bahwa huruf ta’ dalam lafadz walyatalattaf (QS. Al Kahfi :19) merupakan pertengahan Al Qur’an. Namun ada pendapat lain, seperti Imam Ibnu Athiyah menyebut bahwa Imam Nawawi berpendapat bahwa pertengahan Al Qur’an adalah huruf nun dalam lafadz nukran (QS. Al Kahfi :74).

فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُكْرًا ۔

Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”

Surat Al-Kahfi  ayat 9-26

اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?9

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”10

فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ

Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu, selama beberapa tahun.11

ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ

Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).12

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.13

وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا

Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”14

هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ

Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?15

وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.16

۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ

Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.17

وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا

Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.18

وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.19

اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”20

وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا

Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya.”21

سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.22

وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ

Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”23

اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا

kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”24

وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا

Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.25

قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”26

Sebab Turunnya Ayat

Pada surah sebelumnya telah disebutkan sebab turunnya ayat tentang kisah Ashabul Kahfi, yaitu dalam firman Allah SWI, Surat Al-Isro  ayat 85

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Muhammad Ibnu Ishaq menyebutkan sebab turunnya ayat tentang kisah Ashabul Kahfi ini secara rinci dan jelas. Ia mengatakan, "Nadhar bin Harits, salah satu setan Kaum Quraisy, pernah menyakiti Rasulullah saw. dan mengikrarkan permusuhan terhadap beliau. Ia mendatangi Hirah dan mempelajari cerita-cerita tentang Rostam dan Esfandiyar. Rasulullah saw., jika duduk dalam sebuah majelis yang menyebutkan nama Allah di dalamnya, menceritakan tentang adzab yang diterima umat sebelum mereka, maka Nadhar senantiasa hadir untuk menentang isi majelis tersebut seraya berdiri dan berkata, 'Wahai Kaum Quraisy, demi Allah, sesungguhnya aku lebih pandai bercerita dari dirinya. Mari perhatikan baik-baih aku akan menceritakan kepada kalian dengan cerita yang lebih bagus daripada ceritanya.' Nadhar kemudian menceritakan kepada mereka tentang raja-raja Persia.

Kaum Quraisy kemudian mengutus Nadhar; juga turut bersamanya Utbah bin Abi Mu'ith menemui para rahib Yahudi di Madinah. Kaum Quraisy tersebut berkata kepada mereka berdua,'Tanyakanlah kepada mereka tentang Muhammad dan sifatnya, lalu beritahukanlah kepada mereka apa saja yang telah dikatakannya karena mereka (orang-orang Yahudi) ialah generasi Ahlul Kitab pertama, mereka memiliki pengetahuan tentang para nabi yang tidak kita miliki.' Kedua orang tersebut keluar dari kota tersebut hingga tiba di Madinah. Di tempat itu mereka bertanya kepada para rahib Yahudi tentang Muhammad. Para rahib Yahudi tersebut berkata, 'Tanyakanlah kepada Muhammad tentang tiga hal: tentang para pemuda yang pergi pada masa pertama bukan karena keinginan mereka, kisah mereka sungguh menakjubkan, dan tentang seorang Iaki-laki yang berkeliling dunia hingga telah tiba di barat dan timur belahan dunia, bagaimana cerita tentang dirinya tersebut. Terakhic tanyakanlah kepadanya tentang ruh, apakah ruh itu sebenarnya? fika ia mampu memberitahukan kepada kalian tentang semua ini, ia adalah seorang nabi. Sebaliknya, jika ia tidak mampu menjawabnya, ia tak lain hanya seorang yang mengaku-ngaku nabi.'

Saat Nadhar dan temannya tiba di Mekah, mereka berdua berkata, 'Kami telah datang menemui kalian dengan sesuatu yang akan menjadi penjelas antara kita dan Muhammad.' Selanjutnya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan para rahib tersebut. Mereka semua beramai-ramai menjumpai Rasulullah saw. dan menanyakan kepadanya hal tersebut. Rasulullah saw. bersabda, 'Saya akan menjawab pertanyaan kalian tersebut besok.'Tetapi Nabi saw. tidak mengatakan, 'ln syaa Allah.'

Mereka lalu meninggalkan Nabi Muhammad saw.. Beliau kemudian berdiam diri-seperti yang diriwayatkan-selama lima belas malam, hingga penduduk Mekah pun menjadi ramai karena keterlambatan jawaban beliau. Mereka berkata, 'Ketika berjumpa, Muhammad menjanjikan kepada kami akan memberikan jawaban pada esoknya, tapi hari ini sudah malam kelima belas.' Nabi Muhammad saw. merasa gelisah karena peristiwa tersebut. Tak lama kemudian, datanglah fibril a.s. yang diutus Allah SWT dengan membawa surah Ashabul Kahfi. Di dalam surah tersebut terdapat teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. atas kesedihannya terhadap kondisi penduduk Mekah. fuga terdapat di dalamnya berita tentang para pemuda Ashabul Kahfi dan tentang seorang laki-laki yang telah mengelilingi dunia."2e

Berdasarkan riwayat dari Ibnu farir dari ad-Dhahak dan Ibnu Murdawaih dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Nabi saw. pernah bersumpah, hingga berlalu dari sumpahnya tersebut selama 40 malam. Allah SWT kemudian menurunkan ayat, Surat Al-Kahfi  ayat 23

وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ

Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”

Hubungan Antar Ayat

Allah menyebutkan bahwa Dia telah menciptakan berbagai perhiasan di atas bumi ini. Di dalamnya terdapat berbagai keajaiban dan penciptaan yang melebihi kehebatan kisahkisah dan berbagai keanehan di dalamnya. Allah menjelaskan, kisah Ashabul Kahfi bukanlah satu-satunya keajaiban di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kisah tersebut merupakan keajaiban yang lebih kecil dibanding keajaiban dalam penciptaan hiasan bumi seperti tumbuhan, hewan, manusia, pepohonan dan sungai serta makhluk lainnya' 

Tafsir dan PenJelasannya 

Klsah Ashabul Kahf, Secara Global 

Ini merupakan berita yang benar tentang Ashabul Kahfi yang hidup selama tiga ratus sembilan tahun dalam keadaan tertidur. Ini merupakan salah satu dari keajaiban yang juga dilsyaratkan dalam beberapa kitab suci terdahulu.

اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?9

Kaum tersebut merasa takjub dengan kisah Ashabul Kahfi. Mereka kemudian menanyakannya kepada Rasulullah saw sebagai satu uiian atas kenabian beliau.

Allah SWT pun berfirman,'Apakah kamu mengira bahwa para pemuda Ashabul Kahfi tersebut hanya satu-satunya tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan? fanganlah menduga seperti itu karena semua tanda kekuasaan Kami menakiubkan. Kisah Ashabul Kahfi yang tetap hidup selama ratusan tahun tidaklah lebih ajaib daripada keadaan dunia sesungguhnya. Sesungguhnya, perhiasan dunia dan keajaiban yang terdapat di dalamnya merupakan sesuatu yang lebih agung, lebih inovatif, serta lebih menakjubkan daripada kisah ini. Sesungguhnya, siapa yang mampu menghiasi bumi kemudian menjadikannya kembali seperti debu, juga menciptakan langit dan bumi, pastilah dia juga mampu atas segala sesuatu. Salah satu kekuasaannya adalah mampu menjaga sekelompok manusia agar tetap hidup tanpa makan dan minum selama beberapa ratus tahun."

Dengan kata lain yang lebih sederhana; jangan mengira bahwa kisah Ashabul Kahfi dan ar-Raqiim, yaitu nama anjing mereka atau nama lembah atau catatan tentang bangunan mengenai mereka, merupakan salah satu tanda keajaiban dan kekuasaan Kami. fangan pernah menduga seperti itu karena tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya menakiubkan dan luar biasa. Kata ar'roqiim dalam ayat tersebut menurut Ibnu farir dan Ibnu Katsir yang tepat ialah: batu prasasti

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”10

ingatlah wahai Rasulullah saat para pemuda yang membawa agama, mereka melarikan diri dari kaumnya agar tidak berpaling dari agama tersebut. Mereka berlindung di dalam gua di sebuah gunung untuk bersembunyi dari kaum mereka yang menyembah berhala. Saat memasuki gua, mereka memohon kepada Allah agar diberi rahmat dan kasih sayang dan berkata, 

فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً"Ya, Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu." Atau bermakna, "Berikanlah kepada kami dari sisiMu rahmat yang dengan itu Engkau mengasihi kami dan menyembunyikan kami dari kaum kamii' وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا"Dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami." Atau bermakna, "fadikanlah ujian kami ini sebagai petuniuk yang lurus, Engkau mencukupi kemaslahatan kami dan meniadikan kami termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan bukan golongan orang-orang yang sesat, juga tergolong orang yang mendapat hidayah bukan golongan yang kebingungan." Atau, "fadikanlah segala urusan kami ini sebagai perkara yang benar."

فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ"Kami jadikan tidur yang nyenyak dialami mereka pada saat mereka memasuki gua tersebut, sehingga mereka tidak dapat mendengar suara apa pun, dan tertidur lelap bertahuntahun lamanya."

ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ"Kemudian Kami bangunkan mereka dari tidur mereka tersebut agar terlihat oleh manusia sesuatu yang pasti dari Allah." Dengan kata lain, agar dua kelompok yang berselisih tentang berapa lama para pemuda tersebut menghitung lama waktunya dan berapa lama mereka tertidur. Lalu tampaklah ketidakmampuan mereka dan mereka pun mengetahui apa yang telah Allah lakukan terhadap mereka. Sehingga mereka pun meyakini kesempurnaan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia kembali dan yang lainnya.

Rlnclan Klsah

Firman Allah, نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.

sesungguhnya mereka adalah para pemudayang mengakui ketauhidan atau keesaan Tuhan mereka. Mereka iuga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Dia. Kami tambahkan taufik kepada mereka untuk menerima petunjuk yang membuat mereka semakin teguh di atas aqidah, semakin bersemangat menuju Allah dan mengutamakan amal saleh.

Hal ini merupakan isyarat bahwa para pemuda tersebut lebih menerima kebenaran dan hidayah daripada para orang tua yang sombong dan tenggelam dalam agama yang batil. Oleh karena itu-seperti yang disebutkan Ibnu Katsir-golongan yang paling banyak menerima hidayah Allah dan Rasul-Nya saw. ialah para pemuda, sedangkan para sesepuh dari suku Quraisy tetap memeluk agama mereka dan tidak ada yang beriman di antara mereka kecuali sedikit saja,

Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Mundzir dari Ibnu Abbas r.a. berkata, 'Allah tidak pernah mengutus seorang nabi kecuali dia seorang pemuda." Ibnu Abbas r.a. kemudian membacakan firman Allah, surat Al-Ankabut ayat 60

قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ

Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.”

surat Al-Kahfi ayat 60

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”

surat Al-Kahfi ayat 16

وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.

Selanjutnya firman Allah,  وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖDan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,' menjadi dalil bahwa iman dapat bertambah, dan kekuatannya berbeda antarorang-orang, serta iman bertambah dan berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Hal ini sebagaimana firman Allah, surat Muhammad ayat 7

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

|Juga firman Allah, surat At-Taubah ayat 124

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ

Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.

Serta firman-Nya yang lain, surat Al-Fath ayat 4

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana;

Zaman atau Masa Mereka Hldup

Telah disebutkan bahwa sekelompok pemuda ini pada saat itu memeluk agama alMasih Isa Ibnu Maryam. Ibnu Katsiriustru lebih membenarkan pendapat yang mengatakan bahwa mereka hidup sebelum munculnya agama Nasrani. dengan dalil para rahib Yahudi hafal kisah para pemuda tersebut dan sangat memberikan perhatian terhadapnya, seperti yang telah dijelaskan dalam sebab turunnya ayat.

Selain itu, berdasarkan dalil yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Mundzir; dan lbnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas r.a. yang menyebutkan bahwa para pemuda tersebut hidup pada masa kerajaan yang dipimpin seorang raja lalim yang mengajak orang-orang menyembah berhala. Saat melihat kondisi tersebut, para pemuda itu keluar dari kota itu, kemudian Allah mengumpulkan mereka tanpa sengaja sehingga di antara mereka saling bertanya, "Hendak ke mana kalian? Ke mana kalian akan pergi?" Sebagian mereka menyembunyikan tujuannya dari sebagian yang lain karena masing-masing mereka tidak mengetahui penyebab rekannya meninggalkan kota tersebut. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian dan sumpah untuk saling memberitahukan satu sama lain dengan syarat jika mereka sepakat, mereka akan pergi bersama, namun jika tidah mereka akan menyembunyikan tujuannya rekannya. Mereka pun sepakat. Lalu mereka berkata, surat Al-Kahfi ayat 14

 وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا

Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”14

هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ

Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?15

وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.16

Mereka kemudian pergi bersama-sama hingga masuk ke dalam gua. Allah SWT kemudian menutup telinga mereka sehingga mereka tertidur dan dianggap hilang dari keluarga mereka. Keluarga mereka pun mencari-cari keberadaan mereka, tetapi tetap tidak menemukan mereka. Hingga akhirnya mereka pun menceritakan kasus kehilangan tersebut kepada raja. Raja berkata, "Mulai hari ini, hendaklah para pemuda tersebut dianggap seperti sekelompok orang yang telah pergi meninggalkan kota ini tanpa kita ketahui ke mana mereka pergi dan bukan karena kejahatan, juga tidak ada sebab yang diketahui." Raja memerintahkan pembantunya untuk mengambil pelat yang terbuat dari timah  kemudian ia menuliskan nama-nama pemuda tersebut di atasnya dan menyimpannya di lemari penyimpanan. Demikianlah, kisah mereka terjadi seperti yang telah diceritakan Allah SWT.30

Keteguhan Hatl Mereka pada Tauhld

Firman Allah  surat Al-Kahfi ayat 14

وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا

Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”

maksudnya, Kami kuatkan kesabaran mereka untuk berbeda dengan kaum mereka. Dan Kami teguhkan hati mereka atas aqidah yang benar. Kami juga menganugerahkan kepada mereka kekuatan tekad hingga mereka rela meninggalkan kehidupan yang nyaman dan bahagia yang dirasakan kaumnya.

Saat mereka menghadapi Raja Diqyanus yang lalim dan mendorong rakyatnya untuk menyembah patung dan berhala, juga mengajak dan memerintahkan rakyatnya untuk menyekutukan Allah, para pemuda itu berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan pernah meminta kepada tuhan selain Allah. Tiada Tuhan selain Allah. Tiada yang patut disembah selain Allah. Ritual yang dilakukan kaumnya seperti sujud dan menyembelih kurban untuk patungpatung itu hanyalah pantas untuk Allah yang menciptakan langit dan bumi."

Para pemuda tersebut telah mengikrarkannya pad1. bagian pertama dari ucapan mereka, رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ"Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi", sebagai tauhid Uluhiyyah. Ini juga diakui oleh para penyembah berhala. Sedangkan, pada bagian kedua dari ucapan mereka, لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا"kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia", sebagai tauhid Rububiyyah, dan inilah yang ditolak para penyembah berhala. Dalilnya adalah apa yang diceritakan Al-Qur'an, Surat Lukman ayat 25

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, ”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, ”Allah.” Katakanlah, ”Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Surat Az-Zumar ayat 3

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.

Pemilihan kata لَنْ dalam ucapan mereka  لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا untuk penafian yang bersifat  selamanya. Atau maknanya, tidak akan pernah terjadi pada kami penyembahan tersebut selamanya karena jika kami lakukan, itu adalah perbuatan yang batil.

Oleh sebab itu, mereka mengatakan sebab dari keyakinan mereka dengan perkataan mereka, لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا maksudnya, "jika kami menyeru selain Allah, kami sungguh telah mengatakan hal yang batil, dusta dan penuh kebohongan."

Kata الْشَطَطً secara bahasa artinya sesuatu yang melampaui batas dan jauh dari kebenaran. Maknanya adalah, لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا sungguh kami telah mengatakan perkataan yang melampaui batas dan jauh dari kebenaran. Ini menunjukkan bahwa mereka telah diajak untuk menyembah berhala, sang raja mencela mereka karena mereka tidak mau menyembah berhala-berhala tersebut.

Kecaman Para Pemuda Ashabul Kahfiterhadap Penyembahan Berhala oleh Kaum Mereka 

Surat Al-Kahfi ayat 15

هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ

Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?

artinya, para pemuda Ashabul Kahfi tersebut berkata tentang penyembahan berhala yang dilakukan kaum mereka pada masa Raja Diqyanus, "Dapatkah mereka memberikan hujjah yang jelas bagi kebenaran perbuatan mereka menyembah Tuhan-Tuhan batil dan imajinatif tersebut? Dapatkah mereka mendatangkan dalil yang jelas dan benar bagi kebenaran yang mereka kerjakan?"

Hal ini menunjukkan bahwa berargumentasi dengan ketiadaan bukti bagi ketiadaan objek yang dibahas merupakan metode yang benar secara nalar dan logika.

فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ artinya, tidak ada seseorang yang lebih zalim selain orang yang mengada-adakan kebohongan tentang Allah dan menyatakan adanya sekutu bagi-Nya. Mereka adalah kaum yang zalim dan dusta dengan ucapan mereka tersebut.

Salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada para pemuda tersebut adalah sikap raja mereka yang sebelumnya mengancam mereka, tapi kemudian sang raja memberi mereka waktu untuk memikirkan kembali kondisi mereka dengan harapan mereka akan meninggalkan agama mereka dan mengikuti agama sang raja. Saat itulah para pemuda Ashabul Kahfi tersebut mendapatkan peluang emas dan segera memanfaatkannya untuk melarikan diri dari fitnah dengan membawa agama yang benar.

Ibnu Katsir berkata, "lnilah yang dianjurkan oleh syari'at saat terjadi fitnah di tengahtengah masyarakat, yaitu hendaknya seorang hamba meninggalkan masyarakatnya demi menyelamatkan agamanya!' Pendapat ini diperkuat dalil dari hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Abu Dawud dari Abu Sa'id alKhudri r.a. dari Nabi saw. yang bersabda, 

"Hampir saja sebaik-baikharta seseorang dari kalian adalah sekawanan domba yang dia bawa ke puncak-puncak gunung dan tempat yang sering turun hujan, demi menyelamatkan agamanya dari fitnah." (HR Bukhari dan Abu Dawud)
 Pada kondisi seperti ini, disyari'atkan melakukan uzlah (mengasingkan diri) dari manusia dan tidak disyari'atkan melakukan perbuatan lain karena dengannya, dia tidak dapat mengikuti shalat berjamaah dan shalat jum'at

Pengasingan Para Pemuda Ashabul Kahfi dari Kaum Mereka

Firman Allah Surat Al-Kahfi ayat 16
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.
maknanya, ingatlah wahai Ashabul Kahfi, ucapan yang berasal dari diri sebagian kalian kepada sebagian lainnya ketika kalian bertekad melarikan diri demi agama kalian, lalu kalian memutuskan untuk meninggalkan dan memisahkan diri kalian secara jasmani, ruang, dan waktu, serta'uzlah secara maknawi berupa sikap penolakan untuk mengikuti agama dan penyembahan selain Allah yang dilakukan kaum kalian.
Firman Allah اِلَّا اللّٰهَ bisa saja berupa istisna muttashil atau munqathi'seperti yang telah kami sebutkan. Mungkin juga ini adalah kata-kata selingan, sebagai berita dari Allah mengenai para pemuda tersebut bahwa mereka tidak menyembah apa pun selain Allah.
Tinggalkanlah kaum kalian secara jasmani dan masuklah ke dalam sebuah gua yang luas di dalam perut gunung setelah kalian memisahkan diri dari mereka secara ruhiyah. Murnikanlah ibadah kalian hanya untuk Allah di suatu tempat yang sunyi dan jauh dari penganut kemusyrikan. fika kalian melakukan itu, Allah pasti melapangkan rahmat-Nya kepada kalian dengan melindungi kalian dari kejaran kaum kalian dan memudahkan segala urusan kalian yang terkait dan bermanfaat bagi kalian.

Keadaan Para Pemuda di dalam Gua dan Tertesemya Sinar Matahari dari Mereka 

Surat Al-Kahfi ayat 16
۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
 artinya, kamu lihat, wahai Muhammad [atau siapa pun yang menjadi lawan bicara), saat matahari terbit sinarnya condong ke sisi sebelah kanan gua mereka sehingga terik sinarnya berkurang karena posisi matahari lebih tinggi. Sehingga, tidak ada sinarnya yang tersisa di tempat seperti itu ketika ia tergelincir. Pada saat matahari terbenam, kamu lihat sinarnya menjauh dan meninggalkan mereka tanpa mendekati mereka sama sekali dan beralih ke arah kiri. Posisi mereka sesungguhnya berada di dalam gua yang luas dan di tengahnya sehingga udara dingin dan sejuk menghampiri mereka.
Maksud dari ayat ini, bukan memberitakan bahwa Nabi Muhammad saw. (atau siapa saja) benar-benar melihat posisi matahari di atas gua, melainkan pemberitaan bahwa gua tersebut terletak di sebuah tempat yang tidak terpapar oleh sinar matahari pada saat terbit dan terbenam. Dengan kata lain, para pemuda tersebut sepanjang hari tidak terkena sinar matahari baik saat terbit maupun terbenam, padahal mereka berada di tempat yang luas dan terbuka sehingga gampang terkena sinar matahari, jika saja Allah tidak dengan sengaja melindungi mereka.

Tempat Gua Ashabul Kahfi

Para pakar sejarah menyebutkan sejumlah pendapat tentang posisi gua Ashabul Kahfi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa gua tersebut merupakan lembah yang dekat dengan Ilya di Aqabah, selatan Palestina. Ada juga yang menyatakan bahwa gua tersebut berada di Niniwe, Mosul, bagian utara lrak. Pendapat lain mengatakan gua itu terletak di bagian selatan Turki, tepatnya di salah satu kota Romawi kuno. Semua pendapat ini tidak didukung oleh bukti.

Kekuasaan, Pertolongan, dan Kasih Sayang, Allah

ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ sesungguhnya, keberadaan para pemuda itu di dalam gua selama beberapa ratus tahun dan dijaga dari sinar matahari saat terbit dan terbenam dengan dipantulkan sinarnya dan diredakan sengatannya dari mereka, tidak lain ialah salah satu tanda kebesaran Allah yang menakjubkan, juga membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan keluasan ilmu-Nya. Hal itu juga menunjukkan bahwa Allah juga senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan bahwasanya tauhid adalah agama yang bena4 sedangkan penyembahan berhala dan patung ialah sesat, syirik, dan menyimpang. Hal itu juga menuniukkan bahwa terjaganya Ashabul Kahfi tidak lain adalah karena kasih sayang dan pertolongan dari Allah.
مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ artinya, siapa yang diberi Allah taufik untuk mendapatkan petunjuk melalui tanda-tanda kebesaran dan bukti-bukti keagungan-Nya, juga Allah tunjukkan pada kebenaran, memberinya taufik untuk melakukan hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya, seperti pemuda Ashabul Kahfi, dialah orang yang mendapat petunjuk dari Allah menuju jalan kebenaran. Dialah orang yang berhasil mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Maksud keterangan ini, sebagai bentuk pujian kepada para pemuda Ashabul Kahfi dan kesaksian bahwa mereka mendapatkan kebenaran atau sebagai peringatan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah seperti kejadian tersebut banyak sekali, tetapi orang yang berbahagia adalah orang yang dipilih Allah untuk merenungkan, memikirkan, dan mengambil hidayah dari ayat-ayat Allah tersebut.
Kesimpulan dari pemaparan ini, bahwa hanyalah Allah yang memberi petunjuk kepada para pemuda tersebut untuk mendapatkan hidayah-Nya.
وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا artinya, siapa yang disesatkan oleh Allah dengan cara tidak diberi taufik untuk mendapatkan hidayah dengan tanda-tanda kebesaran-Nya karena buruknya pilihan dan kesiapannya, serta pendapatnya yang mengarahkan pada penyimpangan, maka orang tersebut selamanya tidak akan pernah mendapati siapa pun yang akan menolong dan memberinya hidayah menuju kebaikan dan jalan-jalan kesalehan, baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada pemberi petunjuk baginya, seperti orang kafir yang mengingkari kekuasaan Allah untuk membangkitkan mereka kembali. Karena memberikan taufik kepada seseorang dan tidak memberikannya, merupakan kekuasaan Allah. Dialah yang berhak memberi taufik atau tidak kepada orang yang Ia kehendaki.
Menyerahkan sepenuhnya perkara hidayah dan kesesatan hanya kepada kekuasaan Allah, meringankan penderitaan Nabi saw. dalam menghadapi kaum beliau, juga menghilangkan kesedihan dan kepedihannya atas keengganan mereka untuk menerima dakwah beliau
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ maksudnya, saat kamu melihat mereka langsung, pasti kamu akan mengira bahwa mereka dalam keadaan terjaga karena mata mereka terbuka padahal mereka sedang tidur nyenyak. Keadaan itu terjadi agar tidak terjadi apa-apa terhadap mereka, seakanakan para pemuda tersebut melihat orang yang sedang menyaksikan keadaan mereka.
وَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ artinya, sesekali Kami balikkan tubuh mereka ke sisi sebelah kanan dan pada kesempatan yang lain ke sisi sebelah kiri hingga tanah tempat mereka tidur tidak memakan jasad mereka, selain itu, agar kulit mereka dapat menerima terpaan udara. Para ulama berbeda pendapat mengenai jangka waktu peristiwa dibolak-balikkan tubuh mereka tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tubuh mereka dibolakbalikkan sebanyak dua kali dalam setahun. Pendapat lain menyatakan bahwa sebanyak satu kali dalam setahun. Tidak ada bukti kuat yang mendukung dua pendapat tersebut, logika manusia pun tidak dapat menjelaskannya, bahkan Al-Qur'an pun tidak memerincinya. fuga tidak ada hadits shahih yang menegaskan hal itu. Nash Al-Qur'an tersebut tetap berada dalam keumuman maknanya. Ibnu Abbas r.a pernah berkata, "Seandainya tubuh mereka tidak dibolak-balikkan, pastilah tanah tempat mereka berbaring akan memakan jasad mereka."
وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ anjing para pemuda Ashabul Kahfi yang setia mengikuti mereka dengan ilham dari Allah bertugas menjaga mereka dengan membentangkan kedua lengannya di teras atau di pintu gua guna menjaga pintu mereka. Perilaku anjing ini merupakan kebiasaan dan naluri alaminya. Ia seakan-akan selalu menjaga mereka. Hewan ini juga ditidurkan Allah dalam keadaan seperti itu, sama seperti yang terjadi pada para pemuda. Ini merupakan faedah dari persahabatan terbaik.
لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا seandainya, kamu melihat mereka langsung, pastilah kamu akan berbalik arah dan melarikan diri dari hadapan mereka. Hatimu juga akan dipenuhi rasa takut dan terkejut karena Allah sengaja meletakkan kewibawaan pada mereka. Tujuannya, agar tidak seorang pun yang melihat mereka kecuali merasa takut karena wibawa mereka hingga selesai masa tidur mereka dan tercapailah hikmah mulia dan rahmat yang luas pada diri mereka. Allah menjadikan peristiwa yang mereka alami tersebut sebagai bukti nyata dan dapat dirasakan langsung oleh manusia atas kekuasaan-Nya untuk membangkitkan dan mengembalikan mereka seperti semula. Tentu saja untuk membuktikan bahwa hari Kiamat itu pasti akan datang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.

Dlban(unkannya Mereka dengan fubuh yanf, Maslh Utuh Setelah Tldur Selama 309 Tahun

Allah SWT berfirman Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
artinya, sebagaimana Kami telah tambahkan hidayah kemudian menidurkan mereka, Kami juga senantiasa menjaga tubuh mereka agar tidak rusak dan hancur. Kami abadikan kehidupan mereka tanpa asupan makanan dan minuman selama jangka waktu yang lama. Kami juga membolak-balikkan badan mereka. Hingga akhirnya, Kami juga membangkitkan mereka kembali atau menghidupkan mereka kembali setelah terlelap dari tidur panjang yang serupa dengan kematian. Kami melakukannya terhadap mereka agar manusia mengetahui sejauh mana kekuasaan Kami dan kehebatan apa yang Kami lakukan. Selain itu, Kami juga menginginkan mereka agar saling memerhatikan dan menanyakan keadaan di antara mereka. Fungsi huruf الْلَامُ pada redaksi لِيَتَسَاۤءَلُوْا sebagai laam al-'aqibah atau ash-shoiruroh, yaitu artinya فَقَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ lalu salah satu dari mereka langsung berkata, "Berapa lama kalian berada di sini?" Atau "Berapa lama kalian terlelap dalam tidur kalian?" Ini karena mereka merasakan tidur yang sangat lama. Para pemuda lainnya menjawab, لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ Dalam perkiraan kami, kita tidui kurang lebih selama satu hari penuh atau setengah hari sajai'karena mereka masuk ke dalam gua tersebut di pagi hari dan mereka bangun di sore hari. Oleh sebab itu, mereka menduga-duga seraya berkata اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ "atau setengah hari."
قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ sebagian dari pemuda tersebut menjawab, "Tuhanmu lebih mengetahui tentang kondisi kalian dan berapa lama kalian berada di sini." lni adalah jawaban berdasarkan perasaan dari sebagian mereka yang ragu sebab mereka tidur dalam waktu yang lama, yakni saat melihat keadaan mereka saat itu sudah berubah. )adi, maknanya, "Sesungguhnya, Allah lebih tahu daripada kalian, sedangkan kalian tidak mengetahui lama waktu kalian berada di sini." Dan ini merupakan adab yang muncul dari keimanan yang hidup dalam menjawab pertanyaan pertama dari sebagian mereka.

Perwakilan Mereka untuk Membeli Makanan

Kemudian, mereka saling mengingatkan dan menetapkan untuk mencari hal yang lebih penting bagi mereka yaitu kebutuhan pada makanan dan minuman. Mereka berkata فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ utuuslah salah seorang dari kalian ke kota yang telah kalian tinggalkan dengan membawa uang dirham atau perak yang kalian bawa dari rumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan kalian. Nama kota tersebut ialah Tarsus, seperti yang ditegaskan oleh Ar-Rozi.
فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ hendaklah orang yang diutus melihat makanan apa saja yang paling baik, paling bermanfaat, paling bagus dan paling murah harganya. Hendaklah dia kembali dengan jumlah yang sesuai.
وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا maksudnya, hendaklah orang yang diutus tadi bersikap lemah lembut dan bersahabat saat meminta sesuatu dan keluar masuk kota serta saat melakukan transaksi pembelian. Ia juga dilarang menyampaikan atau memberitahukan lokasi mereka berada kepada penduduk kota.
Surat Al-Kahfi ayat 20
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا vakni, sesungguhnya jika pengikut Raja Dikyanus mengetahui persembunyian kalian, kalian pasti akan dibunuh dengan cara dirajam dengan batu atau memaksa kalian dengan jalan kekerasan agar kembali pada agama syirik mereka-yaitu agama penyembah berhala dan patung-patung.
وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا artinya, jika kalian menerima untuk kembali pada agama dan kepercayaan mereka, niscaya tidak ada keberuntungan bagi kalian selamanya, baik di dunia maupun di akhirat.

Saat Penduduk Kota Mengetahul Keberadaan Mereka 

Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
artinya, s ebagaimana Kami telah menidurkan kemudian membangkitkan mereka, Kami pun memperlihatkan kepada manusia mengenai keberadaan dan kondisi mereka. Manusia yang diperlihatkan tersebut adalah mereka yang di dalam hatinya terdapat keraguan pada kekuasaan Allah untuk menghidupkan dan membangkitkan kembali orang yang telah mati serta ragu dengan hari Kiamat. Oleh karena itu, Allah bangunkan kembali Ashabul Kahfi sebagai bukti, hujjah dan tandatanda kebesaran-Nya. fuga dengan tujuan agar mereka mengetahui dan menyadari bahwa janji Allah untuk membangkitkan kembali manusia adalah benar dan pasti terjadi. Selain itu, sesungguhnya, peristiwa Hari Kiamat adalah peristiwa yang pasti terjadi tiada keraguan mengenainya. Siapa saja yang menyaksikan keajaiban pada Ashabul Kahfi, pasti mengetahui bahwa berita tersebut benar dan janji Allah mengenai hari kebangkitan pasti terjadi karena peristiwa para pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan Allah dan bangun kembali dari tidur mereka sama seperti peristiwa orang yang telah meninggal dunia kemudian dibangkitkan kembali.
 Pengetahuan manusia mengenai mereka disebutkan di dalam Al-Qur'an dengan kata اِعْثَارَا bermakna membuat orang menemukan, sebab seseorang kehilangan sesuatu karena Ialai lalu menemukannya kembali maka dia akan melihat dan mengetahuinya. Diperlihatkan merupakan sebab munculnya pengetahuan. Maknanya adalah, Kami perlihatkan atau tunjukkan kepada mereka saat terjadi perselisihan di antara mereka.
اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ artinya, Kami perlihatkan Ashabul Kahfi tersebut kepada penduduk kota pada masa itu saat mereka saling berselisih mengenai peristiwa Kiamat karena di antara mereka ada yang mengakuinya dan sebagian Iagi mengingkarinya, sebagian beriman, dan sebagian lagi kafir. Allah memperlihatkan kepada mereka peristiwa Ashabul Kahfi sebagai hujjah atas mereka. Raja pada masa itu dan rakyatnya sangat senang dengan kemunculan tanda-tanda kebesaran AIlah seputar kebangkitan dari kematian. Dengan begitu, perselisihan seputar Hari Kiamat menjadi sirna.

Pendapat Penduduk Mengenal Para Pemuda Ashabul Kahfi, setelah Mengetahui Perihal Mereka 

Surat Al-Kahfi ayat 21
وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya.”
penduduk kota tersebut menjadi dua kelompok mengenai Ashabul Kahfi setelah para pemuda tersebut dimatikan kembali oleh Allah. Satu kelompok-ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah golongan kafir dari penduduk kota-berkata, "Kita tutup saja pintu gua mereka dan kita biarkan mereka karena mereka memeluk agama kita. Selanjutnya kita bangun di atas gua tersebut sebuah bangunan, tepatnya persis di depan gua mereka. Tujuannya, agar tidak satu pun manusia yang dapat masuk ke dalamnya, demi menjaga mereka.
Firman Allah رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ ini adalah jumlah mu'taridhoh (kalimat sisipan). Artinya, Allah lebih mengetahui perihal mereka. Ini untuk menjawab pendapat orang-orang yang berselisih seputar aqidah para pemuda itu, nasab mereka, nama mereka, dan lama waktu mereka berada di dalam gua tersebut.
Satu kelompok lainnya, yaitu orang-orang Muslim berikut rajanya yang lebih berhak atas pengurusan para pemuda tersebut dan dalam pembuatan bangunan di atas tempat mereka, serta keputusan mereka lebih kuat daripada kelompok pertama, berkata, "Kita dirikan di depan gua tersebut sebuah masjid, tempat umat Islam mendirikan shalat dan mengambil keberkahan dari tempat tersebut"

Jumlah Ashabul Kahfi

Surat Al-Kahfi ayat 22
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.
sesungguhnya, orang-orang kelak akan berselisih pendapat mengenai jumlah pasti Ashabul Kahfi. Di antara mereka adalah yang membicarakan kisah Ashabul Kahfi pada masa Rasulullah saw.. Mereka adalah dari golongan Ahlul Kitab dan kaum Mukminin. Mereka bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai jumlah Ashabul Kahfi. Rasulullah saw. tidak langsung memberi iawaban hingga wahyu turun kepada beliau. Kemudian turunlah ayat yang memaparkan jumlah Ashabul Kahfi tersebut dan orang yang benar adalah yang mengatakan سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ "[jumlah mereka) tujuh (orang), yang kedelapan adalah anjingnya."
Sebagian mereka ada yang mengatakan, "jumlah mereka adalah ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ tiga orang yang keempat adalah anjingnya." Kelompok lainnya berkata, "jumlah mereka adalah خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ lima orang yang keenam adalah anjingnya." jumlah-jumlah Ashabul Kahfi yang mereka katakan ini tidak lain adalah رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ terkaan terhadap hal yang gaib, yaitu perkataan tanpa berdasarkan ilmu. jumlah Ahshabul Kahfi yang mereka sebutkan itu hanyalah dugaan dan perkiraan belaka tanpa ada dalilnya dan tidak dapat diyakini sama sekali. Hal ini terbukti dengan diakhirinya dua pendapat yang pertama tersebut dengan kata-kata رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ
Satu kelompok yang lain mengatakan, "jumlah mereka adalah سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ tujuh (orang), yang kedelapan ialah anjingnya." Setelah menyebutkan perkataan ini, Allah tidak menimpalinya atau menetapkannya. Ini menjadi bukti atas keshahihan perkataan terakhir ini tentang jumlah Ashabul Kahfi tersebut. Dan memang jumlah tersebutlah yang benar.
Katakanlah wahai Muhammad, "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahuinya secara pasti kecuali sedikit dari manusia. Mayoritas Ahlul Kitab yang menyebutkan jumlah mereka hanyalah berdasarkan dugaan dan perkiraan saja."
Firman Allah رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ merupakan petunjuk yang mengajarkan kepada kita bahwa sebaik-baik sikap pada posisi seperti itu ialah mengembalikan pengetahuan hanya kepada Allah karena tidak perlu membicarakan masalah seperti ini tanpa didasari ilmu.
Ibnu Abbas r.a. pernah berkata, "Saya adalah termasuk orang sedikit yang dikecualikan Allah dalam ayat di atas. jumlah Ashabul Kahfi tersebut ialah tujuh [orang)." Demikian juga diriwayatkan Ibnu farir dari Atho bahwa ia pernah berkata, "jumlah mereka ialah tujuh [orang)."
Hal terpenting dalam permasalahan ini bukanlah mengenai jumlah mereka, melainkan hikmah dari kisah itu dan bagaimana memanfaatkan pelajaran yang disampaikan, yaitu kekuasaan Allah untuk membangkitkan dan menghidupkan manusia kembali setelah mati.
Penulis Tafsir al-Kasyaaf pernah mempertanyakan, "Mengapa ada huruf waw pada kalimat ketiga dalam ayat سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ dan tidak ada pada dua kalimat sebelumnya?" la kemudian menjawab, "Huruf waw tersebut adalah waw yang masuk ke dalam kalimat yang berposisi sebagai sifat bagi kata nakirah. Tujuannya, sebagai penegas keterkaitan antara sifat dengan objek yang disifati, juga untuk menunjukkan bahwa sifat tersebut adalah objek yang disifati. fadi tetap artinya, orang-orang yang berpendapat سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ '(jumlah mereka) tujuh [orang) dan yang kedelapan ialah anjing merekai mengatakan hal itu berdasarkan ilmu dan tidak mendugaduga seperti yang lainnya."
فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا artinya, janganlah kamu [Muhammad) berdebat dengan Ahlul Kitab mengenai Ashabul Kahfi kecuali perdebatan umum saja bukan secara mendalam dan mendetil. Cukuplah bagimu menceritakan kepada mereka persis seperti yang telah diwahyukan Allah kepadamu, jangan menambahkan apa pun dengan tidak menampakkan kebodohan mereka atau menyakiti perasaan mereka saat menjawab mereka. Hal ini seperti yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, Surat An-Nahl ayat 125
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
juga firman-Nya Surat Al-Ankabut ayat 46
۞ وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ وَقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَاُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَاِلٰهُنَا وَاِلٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, ”Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”
وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا artinya, janganlah kamu [Muhammad) bertanya kepada seorang pun dari mereka mengenai kisah para pemuda tersebut, baik pertanyaan untuk sekadar mendebat, maupun pertanyaan yang sifatnya benar-benar minta petuniuk. Pertanyaan untuk sekadar mendebat bertentangan dengan apa yang telah Aku wasiatkan kepadamu agar bersikap baik dan bertutur kata yang baik kepada mereka. Pertanyaan yang sifatnya meminta petunjuk juga tidak patut bagimu karena Allah telah memberi tahumu tentang kisah Ashabul Kahfi dengan menyampaikan wahyu kepadamu.
Hal ini menunjukkan adanya larangan untuk kembali kepada penjelasan Ahlul Kitab dalam hal ilmu walaupun sedikit.

Tuntunan untuk Nabi saw. dan Umat Beliau Agar Senantiasa Mengaitkan Keinginannya dengan Kehendak Allah

Surat Al-Kahfi ayat 23
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”
artinya, wahai Rasul, jangan pernah kamu mengatakan sesuatu yang telah kamu azamkan untuk mengerjakannya di masa depan dengan perkataan, 'Aku akan melakukan itu besoki' kecuali menyertainya dengan izin Allah, yaitu dengan mengatakan, "ln syaa Allah." Hal ini seperti yang ditegaskan dalam Shahihain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw. bahwa beliau saw bersabda,
"Sulaiman bin Dawud a.s. pernah berkata, "Sungguh aku akan mendatangi (menggauli) tujuh puluh perempuan dalam satu malam-dalam riwayat lain disebutkan seratus Perempuandan setiap perempuan itu pasti akan melahirkan seorang anak laki-laki yang berperang di jalan Allahl' Lalu dikatakan kepadanya-dalnm riwayat lain disebutkan: seorang malaikat berkata kepada Nabi SulaimAn A.s.-, "Katakanlah,In syaa Allah". Namun, dia tidak mengatakannya. Kemudian dia mendatangi semua PeremPuan itu, namun tidak ada seorang perempuan Pun yang melahirkan anak laki-laki kecuali satu orang PeremPuan yang melahirkan s et engah manu sia ( malcsudny a manu sia yang tidak sempurna). Rasulullah saw. bersabda, "Demi Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seandainya dia berkata, "lnsya Allah", pasti dia tidak melanggar sumpahnya itu dan dia mendapatkan keinginannya." (HR Bukhari dan Muslim)
 Dalam riwayat lain disebutkan,
"Mereka pasti akan berperang di jalan Allah sebagai kesatria yang gagah."
Kita telah mengetahui sebab turunnya ayat ini dalam sabda Nabi saw. ketika ditanya tentang kisah Ashabul Kahfi,
"Besok pasti saya jawab pertanyaan kalian."
Hingga akhirnya wahyu dari Allah baru turun setelah lima belas hari. Surat Al-Kahfi ayat 24
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
ingatlah kehendak Allah dan katakanlah "ln syaa Allah" jika suatu saat kamu lupa mengucapkannya. Dengan kata lain, jika kamu lupa mengucapkan insya Allah, kemudian tiba-tiba kamu teringat dan menyadarinya, segeralah mengucapkannya, baik jeda antara lupa dengan mengingatnya cukup lama maupun tidak.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa walaupun teringat kembali setelah satu tahun lamanya, maka pengucapnya tidak dianggap mengingkari janji yang telah dia ucapkan sebelumnya. Sedangkan, menurut para ulama secara umum, penggunaan lafal "in syaa Allah" tidak berpengaruh jika tidak diucapkan secara bersambung dengan sumpah atau janji. Ibnu |arir menjelaskan maksud pernyataan Ibnu Abbas tadi, "Maksudnya, jika seseorang lupa mengatakan 'in syaa Allah' pada perkataannya atau saat bersumpah, kemudian ia baru menyadarinya setelah satu tahun lamanya, maka disunahkan mengatakan'ln syaa Allah', agar ia mendapatkan sunnah mengucapkannya walaupun setelah dia melanggar sumpahnya. Maksudnya, bukan membuat dia tidak dianggap melanggar sumpah atau menggugurkan kewajibannya membayar kafarat"
وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا maksudnya, katakanlah wahai Muhammad, "Mudah-mudahan Allah akan memberiku taufik untuk hal lain sebagai pengganti apa yang terlupakan itu atau sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat. fika kamu ditanya tentang sesuatu yang tidak kamu ketahui, tanyakanlah hal itu kepada Allah dan mohonlah kepadaNya agar mengarahkanmu pada hal yang benar tentangnya."

Lama Waktu yang, Mereka Habiskan di dalam Gua 

Allah mengabarkan kepada Nabi saw.lama waktu Ashabul Kahfi di dalam gua tersebut, terhitung sejak Allah menidurkan dan membangunkan mereka kembali. Surat Al-Kahfi ayat 25
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
artinya, sesungguhnya mereka berdiam di dalam gua selama tiga ratus sembilan tahun dalam hitungan Qamariyyah (kalender yang dihitung berdasarkan perputaran bulan) atau tiga ratus tahun dalam hitungan Syamsiyah (kalender berdasarkan perputaran matahari). Perbedaan waktu antara Qamariyah dan Syamsiyah terpaut tiga tahun setiap seratus tahun. Oleh sebab itu, Allah berfirman setelah menyebutkan tiga ratus tahun وَازْدَادُوْا تِسْعًا dan ditambah sembilan tahun.
Hal ini dipertegas dengan firman-Nya Surat Al-Kahfi ayat 26
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا
Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
maksuanya, jika kamu ditanya tentang lama waktu mereka berada di dalam gua tersebut, sedangkan kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya dari Allah, maka katakanlah, لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ tidak ada siapa pun yang mengetahui dengan pasti kecuali Dia dan orang yang Dia beritahu. Oleh karena itu, janganlah terburu-buru memberi tahu selama kamu tidak memiliki bukti atas itu. Yang benar adalah apa yang Aku sampaikan kepadamu, bukan apa yang mereka katakan karena sesungguhnya, milikNya segala rahasia yang ada di langit dan di bumi. Dia Mahatahu atas segala sesuatu dan Mahatahu daripada mereka yang berselisih pendapat tentang lama waktu para pemuda Ashabul Kahfi di dalam gua tersebut.
Karena Allah telah memberi tahu tentang lama waktu mereka berada di gua tersebut, maka itulah yang benar dan tiada keraguan di dalamnya. Faedah dari diakhirkannya kalimat ini dalam ayat tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa mereka berselisih tentang lama waktu para pemuda tersebut berada di dalam gua, seperti halnya saat mereka berselisih mengenai jumlah Ashabul Kahfi. Penyebutan penutup dengan redaksi ini adalah seperti kalimat redaksi penutup pada cerita tentang jumlah mereka قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ 
Kesimpulan, sesungguhnya, berita yang paling meyakinkan mengenai penjelasan jumlah Ashabul Kahfi dan lama waktu yang mereka habiskan selama di gua tersebut adalah berita yang disampaikan Allah karena Dia Mahatahu tentang segala sesuatu dan hakikatnya. Sedangkan, pendapat manusia mengenai itu semua hanyalah dugaan tanpa bukti dan bersandar pada cerita yang tersebar luas. Hanya Allah satu-satunya yang Mahatahu segala hal gaib di Iangit dan bumi serta semua yang tersembunyi tentang keadaan penghuninya.
 اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ kalimat ini termasuk bentuk kalimat ta'ajjub [menunjukkan makna keheranan) dan mubaalaghah (menunjukkan makna sangat). Maksudnya, sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar mereka. Ini mempunyai makna metafora dalam pujian dan ketakjuban, seakan-akan dikatakan,'Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya" Atau dengan ungkapan lain,'Alangkah terang penglihatan Allah atas segala sesuatu yang ada dan alangkah tajam pendengaran-Nya atas segala sesuatu yang terdengar; tidak ada satu pun yang tersembunyi dari pengawasan dan pendengaran-Nya." Qatadah mengomentari bentuk kalimat ini, "Tidak ada satu zat pun yang dapat lebih Melihat dan Mendengar melebihi Allah."
مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ Yakni, tidak ada selain Allah yang dapat memenuhi segala urusan manusia dan Dia tidak memiliki pembantu serta penolong.
وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا yakni sesungguhnya, hanya Allah pemilik kekuasaan dalam menciptakan dan memerintah, tidak ada yang dapat membantah segala keputusan-Nya, tidak seorang pun yang ikut serta dengan-Nya dalam menetapkan keputusan pada hambaNya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang memerintah-Nya.

Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum

Melalui penjelasan kisah Ashabul Kahfi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini.

1. Keadaan yang tergambarkan dalam kisah ini bukanlah satu-satunya tanda kebesaran Allah yang menakjubkan, tetapi penciptaan langit, bumi, dan segala yang terdapat di antara keduanya lebih ajaib dan lebih memukau, serta menjadi bukti yang lebih kuat bagi kekuasaan Allah. Hendaknya kisah ini tidak membuatmu sangat terheran-heran, wahai Nabi, sebagaimana keheranan orang-orang kafir itu. 

2. Para pemuda Mukmin yang masuk ke dalam gua berasal dari keluarga terhormat kota Dikyanus, seorang raja yang kafir. Mereka melarikan diri demi mempertahankan agama mereka dari fitnah orang-orang kafir penyembah patung berhala. Tindakan ini merupakan dalil tentang melarikan diri untuk mempertahankan agama, serta dalil bagi kebolehan meninggalkan keluarga, anakanak, karib kerabat, teman-teman, tanah air; dan harta karena khawatir akan fitnah dan ujian dari pihak lain. Nabi saw. telah meninggalkan tanah kelahiran belau demi menyelematkan agama beliau, demikian juga para sahabat beliau, seperti yang telah diabadikan Allah dalam surah Bara'ah. Mereka berhijrah dari tanah kelahiran mereka, meninggalkan tanah, tempat tinggal, keluarga, anak-anak, karib kerabat, dan saudara mereka demi mengharapkan keselamatan bersama agama Islam dan terhindar dari fitnah kaum kafir. Pengecualian ini, yaitu seseorang mengasingkan diri dari orang-orang, menurut kesepakatan ulama hanya diperbolehkan jika khawatir akan terjadi fitnah (ujian berat) bagi agamanya. Namun, untuk keadaan selain itu, para ulama sepakat bahwa berada di tengah masyarakat ialah lebih baik daripada mengasingkan diri. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh al-Baghawi, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda
"Orang Mukmin yang berbaur dengan masyarakat di sekitarnya, dan dia senantiasa bersabar atas gangguan mereka ialah lebih baik daripada Mukmin yang tidak berbaur dengan mereka dan tidak sabar atas gangguan mereka." (HRal-Baghawi, Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

3. Saat para pemuda Ashabul Kahfi melarikan diri dari orang yang mencari-cari mereka, para pemuda tersebut senantiasa menyibukkan diri dengan doa dan menyerahkan sepenuhnya segala urusan hanya kepada Allah dengan berdoa, Surat Al-Kahfi ayat 10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Maksudnya, berikanlah kepada kami ampunan dan rezeki, sempurnakanlah bagi kami taufik untuk mendapatkan kebenaran.
Orang-orang berbeda pendapat tentang masa dan tempat Ashabul Kahfi. Mengenai masa mereka hidup, ada yang menyatakan bahwa mereka hidup di era sebelum Nabi Musa, berdasarkan riwayat bahwa Nabi Musa menyebutkan cerita tentang mereka di dalam Taurat. Karena hal ini pula, kaum Yahudi menanyakan perihal mereka kepada Nabi Muhammad saw..
Pendapat lain menyatakan bahwa mereka masuk ke dalam gua sebelum era Isa al-Masih a.s., kemudian dibangkitkan kembali setelah era Isa al-Masih a.s, dan sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw..
Pendapat terakhir menyatakan bahwa mereka masuk ke dalam gua setelah masa Isa al-Masih a.s..
Mengenai lokasi gua tersebut, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa lokasi gua tersebut terletak di Romawi atau sebelah selatan negara Turki di Tarsus dan inilah yang tampak benar.

4. Salah satu skenario Allah terhadap para pemuda Ashabul Kahfi selama mereka berdiam di gua tersebut ialah mereka ditidurkan selama bertahun-tahun dan membuat telinga mereka tidak mendengar apa pun karena orang yang sedang tidur akan segera terbangun dari tidurnya iika mendengar sesuatu. Allah kemudian membangunkan mereka kembali setelah tertidur lelap dan orangorang kemudian mengetahui perihal mereka.
Dibangunkannya Ashabul Kahfi tersebut adalah untuk menguji orang-orang seputar pengetahuan mereka tentang lama waktu mereka berada di gua. Firman Allah Surat Al-Kahfi ayat 12
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
yakni, agar Kami mengetahui bahwa golongan yang hitungannya tepat itu ada. Karena, sesungguhnya Allah Mahatahu golongan mana di antara mereka yang paling tepat hitungannya. Maksud dari dua golongan atau kelompok tersebut, sekelompok pemuda yang menduga bahwa mereka berada di sana hanya sebentar saja dan penduduk kota yang hidup ketika para pemuda itu dibangunkan dan mereka memiliki catatan sejarah terkait para pemuda tersebut.

5. Sesungguhnya, para pemuda Ashabul Kahfi atau sekelompok pemuda tersebut memiliki sifat-sifat: beriman kepada Allah SWT., Allah memberikan kesabaran dan keteguhan dalam hati mereka, Allah juga menambahkan keimanan mereka dengan memberikan kemudahan untuk melakukan amal saleh, seperti hidup hanya untuk Allah, menjauhi manusia, dan zuhud di dunia.
Salah satu sikap yang memperlihatkan kuatnya keteguhan hati dan kesabaran yang diberikan Allah kepada mereka adalah saat mereka mengumumkan secara terang-terangan di hadapan kaum kafin Surat Al-Kahfi ayat 14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Mereka juga saling mengkaji keimanan mereka. Sebagian mereka mengatakan kepada sebagian lainnya, "Penduduk kota itu ialah orang-orang yang hidup di masa dan kota kita. Mereka menyembah patung hanya karena ikutikutan tanpa hujjah yang benar. Apakah mereka dapat memberikan dalil bagi ritual penyembahan berhala tersebut?."
 
6. Allah berfirman kepada mereka atau mereka berkata kepada sebagian lainnya, "fika kalian telah bertekad meninggalkan kaum kalian, masuklah ke dalam gua itu niscaya rahmat Allah akan menaungi kalian. Allah juga akan mencukupkan kebutuhan dan segala yang bermanfaat bagi kehidupan kalian."

7. Di antara rahmat dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada mereka saat tertidur adalah sinar matahari menjauh dari mereka dan condong ke sebelah kanan dan kiri atau condong ke sebelah kanan dan kiri gua. Sinar matahari tersebut tidak pernah mengenai mereka langsung sejak pagi hingga terbenam. Selain itu, siapa pun yang menyaksikan mereka, langsung akan menduga mereka dalam keadaan terjaga karena mata mereka yang selalu terbuka padahal mereka sebenarnya tertidur. fuga anjing mereka yang duduk menjulurkan kedua lengannya persis di depan pintu gua untuk menjaga mereka, padahal ia juga sedang tidur persis seperti mereka. Kasih sayang Allah kepada mereka juga ditunjukkan dengan membolak-balikkan badan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri agar tanah tempat mereka berbaring tidak memakan daging mereka. Yang membolak-balikkan tubuh mereka tersebut ialah Allah, bisa juga malaikat atas perintah Allah sehingga dinisbahkan kepada Allah.

8. Diperbolehkannya memelihara anjing jika ada keperluan, untuk berburu dan menjaga. Dalam sebuah hadits di dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda,
Siapa yang memelihara anjing selain anjing untuk berburu dan penggembala, maka pahalanya setiap hari berkurang sebanyak dua qiraath." (HR Muslim)
Anjing penggembala yang dibolehkan [mubah) menurut Imam Malik ialah anjing yang ikut serta pergi menggembala ternah bukan anjing yang menjaga ternak tersebut dari pencuri. Anjing pertanian adalah anjing yang menjaga lahan pertanian dari binatang buas di malam atau di siang hari, bukan yang menjaganya dari pencuri. Para imam selain Imam Malik  memperbolehkan memelihara anjing untuk menjaga hewan ternak dan lahan pertanian dari pencuri

9. Manusia akan sangat bermanfaat bila berteman dengan orang-orang pilihan Allah dan bergaul dengan orang saleh dan para wali. Dalilnya adalah anjing Ashabul Kahfi yang diperlakukan serupa seperti para pemuda tersebut. Anjing tersebut merupakan hewan yang mencintai pemuda tersebut sehingga Allah menyebutkannya bersama mereka. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Anas bin Malik, dia berkata, "Pada saat aku dan Rasulullah saw. keluar dari masjid, kami bertemu seseorang di pintu gerbang masjid seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, kapan terjadinya hari Kiamat?' Rasulullah saw. menjawab, Apa yang kamu persiapkan untuknya?' Laki-laki tersebut tertunduk sejenak kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah, aku tidak mempersiapkan banyaknya shalat, puasa, dan sedekah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah saw bersabda, "Kamu bersama orang yang kamu cintai."
Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa anjing itu ialah anjing sesungguhnya yang digunakan salah seorang dari pemuda Ashabul Kahfi untuk berburu, menjaga kebunnya, atau menjaga kambing-kambingnya. Nama anjing tersebut adalah Qithmif, jenis Anmar. Yang benar adalah ia seekor anjing jenis Zubairi.

10. Allah membuat mereka berwibawa dan ditakuti sehingga saat ada seseorang yang melihat mereka ia akan langsung meninggalkan mereka dengan hati yang dipenuhi rasa takut dari mereka. Ibnu Athiyah berkata, "Hal yang sebenarnya adalah sesungguhnya Allah menjaga kondisi mereka seperti ketika tidur pertama kali, agar menjadi bukti bagi kekuasaan Allah untuk mereka sendiri dan orangorang selain mereka. Pakaian mereka tidak lapuk dan kondisinya tidak berubah sedikit pun. Salah seorang dari mereka yang pergi ke kota pun tidak menangkap perubahan kecuali kondisi alam sekitarnya dan bangunan. Seandainya ada sesuatu pada diri mereka yang mereka rasa aneh, pastilah akan lebih memerhatikannya."

11. Setelah menidurkan dan membolakbalikkan badan mereka, Allah membangunkan mereka kembali dalam kondisi seperti sedia kala dari pakaian dan kondisi mereka. Hingga mereka saling bertanya satu sama lain tentang lama waktu mereka tidur. Sebagian mereka Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.sebagian lain berkata رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ

12. Firman Allah فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا menun jukkan disyari'atkannya wakaalah (transaksi perwakilan). Ayat ini juga menunjukkan pemikiran yang bagus dari para pemuda Ashabul Kahfi ketika masuk dan keluar dari kota, terlebih saat melakukan transaksi pembelian makanan dari penduduk kota, yaitu dengan bersikap lemah lembut. Tujuannya, agar tidak satu pun penduduk kota tersebut yang mengetahui keberadaan mereka karena para pendudukan kota itu akan membunuh mereka dengan cara dirajam dengan batu dan ini merupakan seburukburuk pembunuhan.
Transaksi perwakilan (wakaaloh) telah dikenal padamasalahiliyyah dan Islam. Nabi saw. pernah mewakilkan pernikahan beliau kepada seorang sahabat. Beliau juga mewakilkan pembelian hewan kurban kepada Urwah al-Bariqi. Ali ibn Abi Thalib r.a. juga pernah mewakilkan saudaranya Aqil untuk menghadap Usman r.a..
Wakaalah merupakan ienis akad perwakilan yang diperbolehkan oleh Allah karena manusia memerlukan dan adanya maslahat di dalamnya. Karena tidak semua orang dapat melaksanakan semua urusannya sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Atau merasa senang untuk mewakilkannya kepada orang lain, maka dia wakilkan pekerjaannya kepada orang yang disukainya. Al-Qur'an juga menunjukkan ayat lainnya yang memperbolehkan akadwakaalah, seperti firman Allah, Surat At-Taubah ayat 60
۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
juga firman-Nya, Surat Yusuf ayat 93
اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًا ۚوَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْنَ ࣖ
Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”
Wakaalah menurut jumhur ulama hukumnya diperbolehkan baik bagi orang yang berhalangan maupun tidak. Abu Hanifah dan Sahnun berkata, "Tidak diperbolehkan (wakaaloh) bagi orang yang tidak berhalangan." fumhur ulama berpegang pada hadits Bukhari dari Abu Hurairah r.a. yang menerima perwakilan dari Nabi saw. untuk memberikan jenis unta yang bagus sebagai pelunasan utang beliau. Nabi saw. bersabda,
"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang p aling b aik dalam melunasi utangnya."

13. Pada ayat فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ mengandung kebolehan kerja sama berbentuk syirkah karena uang perak tersebut merupakan milik mereka semua. Selain itu, mengandung kebolehan wakalah karena mereka mengutus salah satu dari mereka untuk mewakili mereka melakukan transaksi jual beli. fuga mengandung kebolehan untuk makan bersama antar teman dan mencampur makanan mereka secara bersamaan walaupun sebagian mereka makan lebih banyak daripadayang lainnya. Hal seperti itu juga terkandung dalam firman Allah, Surat Al-Baqoroh ayat 220
فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

14. Allah memberitahukan kisah Ashabul Kahfi kepada orang-orang untuk menjadi pelajaran, nasihat, dan petunjuk, serta untuk menegakkan hujjah tentang kekuasaan Allah untuk mengumpulkan seluruh manusia di Padang Mahsya6 membangkitkan manusia kembali dari kubur dan melakukan hisab (perhitungan).

15. Menjadikan kuburan sebagai masjid, shalat di dalamnya dan mendirikan bangunan di atasnya tidak diperbolehkan dalam syari'at kita. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, "Rasulullah saw melaknat para perempuan yang suka menziarahi kubuc membangun masjid di atasnya, dan meletakkan penerang di atasnya." Diperbolehkan mengubur jasad seseorang di dalam peti terutama bila tanah tempat ia dikubur terlalu lunak fmudah runtuh, pent.). Nabi Danial dan Yusuf a.s. dikubur di dalam peti. Peti Nabi Daniel terbuat dari batu, sedangkan peti Nabi Yusuf a.s. terbuat dari kaca. Namun, penggunaan peti seperti ini hukumnya makruh dalam syari'at kita.

16. Firman Allah سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ meruPakan pengingat bahwa jumlah inilah yang benar karena setelahnya tidak disebutkan bantahan terhadapnya, berbeda dengan dua jumlah yang disebutkan sebelumnya yang diakhiri dengan lafal رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ
Firman Allah قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ adalah perintah yang ditujukan kepada Nabi saw agar mengembalikan pengetahuan ten' tang jumlah Ashabul Kahfi hanya kepada Allah, kemudian memberitahukan bahwa orang-orang yang mengetahui iumlah tersebut hanya sedikit
Firman Allah فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا merupakan dalil bahwa Allah tidak menjelaskan kepada siapa pun tentang jumlah Ashabul Kahfi. Oleh karena itu, Allah berfirman اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا maksudnya, perbantahan yang sekilas saja. Firman Allah ini juga merupakan dalil bahwasanya Nabi Muhammad saw. tidak boleh berbantahan dan berdebat dalam masalah ini kecuali dengan cara yang terbaik seperti yang disebutkan dalam ayat lainnYa.
Dalam firman Allah وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا terkandung dalil bahwa umat Islam dilarang menanyakan kepada Ahlul Kitab tentang pengetahuan apapun Sunnah dan etika yang disyari'atkan menuntut kita untuk mengaitkan perkaraperkara yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dengan kehendak Allah [dengan mengatakan "in syaa Allah"). Berdasarkan ayat, وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ