Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
Surat Al-Kahfi ayat 19
فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُكْرًا ۔
Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”
Kita perlu membedah terlebih dahulu perihal lafadz walyatalattaf. Pertama, apakah semua mushaf Al Qur’an memberikan warna merah terhadap lafadz walyatalattaf? Kedua, apakah alasannya sehingga lafadz walyatalattaf yang dipilih?
pada lafal walyatalattaf ada unsur kata dasar Latif yang juga memiliki arti lemah lembut. Itu merupakan sebuah karakter yang harus dimiliki oleh umat Muslim. Sikap ini bisa dibuktikan dengan tindakan dan perkataan dalam kehidupan sehari-hari.
Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.
يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”Surat Al-Qolam ayat 4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
Surat Ali 'Imron ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Surat At-Taubah ayat 128
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa
بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا
“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.
Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.
دَعُوهُ وَهَرِيْقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءِ أَوْ ذَنُو بًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِشْتُمُ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَشُوا مُعَسِّرِيْنَ
“Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”
Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.
Surat Thoha ayat 43-44
اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۚ, فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.
Surat Al-Fath ayat 29
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau bercerita, “Orang-orang Yahudi pernah mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu mereka mengucapkan salam, “Semoga kematian atasmu’. Mendengar itu maka Aisyah menyahut, “Atas kalian, dan laknat Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kemurkaan -Nya atas kalian”. Maka Nabi menegurnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَهْلًا يَا عَائِشَةُ ,عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ, وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ. قَالَتْ: أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا .قَالَ: أَوَلَمْ تَسْمَعِي مَا قُلْتُ. رَدَدْتُ عَلَيْهِمْ, فَيُسْتَجَابُ لِي فِيهِمْ, وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِيَّ » [أخرجه البخاري ومسلم]
“Tunggu wahai Aisyah, bersikap lemah lembutlah. Hati-hati dari kekerasan dan kata-kata kotor”. Aisyah menjawab, “Tidakkah anda dengar apa yang mereka ucapkan? Beliau berkata, “Apakah engkau tidak mendengar jawabanku? Aku membalas (ucapan salam mereka), “Dan atas kalian juga”. Maka Allah mengabulkan do’aku untuk mereka, sedang do’a mereka tidak dikabulkan atasku“. [HR Bukhari no: 6030. Muslim no: 2165]
sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ » [أخرجه مسلم]
“Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi perkara umatku (jadi pemimpin mereka) kemudian dia menyusahkan mereka maka persulitlah urusanya. Dan barangsiapa yang mengurusi perkara umatku lalu dia berlemah lembut pada mereka maka sayangilah dirinya“. [HR Muslim no: 1828].
Imam Muslim dari Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ » [أخرجه مسلم]
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan pada setiap perkara. Maka jika kalian membunuh berlaku lembutlah didalam (cara) membunuhnya. Dan jika kalian menyembelih maka berlaku lembutlah didalam menyembelihnya. Yaitu dengan menajamkan pisau kalian dan membuat binatang sembelihannya mereka nyaman“. [HR Muslim no: 1955].
Hal dasar yang perlu kita pahami adalah, mushaf Al Qur’an berbeda dengan Al Qur’an itu sendiri. Mushaf merupakan medium pengejawantahan tulisan Al Qur’an yang memang seiring berkembangnya waktu akan ada modifikasi. Sementara Al Qur’an sebagai kalamullah (firman Allah) tentu sampai kapanpun tidak akan berubah.
Dari pengetahun dasar ini, kita sebenarnya memaklumi berbagai ragam mushaf di kalangan Muslim seluruh dunia. Termasuk dalam perihal yang akan kita bahas, yakni penulisan lafadz walyatalattaf. Tentu tidak semua mushaf Al Qur’an baik berupa manuskrip maupun cetak menuliskan lafadz ini dengan tinta merah. Ada juga yang ditulis dengan tinta hitam namun tebal, tapi ada juga yang ditulis sama dengan lafadz lainnya.
Ketika berbicara tentang lafadz walyatalattaf dan bertinta merah, biasanya kita akan kembali pada ingatan saat kecil dahulu. Memang mushaf-mushaf dengan gaya huruf-huruf tebal, lebih dominan menyajikan lafadz walyatalattaf dengan warna merah. Mushaf ini bernama mushaf Bombay, sebuah mushaf yang dicetak di Mumbai India, kemudian diikuti oleh sebagian percetakan mushaf di Indonesia. Berikut contoh penulisan lafadz ini dengan tinta merah di mushaf Bombay.
Dari gambar di atas, selain lafadz walyatalattaf yang berwarna merah juga terdapat keterangan nisfu Al Qur’an (pertengahan Al Qur’an). Dari keterangan ini, sebenarnya alasan dasar mengapa warna merah itu dipilih, karena untuk membedakan lafadz tersebut dengan lafadz-lafadz yang lain. Lantas bagaimana dengan pendapat bahwa penulisan warna merah ini sebagai tanda untuk mengenang darah Usman bin Affan yang dibunuh saat memegang mushaf Al Qur’an?
Memang diberbagai catatan, seperti Muhammad Abu Zahrah dalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah menyebut bahwa Usman bin Affan terbunuh saat sedang membaca Al Qur’an. Hal ini senada dengan bukti mushaf Al Qur’an tertua yang disimpan di Tashkent, Uzbekistan. Berdasarkan catatan reportase detikcom tentang mushaf tersebut, Penjaga Museum itu menyebut bahwa di mushaf tersebut terdapat bekas ceceran darah Usman saat dibunuh, dan itu menunjukkan pada Surat Al Baqarah.
Dalam riwayat Imam Ahmad dari Amrah binti Arthah juga menyebut bahwa tetesan darah yang menimpa mushaf itu QS. Al Baqarah ayat 137.
فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۗ
Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu), maka Allah mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Dari uraian tersebut, nampaknya alasan penulisan walyatalattaf dengan tinta merah untuk mengenang kematian Usman bin Affan cenderung tidak tepat. Karena darah yang menetes di mushaf Usman bin Affan justru menunjukkan surat Al Baqarah, bukan Al Kahfi sebagaimana kabar-kabar yang sering beredar.
Sebenarnya ada beberapa pendapat tentang pertengahan Al Qur’an, terlebih jumlah ayat pun berbeda menurut para ulama. Ada yang menyebut 6204 ayat, ada yang menyebut 6214 ayat, 6219 ayat, 6226 ayat, dan 6236 ayat. Dari berbagai pendapat itu, jumlah kalimat dalam Al Qur’an menurut Al-Fadl Ibnu Syazan, dari Ata Ibnu Yasir, adalah 77.439 kalimat. Sementara huruf keseluruhannya ada yang berpendapat sebanyak 321.180 huruf, namun ada juga yang menyebut 323.015 huruf.
Mengutip dalam kitab Tafsir At Tahrir wa Tanwir anggitan Ibnu Asyur yang menyebut beberapa pendapat tentang pertengahan mushaf Al Qur’an. Jumhur ulama menyebut bahwa huruf ta’ dalam lafadz walyatalattaf (QS. Al Kahfi :19) merupakan pertengahan Al Qur’an. Namun ada pendapat lain, seperti Imam Ibnu Athiyah menyebut bahwa Imam Nawawi berpendapat bahwa pertengahan Al Qur’an adalah huruf nun dalam lafadz nukran (QS. Al Kahfi :74).
فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُكْرًا ۔
Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”
Surat Al-Kahfi ayat 9-26
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?9
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”10
فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ
Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu, selama beberapa tahun.11
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).12
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.13
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”14
هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ
Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?15
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.16
۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.17
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.18
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.19
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”20
وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya.”21
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.22
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”23
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”24
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.25
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا
Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”26
Sebab Turunnya Ayat
Pada surah sebelumnya telah disebutkan
sebab turunnya ayat tentang kisah Ashabul
Kahfi, yaitu dalam firman Allah SWI, Surat Al-Isro ayat 85
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”
Muhammad Ibnu Ishaq menyebutkan
sebab turunnya ayat tentang kisah Ashabul
Kahfi ini secara rinci dan jelas. Ia mengatakan, "Nadhar bin Harits, salah satu setan Kaum
Quraisy, pernah menyakiti Rasulullah saw.
dan mengikrarkan permusuhan terhadap
beliau. Ia mendatangi Hirah dan mempelajari
cerita-cerita tentang Rostam dan Esfandiyar.
Rasulullah saw., jika duduk dalam sebuah
majelis yang menyebutkan nama Allah di
dalamnya, menceritakan tentang adzab yang
diterima umat sebelum mereka, maka Nadhar
senantiasa hadir untuk menentang isi majelis
tersebut seraya berdiri dan berkata, 'Wahai
Kaum Quraisy, demi Allah, sesungguhnya aku
lebih pandai bercerita dari dirinya. Mari perhatikan baik-baih aku akan menceritakan
kepada kalian dengan cerita yang lebih bagus
daripada ceritanya.' Nadhar kemudian menceritakan kepada mereka tentang raja-raja
Persia.
Kaum Quraisy kemudian mengutus
Nadhar; juga turut bersamanya Utbah bin Abi
Mu'ith menemui para rahib Yahudi di Madinah.
Kaum Quraisy tersebut berkata kepada mereka
berdua,'Tanyakanlah kepada mereka tentang
Muhammad dan sifatnya, lalu beritahukanlah
kepada mereka apa saja yang telah dikatakannya karena mereka (orang-orang Yahudi)
ialah generasi Ahlul Kitab pertama, mereka
memiliki pengetahuan tentang para nabi yang
tidak kita miliki.' Kedua orang tersebut keluar
dari kota tersebut hingga tiba di Madinah.
Di tempat itu mereka bertanya kepada para
rahib Yahudi tentang Muhammad. Para
rahib Yahudi tersebut berkata, 'Tanyakanlah
kepada Muhammad tentang tiga hal: tentang
para pemuda yang pergi pada masa pertama
bukan karena keinginan mereka, kisah mereka
sungguh menakjubkan, dan tentang seorang
Iaki-laki yang berkeliling dunia hingga
telah tiba di barat dan timur belahan dunia,
bagaimana cerita tentang dirinya tersebut.
Terakhic tanyakanlah kepadanya tentang ruh,
apakah ruh itu sebenarnya? fika ia mampu
memberitahukan kepada kalian tentang semua ini, ia adalah seorang nabi. Sebaliknya,
jika ia tidak mampu menjawabnya, ia tak lain
hanya seorang yang mengaku-ngaku nabi.'
Saat Nadhar dan temannya tiba di Mekah,
mereka berdua berkata, 'Kami telah datang
menemui kalian dengan sesuatu yang akan
menjadi penjelas antara kita dan Muhammad.'
Selanjutnya, mereka memberitahukan apa
yang telah dikatakan para rahib tersebut.
Mereka semua beramai-ramai menjumpai
Rasulullah saw. dan menanyakan kepadanya
hal tersebut. Rasulullah saw. bersabda, 'Saya
akan menjawab pertanyaan kalian tersebut
besok.'Tetapi Nabi saw. tidak mengatakan, 'ln
syaa Allah.'
Mereka lalu meninggalkan Nabi
Muhammad saw.. Beliau kemudian berdiam
diri-seperti yang diriwayatkan-selama lima
belas malam, hingga penduduk Mekah pun
menjadi ramai karena keterlambatan jawaban
beliau. Mereka berkata, 'Ketika berjumpa,
Muhammad menjanjikan kepada kami akan
memberikan jawaban pada esoknya, tapi hari
ini sudah malam kelima belas.' Nabi Muhammad
saw. merasa gelisah karena peristiwa tersebut.
Tak lama kemudian, datanglah fibril a.s. yang
diutus Allah SWT dengan membawa surah
Ashabul Kahfi. Di dalam surah tersebut
terdapat teguran Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw. atas kesedihannya terhadap
kondisi penduduk Mekah. fuga terdapat di
dalamnya berita tentang para pemuda Ashabul
Kahfi dan tentang seorang laki-laki yang telah
mengelilingi dunia."2e
Berdasarkan riwayat dari Ibnu farir dari
ad-Dhahak dan Ibnu Murdawaih dari Ibnu
Abbas, ia berkata, "Nabi saw. pernah bersumpah, hingga berlalu dari sumpahnya tersebut selama 40 malam. Allah SWT kemudian
menurunkan ayat, Surat Al-Kahfi ayat 23
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”
Hubungan Antar Ayat
Allah menyebutkan bahwa Dia telah menciptakan berbagai perhiasan di atas bumi ini.
Di dalamnya terdapat berbagai keajaiban dan
penciptaan yang melebihi kehebatan kisahkisah dan berbagai keanehan di dalamnya.
Allah menjelaskan, kisah Ashabul Kahfi
bukanlah satu-satunya keajaiban di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah. Kisah tersebut
merupakan keajaiban yang lebih kecil dibanding keajaiban dalam penciptaan hiasan
bumi seperti tumbuhan, hewan, manusia, pepohonan dan sungai serta makhluk lainnya'
Tafsir dan PenJelasannya
Klsah Ashabul Kahf, Secara Global
Ini merupakan berita yang benar tentang
Ashabul Kahfi yang hidup selama tiga ratus
sembilan tahun dalam keadaan tertidur. Ini
merupakan salah satu dari keajaiban yang
juga dilsyaratkan dalam beberapa kitab suci
terdahulu.
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?9
Kaum tersebut merasa takjub dengan kisah Ashabul Kahfi. Mereka kemudian menanyakannya kepada Rasulullah saw sebagai satu uiian atas kenabian beliau.
Allah SWT pun berfirman,'Apakah kamu
mengira bahwa para pemuda Ashabul Kahfi
tersebut hanya satu-satunya tanda kekuasaan
Allah yang menakjubkan? fanganlah menduga
seperti itu karena semua tanda kekuasaan
Kami menakiubkan. Kisah Ashabul Kahfi yang
tetap hidup selama ratusan tahun tidaklah
lebih ajaib daripada keadaan dunia sesungguhnya. Sesungguhnya, perhiasan dunia dan
keajaiban yang terdapat di dalamnya merupakan sesuatu yang lebih agung, lebih inovatif,
serta lebih menakjubkan daripada kisah ini.
Sesungguhnya, siapa yang mampu menghiasi
bumi kemudian menjadikannya kembali
seperti debu, juga menciptakan langit dan
bumi, pastilah dia juga mampu atas segala sesuatu. Salah satu kekuasaannya adalah
mampu menjaga sekelompok manusia agar
tetap hidup tanpa makan dan minum selama
beberapa ratus tahun."
Dengan kata lain yang lebih sederhana;
jangan mengira bahwa kisah Ashabul Kahfi
dan ar-Raqiim, yaitu nama anjing mereka atau
nama lembah atau catatan tentang bangunan
mengenai mereka, merupakan salah satu tanda
keajaiban dan kekuasaan Kami. fangan pernah
menduga seperti itu karena tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya menakiubkan dan
luar biasa. Kata ar'roqiim dalam ayat tersebut
menurut Ibnu farir dan Ibnu Katsir yang tepat
ialah: batu prasasti
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”10
ingatlah wahai
Rasulullah saat para pemuda yang membawa
agama, mereka melarikan diri dari kaumnya
agar tidak berpaling dari agama tersebut.
Mereka berlindung di dalam gua di sebuah
gunung untuk bersembunyi dari kaum mereka
yang menyembah berhala. Saat memasuki
gua, mereka memohon kepada Allah agar
diberi rahmat dan kasih sayang dan berkata,
فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً"Ya, Tuhan kami. Berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu." Atau
bermakna, "Berikanlah kepada kami dari sisiMu rahmat yang dengan itu Engkau mengasihi
kami dan menyembunyikan kami dari kaum
kamii' وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا"Dan sempurnakanlah
petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan
kami." Atau bermakna, "fadikanlah ujian kami
ini sebagai petuniuk yang lurus, Engkau mencukupi kemaslahatan kami dan meniadikan
kami termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk dan bukan golongan
orang-orang yang sesat, juga tergolong orang
yang mendapat hidayah bukan golongan yang
kebingungan." Atau, "fadikanlah segala urusan
kami ini sebagai perkara yang benar."
فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ"Kami
jadikan tidur yang nyenyak dialami mereka
pada saat mereka memasuki gua tersebut, sehingga mereka tidak dapat mendengar
suara apa pun, dan tertidur lelap bertahuntahun lamanya."
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ"Kemudian
Kami bangunkan mereka dari tidur mereka
tersebut agar terlihat oleh manusia sesuatu
yang pasti dari Allah." Dengan kata lain, agar
dua kelompok yang berselisih tentang berapa
lama para pemuda tersebut menghitung lama
waktunya dan berapa lama mereka tertidur.
Lalu tampaklah ketidakmampuan mereka dan
mereka pun mengetahui apa yang telah Allah
lakukan terhadap mereka. Sehingga mereka
pun meyakini kesempurnaan kekuasaan Allah
untuk membangkitkan manusia kembali dan
yang lainnya.
Rlnclan Klsah
Firman Allah, نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.
sesungguhnya mereka
adalah para pemudayang mengakui ketauhidan
atau keesaan Tuhan mereka. Mereka iuga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Dia. Kami tambahkan taufik kepada mereka untuk menerima
petunjuk yang membuat mereka semakin teguh
di atas aqidah, semakin bersemangat menuju
Allah dan mengutamakan amal saleh.
Hal ini merupakan isyarat bahwa para
pemuda tersebut lebih menerima kebenaran
dan hidayah daripada para orang tua yang
sombong dan tenggelam dalam agama yang
batil. Oleh karena itu-seperti yang disebutkan
Ibnu Katsir-golongan yang paling banyak
menerima hidayah Allah dan Rasul-Nya saw.
ialah para pemuda, sedangkan para sesepuh
dari suku Quraisy tetap memeluk agama
mereka dan tidak ada yang beriman di antara
mereka kecuali sedikit saja,
Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu
Mundzir dari Ibnu Abbas r.a. berkata, 'Allah
tidak pernah mengutus seorang nabi kecuali
dia seorang pemuda." Ibnu Abbas r.a. kemudian
membacakan firman Allah, surat Al-Ankabut ayat 60
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ
Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.”
surat Al-Kahfi ayat 60
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
surat Al-Kahfi ayat 16
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.
Selanjutnya firman Allah, وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖDan
Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,'
menjadi dalil bahwa iman dapat bertambah,
dan kekuatannya berbeda antarorang-orang,
serta iman bertambah dan berkurang. Ia
bertambah dengan ketaatan dan berkurang
karena kemaksiatan. Hal ini sebagaimana
firman Allah, surat Muhammad ayat 7
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
|Juga firman Allah, surat At-Taubah ayat 124
وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ
Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.
Serta firman-Nya yang lain, surat Al-Fath ayat 4
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana;
Zaman atau Masa Mereka Hldup
Telah disebutkan bahwa sekelompok pemuda ini pada saat itu memeluk agama alMasih Isa Ibnu Maryam. Ibnu Katsiriustru lebih
membenarkan pendapat yang mengatakan
bahwa mereka hidup sebelum munculnya
agama Nasrani. dengan dalil para rahib Yahudi hafal kisah para pemuda tersebut dan sangat
memberikan perhatian terhadapnya, seperti
yang telah dijelaskan dalam sebab turunnya
ayat.
Selain itu, berdasarkan dalil yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Mundzir;
dan lbnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas r.a. yang
menyebutkan bahwa para pemuda tersebut
hidup pada masa kerajaan yang dipimpin seorang raja lalim yang mengajak orang-orang
menyembah berhala. Saat melihat kondisi
tersebut, para pemuda itu keluar dari kota
itu, kemudian Allah mengumpulkan mereka
tanpa sengaja sehingga di antara mereka
saling bertanya, "Hendak ke mana kalian? Ke
mana kalian akan pergi?" Sebagian mereka
menyembunyikan tujuannya dari sebagian
yang lain karena masing-masing mereka
tidak mengetahui penyebab rekannya meninggalkan kota tersebut. Akhirnya mereka
mengadakan perjanjian dan sumpah untuk
saling memberitahukan satu sama lain dengan
syarat jika mereka sepakat, mereka akan
pergi bersama, namun jika tidah mereka
akan menyembunyikan tujuannya rekannya.
Mereka pun sepakat. Lalu mereka berkata, surat Al-Kahfi ayat 14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”14
هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ
Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?15
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.16
Mereka kemudian pergi bersama-sama
hingga masuk ke dalam gua. Allah SWT kemudian menutup telinga mereka sehingga
mereka tertidur dan dianggap hilang dari
keluarga mereka. Keluarga mereka pun
mencari-cari keberadaan mereka, tetapi tetap
tidak menemukan mereka. Hingga akhirnya
mereka pun menceritakan kasus kehilangan
tersebut kepada raja. Raja berkata, "Mulai
hari ini, hendaklah para pemuda tersebut
dianggap seperti sekelompok orang yang
telah pergi meninggalkan kota ini tanpa kita
ketahui ke mana mereka pergi dan bukan
karena kejahatan, juga tidak ada sebab yang
diketahui." Raja memerintahkan pembantunya
untuk mengambil pelat yang terbuat dari timah kemudian ia menuliskan nama-nama pemuda
tersebut di atasnya dan menyimpannya di
lemari penyimpanan. Demikianlah, kisah
mereka terjadi seperti yang telah diceritakan
Allah SWT.30
Keteguhan Hatl Mereka pada Tauhld
Firman Allah surat Al-Kahfi ayat 14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
maksudnya, Kami kuatkan kesabaran mereka
untuk berbeda dengan kaum mereka. Dan
Kami teguhkan hati mereka atas aqidah yang
benar. Kami juga menganugerahkan kepada
mereka kekuatan tekad hingga mereka rela
meninggalkan kehidupan yang nyaman dan
bahagia yang dirasakan kaumnya.
Saat mereka menghadapi Raja Diqyanus
yang lalim dan mendorong rakyatnya untuk
menyembah patung dan berhala, juga mengajak dan memerintahkan rakyatnya untuk
menyekutukan Allah, para pemuda itu berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan
bumi. Kami tidak akan pernah meminta
kepada tuhan selain Allah. Tiada Tuhan selain
Allah. Tiada yang patut disembah selain Allah.
Ritual yang dilakukan kaumnya seperti sujud
dan menyembelih kurban untuk patungpatung itu hanyalah pantas untuk Allah yang
menciptakan langit dan bumi."
Para pemuda tersebut telah mengikrarkannya pad1. bagian pertama dari ucapan
mereka, رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ"Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi", sebagai
tauhid Uluhiyyah. Ini juga diakui oleh para
penyembah berhala. Sedangkan, pada bagian
kedua dari ucapan mereka, لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا"kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia",
sebagai tauhid Rububiyyah, dan inilah yang
ditolak para penyembah berhala. Dalilnya
adalah apa yang diceritakan Al-Qur'an, Surat Lukman ayat 25
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, ”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, ”Allah.” Katakanlah, ”Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Surat Az-Zumar ayat 3
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.
Pemilihan kata لَنْ dalam ucapan mereka لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا untuk penafian yang bersifat selamanya. Atau maknanya, tidak akan pernah
terjadi pada kami penyembahan tersebut selamanya karena jika kami lakukan, itu adalah
perbuatan yang batil.
Oleh sebab itu, mereka mengatakan sebab
dari keyakinan mereka dengan perkataan
mereka, لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا maksudnya, "jika kami
menyeru selain Allah, kami sungguh telah
mengatakan hal yang batil, dusta dan penuh
kebohongan."
Kata الْشَطَطً secara bahasa artinya sesuatu
yang melampaui batas dan jauh dari kebenaran. Maknanya adalah, لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا sungguh
kami telah mengatakan perkataan yang melampaui batas dan jauh dari kebenaran. Ini
menunjukkan bahwa mereka telah diajak
untuk menyembah berhala, sang raja mencela
mereka karena mereka tidak mau menyembah
berhala-berhala tersebut.
Kecaman Para Pemuda Ashabul Kahfiterhadap
Penyembahan Berhala oleh Kaum Mereka
Surat Al-Kahfi ayat 15
هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ
Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
artinya, para
pemuda Ashabul Kahfi tersebut berkata tentang penyembahan berhala yang dilakukan
kaum mereka pada masa Raja Diqyanus,
"Dapatkah mereka memberikan hujjah yang
jelas bagi kebenaran perbuatan mereka menyembah Tuhan-Tuhan batil dan imajinatif
tersebut? Dapatkah mereka mendatangkan
dalil yang jelas dan benar bagi kebenaran yang
mereka kerjakan?"
Hal ini menunjukkan bahwa berargumentasi dengan ketiadaan bukti bagi ketiadaan
objek yang dibahas merupakan metode yang
benar secara nalar dan logika.
فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ artinya, tidak ada
seseorang yang lebih zalim selain orang yang
mengada-adakan kebohongan tentang Allah
dan menyatakan adanya sekutu bagi-Nya. Mereka adalah kaum yang zalim dan dusta dengan
ucapan mereka tersebut.
Salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada para pemuda tersebut adalah sikap
raja mereka yang sebelumnya mengancam
mereka, tapi kemudian sang raja memberi
mereka waktu untuk memikirkan kembali
kondisi mereka dengan harapan mereka akan
meninggalkan agama mereka dan mengikuti
agama sang raja. Saat itulah para pemuda
Ashabul Kahfi tersebut mendapatkan peluang
emas dan segera memanfaatkannya untuk
melarikan diri dari fitnah dengan membawa
agama yang benar.
Ibnu Katsir berkata, "lnilah yang dianjurkan oleh syari'at saat terjadi fitnah di tengahtengah masyarakat, yaitu hendaknya seorang
hamba meninggalkan masyarakatnya demi
menyelamatkan agamanya!' Pendapat ini diperkuat dalil dari hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Abu Dawud dari Abu Sa'id alKhudri r.a. dari Nabi saw. yang bersabda,
"Hampir saja sebaik-baikharta seseorang dari
kalian adalah sekawanan domba yang dia bawa ke
puncak-puncak gunung dan tempat yang sering
turun hujan, demi menyelamatkan agamanya dari
fitnah." (HR Bukhari dan Abu Dawud)
Pada kondisi seperti ini, disyari'atkan melakukan uzlah (mengasingkan diri) dari manusia dan tidak disyari'atkan melakukan perbuatan lain karena dengannya, dia tidak dapat
mengikuti shalat berjamaah dan shalat jum'at
Pengasingan Para Pemuda Ashabul Kahfi dari Kaum Mereka
Firman Allah Surat Al-Kahfi ayat 16
وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.
maknanya, ingatlah wahai Ashabul Kahfi,
ucapan yang berasal dari diri sebagian kalian kepada sebagian lainnya ketika kalian
bertekad melarikan diri demi agama kalian,
lalu kalian memutuskan untuk meninggalkan
dan memisahkan diri kalian secara jasmani,
ruang, dan waktu, serta'uzlah secara maknawi
berupa sikap penolakan untuk mengikuti
agama dan penyembahan selain Allah yang dilakukan kaum kalian.
Firman Allah اِلَّا اللّٰهَ bisa saja berupa
istisna muttashil atau munqathi'seperti yang
telah kami sebutkan. Mungkin juga ini adalah
kata-kata selingan, sebagai berita dari Allah
mengenai para pemuda tersebut bahwa mereka tidak menyembah apa pun selain Allah.
Tinggalkanlah kaum kalian secara jasmani
dan masuklah ke dalam sebuah gua yang
luas di dalam perut gunung setelah kalian
memisahkan diri dari mereka secara ruhiyah.
Murnikanlah ibadah kalian hanya untuk Allah
di suatu tempat yang sunyi dan jauh dari
penganut kemusyrikan. fika kalian melakukan
itu, Allah pasti melapangkan rahmat-Nya kepada kalian dengan melindungi kalian dari
kejaran kaum kalian dan memudahkan segala
urusan kalian yang terkait dan bermanfaat
bagi kalian.
Keadaan Para Pemuda di dalam Gua dan
Tertesemya Sinar Matahari dari Mereka
Surat Al-Kahfi ayat 16
۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
artinya, kamu
lihat, wahai Muhammad [atau siapa pun yang
menjadi lawan bicara), saat matahari terbit
sinarnya condong ke sisi sebelah kanan gua
mereka sehingga terik sinarnya berkurang
karena posisi matahari lebih tinggi. Sehingga,
tidak ada sinarnya yang tersisa di tempat
seperti itu ketika ia tergelincir. Pada saat
matahari terbenam, kamu lihat sinarnya menjauh dan meninggalkan mereka tanpa mendekati mereka sama sekali dan beralih ke arah
kiri. Posisi mereka sesungguhnya berada di
dalam gua yang luas dan di tengahnya sehingga
udara dingin dan sejuk menghampiri mereka.
Maksud dari ayat ini, bukan memberitakan bahwa Nabi Muhammad saw. (atau siapa
saja) benar-benar melihat posisi matahari di
atas gua, melainkan pemberitaan bahwa gua
tersebut terletak di sebuah tempat yang tidak
terpapar oleh sinar matahari pada saat terbit
dan terbenam. Dengan kata lain, para pemuda
tersebut sepanjang hari tidak terkena sinar
matahari baik saat terbit maupun terbenam,
padahal mereka berada di tempat yang luas
dan terbuka sehingga gampang terkena sinar
matahari, jika saja Allah tidak dengan sengaja
melindungi mereka.
Tempat Gua Ashabul Kahfi
Para pakar sejarah menyebutkan sejumlah
pendapat tentang posisi gua Ashabul Kahfi.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa gua
tersebut merupakan lembah yang dekat
dengan Ilya di Aqabah, selatan Palestina. Ada
juga yang menyatakan bahwa gua tersebut
berada di Niniwe, Mosul, bagian utara lrak.
Pendapat lain mengatakan gua itu terletak di
bagian selatan Turki, tepatnya di salah satu
kota Romawi kuno. Semua pendapat ini tidak
didukung oleh bukti.
Kekuasaan, Pertolongan, dan Kasih Sayang, Allah
ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ sesungguhnya, keberadaan
para pemuda itu di dalam gua selama beberapa
ratus tahun dan dijaga dari sinar matahari
saat terbit dan terbenam dengan dipantulkan sinarnya dan diredakan sengatannya
dari mereka, tidak lain ialah salah satu tanda
kebesaran Allah yang menakjubkan, juga
membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya
dan keluasan ilmu-Nya. Hal itu juga menunjukkan bahwa Allah juga senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan bahwasanya tauhid adalah agama yang bena4 sedangkan penyembahan berhala dan patung
ialah sesat, syirik, dan menyimpang. Hal itu
juga menuniukkan bahwa terjaganya Ashabul
Kahfi tidak lain adalah karena kasih sayang
dan pertolongan dari Allah.
مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ artinya, siapa yang diberi
Allah taufik untuk mendapatkan petunjuk melalui tanda-tanda kebesaran dan bukti-bukti
keagungan-Nya, juga Allah tunjukkan pada
kebenaran, memberinya taufik untuk melakukan hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya,
seperti pemuda Ashabul Kahfi, dialah orang
yang mendapat petunjuk dari Allah menuju
jalan kebenaran. Dialah orang yang berhasil
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Maksud keterangan ini, sebagai bentuk
pujian kepada para pemuda Ashabul Kahfi
dan kesaksian bahwa mereka mendapatkan
kebenaran atau sebagai peringatan bahwa
tanda-tanda kebesaran Allah seperti kejadian
tersebut banyak sekali, tetapi orang yang
berbahagia adalah orang yang dipilih Allah
untuk merenungkan, memikirkan, dan mengambil hidayah dari ayat-ayat Allah tersebut.
Kesimpulan dari pemaparan ini, bahwa
hanyalah Allah yang memberi petunjuk kepada
para pemuda tersebut untuk mendapatkan
hidayah-Nya.
وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا artinya, siapa yang
disesatkan oleh Allah dengan cara tidak diberi
taufik untuk mendapatkan hidayah dengan
tanda-tanda kebesaran-Nya karena buruknya
pilihan dan kesiapannya, serta pendapatnya
yang mengarahkan pada penyimpangan, maka
orang tersebut selamanya tidak akan pernah
mendapati siapa pun yang akan menolong dan
memberinya hidayah menuju kebaikan dan
jalan-jalan kesalehan, baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada pemberi petunjuk baginya, seperti orang kafir yang mengingkari kekuasaan Allah untuk membangkitkan mereka
kembali. Karena memberikan taufik kepada
seseorang dan tidak memberikannya, merupakan kekuasaan Allah. Dialah yang berhak
memberi taufik atau tidak kepada orang yang
Ia kehendaki.
Menyerahkan sepenuhnya perkara hidayah dan kesesatan hanya kepada kekuasaan
Allah, meringankan penderitaan Nabi saw.
dalam menghadapi kaum beliau, juga menghilangkan kesedihan dan kepedihannya atas
keengganan mereka untuk menerima dakwah
beliau
وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ maksudnya, saat kamu
melihat mereka langsung, pasti kamu akan
mengira bahwa mereka dalam keadaan terjaga
karena mata mereka terbuka padahal mereka
sedang tidur nyenyak. Keadaan itu terjadi agar
tidak terjadi apa-apa terhadap mereka, seakanakan para pemuda tersebut melihat orang yang
sedang menyaksikan keadaan mereka.
وَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ artinya, sesekali
Kami balikkan tubuh mereka ke sisi sebelah
kanan dan pada kesempatan yang lain ke sisi
sebelah kiri hingga tanah tempat mereka tidur
tidak memakan jasad mereka, selain itu, agar
kulit mereka dapat menerima terpaan udara.
Para ulama berbeda pendapat mengenai
jangka waktu peristiwa dibolak-balikkan
tubuh mereka tersebut. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa tubuh mereka dibolakbalikkan sebanyak dua kali dalam setahun.
Pendapat lain menyatakan bahwa sebanyak
satu kali dalam setahun. Tidak ada bukti kuat
yang mendukung dua pendapat tersebut, logika
manusia pun tidak dapat menjelaskannya,
bahkan Al-Qur'an pun tidak memerincinya.
fuga tidak ada hadits shahih yang menegaskan
hal itu. Nash Al-Qur'an tersebut tetap berada
dalam keumuman maknanya. Ibnu Abbas r.a pernah berkata, "Seandainya tubuh mereka tidak dibolak-balikkan, pastilah tanah tempat
mereka berbaring akan memakan jasad
mereka."
وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ anjing para pemuda
Ashabul Kahfi yang setia mengikuti mereka
dengan ilham dari Allah bertugas menjaga mereka dengan membentangkan kedua lengannya di teras atau di pintu gua guna menjaga
pintu mereka. Perilaku anjing ini merupakan
kebiasaan dan naluri alaminya. Ia seakan-akan
selalu menjaga mereka. Hewan ini juga ditidurkan Allah dalam keadaan seperti itu, sama
seperti yang terjadi pada para pemuda. Ini merupakan faedah dari persahabatan terbaik.
لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا seandainya, kamu melihat mereka langsung,
pastilah kamu akan berbalik arah dan melarikan diri dari hadapan mereka. Hatimu
juga akan dipenuhi rasa takut dan terkejut
karena Allah sengaja meletakkan kewibawaan
pada mereka. Tujuannya, agar tidak seorang
pun yang melihat mereka kecuali merasa
takut karena wibawa mereka hingga selesai
masa tidur mereka dan tercapailah hikmah
mulia dan rahmat yang luas pada diri mereka.
Allah menjadikan peristiwa yang mereka
alami tersebut sebagai bukti nyata dan
dapat dirasakan langsung oleh manusia atas
kekuasaan-Nya untuk membangkitkan dan
mengembalikan mereka seperti semula. Tentu
saja untuk membuktikan bahwa hari Kiamat
itu pasti akan datang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.
Dlban(unkannya Mereka dengan fubuh yanf,
Maslh Utuh Setelah Tldur Selama 309 Tahun
Allah SWT berfirman Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
artinya, sebagaimana Kami telah tambahkan
hidayah kemudian menidurkan mereka,
Kami juga senantiasa menjaga tubuh mereka
agar tidak rusak dan hancur. Kami abadikan
kehidupan mereka tanpa asupan makanan
dan minuman selama jangka waktu yang lama. Kami juga membolak-balikkan badan mereka.
Hingga akhirnya, Kami juga membangkitkan
mereka kembali atau menghidupkan mereka
kembali setelah terlelap dari tidur panjang
yang serupa dengan kematian. Kami melakukannya terhadap mereka agar manusia mengetahui sejauh mana kekuasaan Kami dan
kehebatan apa yang Kami lakukan. Selain itu,
Kami juga menginginkan mereka agar saling
memerhatikan dan menanyakan keadaan
di antara mereka. Fungsi huruf الْلَامُ pada
redaksi لِيَتَسَاۤءَلُوْا sebagai laam al-'aqibah atau
ash-shoiruroh, yaitu artinya فَقَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ lalu salah satu dari mereka langsung berkata,
"Berapa lama kalian berada di sini?" Atau
"Berapa lama kalian terlelap dalam tidur
kalian?" Ini karena mereka merasakan tidur
yang sangat lama. Para pemuda lainnya menjawab, لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ Dalam perkiraan kami,
kita tidui kurang lebih selama satu hari penuh
atau setengah hari sajai'karena mereka masuk
ke dalam gua tersebut di pagi hari dan mereka
bangun di sore hari. Oleh sebab itu, mereka
menduga-duga seraya berkata اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ "atau
setengah hari."
قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ sebagian dari pemuda
tersebut menjawab, "Tuhanmu lebih
mengetahui tentang kondisi kalian dan berapa
lama kalian berada di sini." lni adalah jawaban
berdasarkan perasaan dari sebagian mereka
yang ragu sebab mereka tidur dalam waktu
yang lama, yakni saat melihat keadaan mereka
saat itu sudah berubah. )adi, maknanya, "Sesungguhnya, Allah lebih tahu daripada kalian,
sedangkan kalian tidak mengetahui lama
waktu kalian berada di sini." Dan ini merupakan adab yang muncul dari keimanan yang
hidup dalam menjawab pertanyaan pertama
dari sebagian mereka.
Perwakilan Mereka untuk Membeli Makanan
Kemudian, mereka saling mengingatkan
dan menetapkan untuk mencari hal yang lebih penting bagi mereka yaitu kebutuhan pada
makanan dan minuman. Mereka berkata فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ utuuslah salah seorang dari
kalian ke kota yang telah kalian tinggalkan
dengan membawa uang dirham atau perak
yang kalian bawa dari rumah masing-masing
untuk memenuhi kebutuhan kalian. Nama kota
tersebut ialah Tarsus, seperti yang ditegaskan
oleh Ar-Rozi.
فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ hendaklah
orang yang diutus melihat makanan apa saja
yang paling baik, paling bermanfaat, paling
bagus dan paling murah harganya. Hendaklah
dia kembali dengan jumlah yang sesuai.
وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا maksudnya,
hendaklah orang yang diutus tadi bersikap
lemah lembut dan bersahabat saat meminta
sesuatu dan keluar masuk kota serta saat melakukan transaksi pembelian. Ia juga dilarang
menyampaikan atau memberitahukan lokasi
mereka berada kepada penduduk kota.
Surat Al-Kahfi ayat 20
اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا vakni,
sesungguhnya jika pengikut Raja Dikyanus
mengetahui persembunyian kalian, kalian
pasti akan dibunuh dengan cara dirajam dengan batu atau memaksa kalian dengan jalan
kekerasan agar kembali pada agama syirik
mereka-yaitu agama penyembah berhala dan
patung-patung.
وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا artinya, jika kalian menerima
untuk kembali pada agama dan kepercayaan
mereka, niscaya tidak ada keberuntungan bagi
kalian selamanya, baik di dunia maupun di
akhirat.
Saat Penduduk Kota Mengetahul Keberadaan
Mereka
Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
artinya, s ebagaimana Kami
telah menidurkan kemudian membangkitkan
mereka, Kami pun memperlihatkan kepada
manusia mengenai keberadaan dan kondisi mereka. Manusia yang diperlihatkan tersebut
adalah mereka yang di dalam hatinya terdapat
keraguan pada kekuasaan Allah untuk menghidupkan dan membangkitkan kembali orang
yang telah mati serta ragu dengan hari Kiamat.
Oleh karena itu, Allah bangunkan kembali
Ashabul Kahfi sebagai bukti, hujjah dan tandatanda kebesaran-Nya. fuga dengan tujuan agar
mereka mengetahui dan menyadari bahwa
janji Allah untuk membangkitkan kembali
manusia adalah benar dan pasti terjadi. Selain
itu, sesungguhnya, peristiwa Hari Kiamat adalah peristiwa yang pasti terjadi tiada keraguan
mengenainya. Siapa saja yang menyaksikan
keajaiban pada Ashabul Kahfi, pasti mengetahui bahwa berita tersebut benar dan janji
Allah mengenai hari kebangkitan pasti terjadi
karena peristiwa para pemuda Ashabul Kahfi
yang ditidurkan Allah dan bangun kembali
dari tidur mereka sama seperti peristiwa
orang yang telah meninggal dunia kemudian
dibangkitkan kembali.
Pengetahuan manusia mengenai mereka
disebutkan di dalam Al-Qur'an dengan kata اِعْثَارَا bermakna membuat orang menemukan,
sebab seseorang kehilangan sesuatu karena
Ialai lalu menemukannya kembali maka dia
akan melihat dan mengetahuinya. Diperlihatkan merupakan sebab munculnya pengetahuan. Maknanya adalah, Kami perlihatkan
atau tunjukkan kepada mereka saat terjadi
perselisihan di antara mereka.
اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ artinya, Kami perlihatkan
Ashabul Kahfi tersebut kepada penduduk kota
pada masa itu saat mereka saling berselisih
mengenai peristiwa Kiamat karena di antara
mereka ada yang mengakuinya dan sebagian
Iagi mengingkarinya, sebagian beriman, dan
sebagian lagi kafir. Allah memperlihatkan
kepada mereka peristiwa Ashabul Kahfi sebagai hujjah atas mereka. Raja pada masa itu
dan rakyatnya sangat senang dengan kemunculan tanda-tanda kebesaran AIlah seputar kebangkitan dari kematian. Dengan begitu, perselisihan seputar Hari Kiamat menjadi sirna.
Pendapat Penduduk Mengenal Para Pemuda
Ashabul Kahfi, setelah Mengetahui Perihal
Mereka
Surat Al-Kahfi ayat 21
وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Dan demikian (pula) Kami perlihatkan (manusia) dengan mereka, agar mereka tahu, bahwa janji Allah benar, dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika mereka berselisih tentang urusan mereka, maka mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya.”
penduduk kota tersebut
menjadi dua kelompok mengenai Ashabul
Kahfi setelah para pemuda tersebut dimatikan
kembali oleh Allah. Satu kelompok-ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah
golongan kafir dari penduduk kota-berkata,
"Kita tutup saja pintu gua mereka dan kita
biarkan mereka karena mereka memeluk
agama kita. Selanjutnya kita bangun di atas gua
tersebut sebuah bangunan, tepatnya persis di
depan gua mereka. Tujuannya, agar tidak satu
pun manusia yang dapat masuk ke dalamnya,
demi menjaga mereka.
Firman Allah رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ ini adalah
jumlah mu'taridhoh (kalimat sisipan). Artinya,
Allah lebih mengetahui perihal mereka. Ini
untuk menjawab pendapat orang-orang yang
berselisih seputar aqidah para pemuda itu,
nasab mereka, nama mereka, dan lama waktu
mereka berada di dalam gua tersebut.
Satu kelompok lainnya, yaitu orang-orang
Muslim berikut rajanya yang lebih berhak atas
pengurusan para pemuda tersebut dan dalam
pembuatan bangunan di atas tempat mereka,
serta keputusan mereka lebih kuat daripada
kelompok pertama, berkata, "Kita dirikan di
depan gua tersebut sebuah masjid, tempat
umat Islam mendirikan shalat dan mengambil
keberkahan dari tempat tersebut"
Jumlah Ashabul Kahfi
Surat Al-Kahfi ayat 22
سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.
sesungguhnya,
orang-orang kelak akan berselisih pendapat
mengenai jumlah pasti Ashabul Kahfi. Di
antara mereka adalah yang membicarakan
kisah Ashabul Kahfi pada masa Rasulullah
saw.. Mereka adalah dari golongan Ahlul Kitab dan kaum Mukminin. Mereka bertanya kepada
Rasulullah saw. mengenai jumlah Ashabul
Kahfi. Rasulullah saw. tidak langsung memberi
iawaban hingga wahyu turun kepada beliau.
Kemudian turunlah ayat yang memaparkan
jumlah Ashabul Kahfi tersebut dan orang yang
benar adalah yang mengatakan سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ "[jumlah mereka) tujuh (orang), yang
kedelapan adalah anjingnya."
Sebagian mereka ada yang mengatakan,
"jumlah mereka adalah ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ tiga orang yang keempat adalah anjingnya."
Kelompok lainnya berkata, "jumlah mereka
adalah خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ lima orang yang
keenam adalah anjingnya." jumlah-jumlah
Ashabul Kahfi yang mereka katakan ini tidak
lain adalah رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ terkaan terhadap hal
yang gaib, yaitu perkataan tanpa berdasarkan
ilmu. jumlah Ahshabul Kahfi yang mereka
sebutkan itu hanyalah dugaan dan perkiraan
belaka tanpa ada dalilnya dan tidak dapat diyakini sama sekali. Hal ini terbukti dengan
diakhirinya dua pendapat yang pertama
tersebut dengan kata-kata رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ
Satu kelompok yang lain mengatakan,
"jumlah mereka adalah سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ tujuh (orang), yang kedelapan ialah anjingnya." Setelah menyebutkan perkataan ini, Allah tidak
menimpalinya atau menetapkannya. Ini menjadi bukti atas keshahihan perkataan terakhir
ini tentang jumlah Ashabul Kahfi tersebut. Dan
memang jumlah tersebutlah yang benar.
Katakanlah wahai Muhammad, "Tuhanku
lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada
yang mengetahuinya secara pasti kecuali sedikit dari manusia. Mayoritas Ahlul Kitab
yang menyebutkan jumlah mereka hanyalah
berdasarkan dugaan dan perkiraan saja."
Firman Allah رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ merupakan petunjuk yang mengajarkan kepada kita bahwa
sebaik-baik sikap pada posisi seperti itu ialah
mengembalikan pengetahuan hanya kepada
Allah karena tidak perlu membicarakan masalah seperti ini tanpa didasari ilmu.
Ibnu Abbas r.a. pernah berkata, "Saya adalah termasuk orang sedikit yang dikecualikan
Allah dalam ayat di atas. jumlah Ashabul Kahfi
tersebut ialah tujuh [orang)." Demikian juga
diriwayatkan Ibnu farir dari Atho bahwa ia
pernah berkata, "jumlah mereka ialah tujuh
[orang)."
Hal terpenting dalam permasalahan ini
bukanlah mengenai jumlah mereka, melainkan
hikmah dari kisah itu dan bagaimana memanfaatkan pelajaran yang disampaikan, yaitu
kekuasaan Allah untuk membangkitkan dan
menghidupkan manusia kembali setelah mati.
Penulis Tafsir al-Kasyaaf pernah mempertanyakan, "Mengapa ada huruf waw pada
kalimat ketiga dalam ayat سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ dan
tidak ada pada dua kalimat sebelumnya?" la
kemudian menjawab, "Huruf waw tersebut
adalah waw yang masuk ke dalam kalimat
yang berposisi sebagai sifat bagi kata nakirah.
Tujuannya, sebagai penegas keterkaitan
antara sifat dengan objek yang disifati, juga
untuk menunjukkan bahwa sifat tersebut
adalah objek yang disifati. fadi tetap artinya,
orang-orang yang berpendapat سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ '(jumlah mereka) tujuh [orang) dan yang
kedelapan ialah anjing merekai mengatakan
hal itu berdasarkan ilmu dan tidak mendugaduga seperti yang lainnya."
فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا artinya, janganlah
kamu [Muhammad) berdebat dengan Ahlul
Kitab mengenai Ashabul Kahfi kecuali perdebatan umum saja bukan secara mendalam
dan mendetil. Cukuplah bagimu menceritakan kepada mereka persis seperti yang telah
diwahyukan Allah kepadamu, jangan menambahkan apa pun dengan tidak menampakkan
kebodohan mereka atau menyakiti perasaan
mereka saat menjawab mereka. Hal ini seperti
yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, Surat An-Nahl ayat 125
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
juga firman-Nya Surat Al-Ankabut ayat 46
۞ وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ وَقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَاُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَاِلٰهُنَا وَاِلٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, ”Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”
وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا artinya, janganlah
kamu [Muhammad) bertanya kepada seorang
pun dari mereka mengenai kisah para pemuda
tersebut, baik pertanyaan untuk sekadar
mendebat, maupun pertanyaan yang sifatnya
benar-benar minta petuniuk. Pertanyaan
untuk sekadar mendebat bertentangan dengan
apa yang telah Aku wasiatkan kepadamu agar
bersikap baik dan bertutur kata yang baik
kepada mereka. Pertanyaan yang sifatnya
meminta petunjuk juga tidak patut bagimu
karena Allah telah memberi tahumu tentang
kisah Ashabul Kahfi dengan menyampaikan
wahyu kepadamu.
Hal ini menunjukkan adanya larangan
untuk kembali kepada penjelasan Ahlul Kitab
dalam hal ilmu walaupun sedikit.
Tuntunan untuk Nabi saw. dan Umat Beliau Agar
Senantiasa Mengaitkan Keinginannya dengan
Kehendak Allah
Surat Al-Kahfi ayat 23
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”
artinya, wahai
Rasul, jangan pernah kamu mengatakan
sesuatu yang telah kamu azamkan untuk mengerjakannya di masa depan dengan perkataan, 'Aku akan melakukan itu besoki'
kecuali menyertainya dengan izin Allah, yaitu
dengan mengatakan, "ln syaa Allah." Hal ini
seperti yang ditegaskan dalam Shahihain
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari
Rasulullah saw. bahwa beliau saw bersabda,
"Sulaiman bin Dawud a.s. pernah berkata,
"Sungguh aku akan mendatangi (menggauli) tujuh
puluh perempuan dalam satu malam-dalam
riwayat lain disebutkan seratus Perempuandan setiap perempuan itu pasti akan melahirkan
seorang anak laki-laki yang berperang di jalan
Allahl' Lalu dikatakan kepadanya-dalnm riwayat
lain disebutkan: seorang malaikat berkata kepada
Nabi SulaimAn A.s.-, "Katakanlah,In syaa Allah".
Namun, dia tidak mengatakannya. Kemudian dia
mendatangi semua PeremPuan itu, namun tidak
ada seorang perempuan Pun yang melahirkan
anak laki-laki kecuali satu orang PeremPuan yang
melahirkan s et engah manu sia ( malcsudny a manu sia
yang tidak sempurna). Rasulullah saw. bersabda,
"Demi Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya,
seandainya dia berkata, "lnsya Allah", pasti dia tidak
melanggar sumpahnya itu dan dia mendapatkan
keinginannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan,
"Mereka pasti akan berperang di jalan Allah
sebagai kesatria yang gagah."
Kita telah mengetahui sebab turunnya
ayat ini dalam sabda Nabi saw. ketika ditanya
tentang kisah Ashabul Kahfi,
"Besok pasti saya jawab pertanyaan kalian."
Hingga akhirnya wahyu dari Allah baru
turun setelah lima belas hari. Surat Al-Kahfi ayat 24
اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا
kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
ingatlah kehendak Allah
dan katakanlah "ln syaa Allah" jika suatu saat
kamu lupa mengucapkannya. Dengan kata
lain, jika kamu lupa mengucapkan insya Allah, kemudian tiba-tiba kamu teringat dan menyadarinya, segeralah mengucapkannya, baik
jeda antara lupa dengan mengingatnya cukup
lama maupun tidak.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa
walaupun teringat kembali setelah satu tahun
lamanya, maka pengucapnya tidak dianggap
mengingkari janji yang telah dia ucapkan
sebelumnya. Sedangkan, menurut para ulama
secara umum, penggunaan lafal "in syaa Allah"
tidak berpengaruh jika tidak diucapkan secara
bersambung dengan sumpah atau janji. Ibnu
|arir menjelaskan maksud pernyataan Ibnu
Abbas tadi, "Maksudnya, jika seseorang lupa
mengatakan 'in syaa Allah' pada perkataannya atau saat bersumpah, kemudian ia baru
menyadarinya setelah satu tahun lamanya,
maka disunahkan mengatakan'ln syaa Allah',
agar ia mendapatkan sunnah mengucapkannya walaupun setelah dia melanggar sumpahnya. Maksudnya, bukan membuat dia tidak
dianggap melanggar sumpah atau menggugurkan kewajibannya membayar kafarat"
وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا maksudnya,
katakanlah wahai Muhammad, "Mudah-mudahan Allah akan memberiku taufik untuk hal
lain sebagai pengganti apa yang terlupakan
itu atau sesuatu yang lebih baik dan lebih
bermanfaat. fika kamu ditanya tentang
sesuatu yang tidak kamu ketahui, tanyakanlah
hal itu kepada Allah dan mohonlah kepadaNya agar mengarahkanmu pada hal yang
benar tentangnya."
Lama Waktu yang, Mereka Habiskan
di dalam Gua
Allah mengabarkan kepada Nabi saw.lama
waktu Ashabul Kahfi di dalam gua tersebut,
terhitung sejak Allah menidurkan dan membangunkan mereka kembali. Surat Al-Kahfi ayat 25
وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
artinya, sesungguhnya mereka
berdiam di dalam gua selama tiga ratus
sembilan tahun dalam hitungan Qamariyyah (kalender yang dihitung berdasarkan perputaran bulan) atau tiga ratus tahun dalam
hitungan Syamsiyah (kalender berdasarkan
perputaran matahari). Perbedaan waktu
antara Qamariyah dan Syamsiyah terpaut tiga
tahun setiap seratus tahun. Oleh sebab itu,
Allah berfirman setelah menyebutkan tiga
ratus tahun وَازْدَادُوْا تِسْعًا dan ditambah sembilan
tahun.
Hal ini dipertegas dengan firman-Nya Surat Al-Kahfi ayat 26
قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا
Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
maksuanya, jika kamu
ditanya tentang lama waktu mereka berada
di dalam gua tersebut, sedangkan kamu tidak
memiliki pengetahuan tentangnya dari Allah,
maka katakanlah, لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ tidak ada siapa pun yang mengetahui dengan
pasti kecuali Dia dan orang yang Dia beritahu.
Oleh karena itu, janganlah terburu-buru
memberi tahu selama kamu tidak memiliki
bukti atas itu. Yang benar adalah apa yang
Aku sampaikan kepadamu, bukan apa yang
mereka katakan karena sesungguhnya, milikNya segala rahasia yang ada di langit dan di
bumi. Dia Mahatahu atas segala sesuatu dan
Mahatahu daripada mereka yang berselisih
pendapat tentang lama waktu para pemuda
Ashabul Kahfi di dalam gua tersebut.
Karena Allah telah memberi tahu tentang
lama waktu mereka berada di gua tersebut,
maka itulah yang benar dan tiada keraguan
di dalamnya. Faedah dari diakhirkannya kalimat ini dalam ayat tersebut adalah untuk
menunjukkan bahwa mereka berselisih tentang lama waktu para pemuda tersebut
berada di dalam gua, seperti halnya saat
mereka berselisih mengenai jumlah Ashabul
Kahfi. Penyebutan penutup dengan redaksi ini
adalah seperti kalimat redaksi penutup pada
cerita tentang jumlah mereka قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ
Kesimpulan, sesungguhnya, berita yang
paling meyakinkan mengenai penjelasan jumlah Ashabul Kahfi dan lama waktu yang mereka
habiskan selama di gua tersebut adalah berita yang disampaikan Allah karena Dia Mahatahu
tentang segala sesuatu dan hakikatnya. Sedangkan, pendapat manusia mengenai itu semua
hanyalah dugaan tanpa bukti dan bersandar
pada cerita yang tersebar luas. Hanya Allah
satu-satunya yang Mahatahu segala hal gaib di
Iangit dan bumi serta semua yang tersembunyi
tentang keadaan penghuninya.
اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ kalimat ini termasuk bentuk
kalimat ta'ajjub [menunjukkan makna keheranan) dan mubaalaghah (menunjukkan
makna sangat). Maksudnya, sesungguhnya
Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar
mereka. Ini mempunyai makna metafora
dalam pujian dan ketakjuban, seakan-akan
dikatakan,'Alangkah terang penglihatan-Nya
dan alangkah tajam pendengaran-Nya" Atau
dengan ungkapan lain,'Alangkah terang penglihatan Allah atas segala sesuatu yang ada
dan alangkah tajam pendengaran-Nya atas
segala sesuatu yang terdengar; tidak ada satu
pun yang tersembunyi dari pengawasan dan
pendengaran-Nya." Qatadah mengomentari
bentuk kalimat ini, "Tidak ada satu zat pun
yang dapat lebih Melihat dan Mendengar
melebihi Allah."
مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ Yakni, tidak ada selain
Allah yang dapat memenuhi segala urusan manusia dan Dia tidak memiliki pembantu serta
penolong.
وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا yakni sesungguhnya,
hanya Allah pemilik kekuasaan dalam menciptakan dan memerintah, tidak ada yang
dapat membantah segala keputusan-Nya, tidak seorang pun yang ikut serta dengan-Nya
dalam menetapkan keputusan pada hambaNya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada
yang memerintah-Nya.
Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Melalui penjelasan kisah Ashabul Kahfi di
atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut
ini.
1. Keadaan yang tergambarkan dalam
kisah ini bukanlah satu-satunya tanda
kebesaran Allah yang menakjubkan, tetapi
penciptaan langit, bumi, dan segala yang
terdapat di antara keduanya lebih ajaib
dan lebih memukau, serta menjadi bukti
yang lebih kuat bagi kekuasaan Allah.
Hendaknya kisah ini tidak membuatmu
sangat terheran-heran, wahai Nabi, sebagaimana keheranan orang-orang kafir
itu.
2. Para pemuda Mukmin yang masuk ke
dalam gua berasal dari keluarga terhormat kota Dikyanus, seorang raja yang
kafir. Mereka melarikan diri demi mempertahankan agama mereka dari fitnah
orang-orang kafir penyembah patung
berhala. Tindakan ini merupakan dalil
tentang melarikan diri untuk mempertahankan agama, serta dalil bagi kebolehan meninggalkan keluarga, anakanak, karib kerabat, teman-teman, tanah
air; dan harta karena khawatir akan fitnah
dan ujian dari pihak lain. Nabi saw. telah
meninggalkan tanah kelahiran belau demi
menyelematkan agama beliau, demikian
juga para sahabat beliau, seperti yang
telah diabadikan Allah dalam surah
Bara'ah. Mereka berhijrah dari tanah kelahiran mereka, meninggalkan tanah,
tempat tinggal, keluarga, anak-anak, karib
kerabat, dan saudara mereka demi mengharapkan keselamatan bersama agama
Islam dan terhindar dari fitnah kaum kafir.
Pengecualian ini, yaitu seseorang mengasingkan diri dari orang-orang, menurut
kesepakatan ulama hanya diperbolehkan
jika khawatir akan terjadi fitnah (ujian
berat) bagi agamanya. Namun, untuk keadaan selain itu, para ulama sepakat
bahwa berada di tengah masyarakat ialah
lebih baik daripada mengasingkan diri.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh al-Baghawi, Ahmad, Tirmidzi dan
Ibnu Majah dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi
saw., beliau bersabda
"Orang Mukmin yang berbaur dengan masyarakat di sekitarnya, dan dia
senantiasa bersabar atas gangguan mereka
ialah lebih baik daripada Mukmin yang tidak
berbaur dengan mereka dan tidak sabar atas
gangguan mereka." (HRal-Baghawi, Ahmad,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
3. Saat para pemuda Ashabul Kahfi melarikan
diri dari orang yang mencari-cari mereka,
para pemuda tersebut senantiasa menyibukkan diri dengan doa dan menyerahkan
sepenuhnya segala urusan hanya kepada
Allah dengan berdoa, Surat Al-Kahfi ayat 10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Maksudnya, berikanlah kepada kami
ampunan dan rezeki, sempurnakanlah
bagi kami taufik untuk mendapatkan kebenaran.
Orang-orang berbeda pendapat tentang masa dan tempat Ashabul Kahfi.
Mengenai masa mereka hidup, ada yang
menyatakan bahwa mereka hidup di era
sebelum Nabi Musa, berdasarkan riwayat bahwa Nabi Musa menyebutkan cerita
tentang mereka di dalam Taurat. Karena
hal ini pula, kaum Yahudi menanyakan
perihal mereka kepada Nabi Muhammad
saw..
Pendapat lain menyatakan bahwa
mereka masuk ke dalam gua sebelum era
Isa al-Masih a.s., kemudian dibangkitkan
kembali setelah era Isa al-Masih a.s, dan
sebelum kedatangan Nabi Muhammad
saw..
Pendapat terakhir menyatakan bahwa
mereka masuk ke dalam gua setelah masa
Isa al-Masih a.s..
Mengenai lokasi gua tersebut, tidak
ada seorang pun yang mengetahuinya
secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa lokasi gua tersebut
terletak di Romawi atau sebelah selatan
negara Turki di Tarsus dan inilah yang
tampak benar.
4. Salah satu skenario Allah terhadap para
pemuda Ashabul Kahfi selama mereka
berdiam di gua tersebut ialah mereka
ditidurkan selama bertahun-tahun
dan membuat telinga mereka tidak
mendengar apa pun karena orang yang
sedang tidur akan segera terbangun
dari tidurnya iika mendengar sesuatu.
Allah kemudian membangunkan mereka
kembali setelah tertidur lelap dan orangorang kemudian mengetahui perihal
mereka.
Dibangunkannya Ashabul Kahfi tersebut adalah untuk menguji orang-orang
seputar pengetahuan mereka tentang
lama waktu mereka berada di gua.
Firman Allah Surat Al-Kahfi ayat 12
ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara ke dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
yakni,
agar Kami mengetahui bahwa golongan
yang hitungannya tepat itu ada. Karena,
sesungguhnya Allah Mahatahu golongan
mana di antara mereka yang paling tepat
hitungannya. Maksud dari dua golongan atau kelompok tersebut, sekelompok
pemuda yang menduga bahwa mereka
berada di sana hanya sebentar saja dan
penduduk kota yang hidup ketika para
pemuda itu dibangunkan dan mereka memiliki catatan sejarah terkait para pemuda tersebut.
5. Sesungguhnya, para pemuda Ashabul
Kahfi atau sekelompok pemuda tersebut
memiliki sifat-sifat: beriman kepada
Allah SWT., Allah memberikan kesabaran
dan keteguhan dalam hati mereka, Allah
juga menambahkan keimanan mereka
dengan memberikan kemudahan untuk
melakukan amal saleh, seperti hidup
hanya untuk Allah, menjauhi manusia,
dan zuhud di dunia.
Salah satu sikap yang memperlihatkan kuatnya keteguhan hati dan kesabaran
yang diberikan Allah kepada mereka adalah saat mereka mengumumkan secara
terang-terangan di hadapan kaum kafin Surat Al-Kahfi ayat 14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Mereka juga saling mengkaji keimanan mereka. Sebagian mereka mengatakan kepada sebagian lainnya, "Penduduk kota itu ialah orang-orang yang
hidup di masa dan kota kita. Mereka
menyembah patung hanya karena ikutikutan tanpa hujjah yang benar. Apakah
mereka dapat memberikan dalil bagi
ritual penyembahan berhala tersebut?."
6. Allah berfirman kepada mereka atau
mereka berkata kepada sebagian lainnya,
"fika kalian telah bertekad meninggalkan
kaum kalian, masuklah ke dalam gua itu
niscaya rahmat Allah akan menaungi
kalian. Allah juga akan mencukupkan kebutuhan dan segala yang bermanfaat bagi
kehidupan kalian."
7. Di antara rahmat dan kasih sayang yang
diberikan Allah kepada mereka saat tertidur adalah sinar matahari menjauh
dari mereka dan condong ke sebelah
kanan dan kiri atau condong ke sebelah
kanan dan kiri gua. Sinar matahari
tersebut tidak pernah mengenai mereka langsung sejak pagi hingga terbenam.
Selain itu, siapa pun yang menyaksikan
mereka, langsung akan menduga mereka
dalam keadaan terjaga karena mata
mereka yang selalu terbuka padahal
mereka sebenarnya tertidur. fuga anjing
mereka yang duduk menjulurkan kedua
lengannya persis di depan pintu gua
untuk menjaga mereka, padahal ia juga
sedang tidur persis seperti mereka.
Kasih sayang Allah kepada mereka juga
ditunjukkan dengan membolak-balikkan
badan mereka ke sebelah kanan dan ke
sebelah kiri agar tanah tempat mereka
berbaring tidak memakan daging mereka.
Yang membolak-balikkan tubuh mereka
tersebut ialah Allah, bisa juga malaikat
atas perintah Allah sehingga dinisbahkan
kepada Allah.
8. Diperbolehkannya memelihara anjing
jika ada keperluan, untuk berburu dan
menjaga. Dalam sebuah hadits di dalam
Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw., beliau
bersabda,
Siapa yang memelihara anjing selain
anjing untuk berburu dan penggembala, maka
pahalanya setiap hari berkurang sebanyak
dua qiraath." (HR Muslim)
Anjing penggembala yang dibolehkan
[mubah) menurut Imam Malik ialah
anjing yang ikut serta pergi menggembala
ternah bukan anjing yang menjaga ternak
tersebut dari pencuri. Anjing pertanian
adalah anjing yang menjaga lahan pertanian dari binatang buas di malam atau
di siang hari, bukan yang menjaganya dari
pencuri. Para imam selain Imam Malik
memperbolehkan memelihara anjing
untuk menjaga hewan ternak dan lahan
pertanian dari pencuri
9. Manusia akan sangat bermanfaat bila
berteman dengan orang-orang pilihan
Allah dan bergaul dengan orang saleh dan
para wali. Dalilnya adalah anjing Ashabul
Kahfi yang diperlakukan serupa seperti
para pemuda tersebut. Anjing tersebut
merupakan hewan yang mencintai pemuda tersebut sehingga Allah menyebutkannya bersama mereka. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya
dari Anas bin Malik, dia berkata, "Pada
saat aku dan Rasulullah saw. keluar dari
masjid, kami bertemu seseorang di pintu
gerbang masjid seraya berkata, 'Wahai
Rasulullah, kapan terjadinya hari Kiamat?'
Rasulullah saw. menjawab, Apa yang kamu
persiapkan untuknya?' Laki-laki tersebut
tertunduk sejenak kemudian berkata,
'Wahai Rasulullah, aku tidak mempersiapkan banyaknya shalat, puasa, dan sedekah,
tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah saw bersabda, "Kamu bersama
orang yang kamu cintai."
Mayoritas ahli tafsir berpendapat
bahwa anjing itu ialah anjing sesungguhnya yang digunakan salah seorang
dari pemuda Ashabul Kahfi untuk berburu, menjaga kebunnya, atau menjaga kambing-kambingnya. Nama anjing
tersebut adalah Qithmif, jenis Anmar.
Yang benar adalah ia seekor anjing jenis
Zubairi.
10. Allah membuat mereka berwibawa dan
ditakuti sehingga saat ada seseorang
yang melihat mereka ia akan langsung
meninggalkan mereka dengan hati yang
dipenuhi rasa takut dari mereka. Ibnu
Athiyah berkata, "Hal yang sebenarnya
adalah sesungguhnya Allah menjaga kondisi mereka seperti ketika tidur pertama kali, agar menjadi bukti bagi kekuasaan
Allah untuk mereka sendiri dan orangorang selain mereka. Pakaian mereka
tidak lapuk dan kondisinya tidak berubah
sedikit pun. Salah seorang dari mereka
yang pergi ke kota pun tidak menangkap
perubahan kecuali kondisi alam sekitarnya dan bangunan. Seandainya ada
sesuatu pada diri mereka yang mereka
rasa aneh, pastilah akan lebih memerhatikannya."
11. Setelah menidurkan dan membolakbalikkan badan mereka, Allah membangunkan mereka kembali dalam kondisi
seperti sedia kala dari pakaian dan kondisi
mereka. Hingga mereka saling bertanya
satu sama lain tentang lama waktu
mereka tidur. Sebagian mereka Surat Al-Kahfi ayat 19
وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.sebagian lain berkata رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ
12. Firman Allah فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا menun jukkan disyari'atkannya
wakaalah (transaksi perwakilan). Ayat ini
juga menunjukkan pemikiran yang bagus
dari para pemuda Ashabul Kahfi ketika
masuk dan keluar dari kota, terlebih saat
melakukan transaksi pembelian makanan
dari penduduk kota, yaitu dengan bersikap lemah lembut. Tujuannya, agar
tidak satu pun penduduk kota tersebut
yang mengetahui keberadaan mereka
karena para pendudukan kota itu akan
membunuh mereka dengan cara dirajam
dengan batu dan ini merupakan seburukburuk pembunuhan.
Transaksi perwakilan (wakaaloh) telah dikenal padamasalahiliyyah dan Islam.
Nabi saw. pernah mewakilkan pernikahan
beliau kepada seorang sahabat. Beliau juga
mewakilkan pembelian hewan kurban
kepada Urwah al-Bariqi. Ali ibn Abi Thalib
r.a. juga pernah mewakilkan saudaranya
Aqil untuk menghadap Usman r.a..
Wakaalah merupakan ienis akad perwakilan yang diperbolehkan oleh Allah
karena manusia memerlukan dan adanya
maslahat di dalamnya. Karena tidak semua orang dapat melaksanakan semua
urusannya sendiri sehingga memerlukan
bantuan orang lain. Atau merasa senang
untuk mewakilkannya kepada orang lain,
maka dia wakilkan pekerjaannya kepada
orang yang disukainya. Al-Qur'an juga menunjukkan ayat lainnya yang memperbolehkan akadwakaalah, seperti firman Allah, Surat At-Taubah ayat 60
۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
juga firman-Nya, Surat Yusuf ayat 93
اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًا ۚوَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْنَ ࣖ
Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”
Wakaalah menurut jumhur ulama
hukumnya diperbolehkan baik bagi
orang yang berhalangan maupun tidak.
Abu Hanifah dan Sahnun berkata, "Tidak
diperbolehkan (wakaaloh) bagi orang
yang tidak berhalangan." fumhur ulama
berpegang pada hadits Bukhari dari Abu
Hurairah r.a. yang menerima perwakilan
dari Nabi saw. untuk memberikan jenis
unta yang bagus sebagai pelunasan utang
beliau. Nabi saw. bersabda,
"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah
yang p aling b aik dalam melunasi utangnya."
13. Pada ayat فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ mengandung kebolehan kerja sama berbentuk
syirkah karena uang perak tersebut merupakan milik mereka semua. Selain itu,
mengandung kebolehan wakalah karena
mereka mengutus salah satu dari mereka
untuk mewakili mereka melakukan
transaksi jual beli. fuga mengandung kebolehan untuk makan bersama antar
teman dan mencampur makanan mereka secara bersamaan walaupun sebagian
mereka makan lebih banyak daripadayang
lainnya. Hal seperti itu juga terkandung
dalam firman Allah, Surat Al-Baqoroh ayat 220
فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
14. Allah memberitahukan kisah Ashabul
Kahfi kepada orang-orang untuk menjadi
pelajaran, nasihat, dan petunjuk, serta
untuk menegakkan hujjah tentang kekuasaan Allah untuk mengumpulkan seluruh manusia di Padang Mahsya6 membangkitkan manusia kembali dari kubur
dan melakukan hisab (perhitungan).
15. Menjadikan kuburan sebagai masjid, shalat di dalamnya dan mendirikan bangunan
di atasnya tidak diperbolehkan dalam
syari'at kita. Hal ini ditegaskan dalam
salah satu hadits yang diriwayatkan Abu
Dawud dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas r.a.,
dia berkata, "Rasulullah saw melaknat
para perempuan yang suka menziarahi
kubuc membangun masjid di atasnya, dan
meletakkan penerang di atasnya." Diperbolehkan mengubur jasad seseorang di
dalam peti terutama bila tanah tempat
ia dikubur terlalu lunak fmudah runtuh,
pent.). Nabi Danial dan Yusuf a.s. dikubur
di dalam peti. Peti Nabi Daniel terbuat
dari batu, sedangkan peti Nabi Yusuf a.s.
terbuat dari kaca. Namun, penggunaan
peti seperti ini hukumnya makruh dalam
syari'at kita.
16. Firman Allah سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ meruPakan pengingat bahwa jumlah inilah yang
benar karena setelahnya tidak disebutkan
bantahan terhadapnya, berbeda dengan
dua jumlah yang disebutkan sebelumnya
yang diakhiri dengan lafal رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ
Firman Allah قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ adalah perintah yang ditujukan kepada Nabi saw agar mengembalikan pengetahuan ten'
tang jumlah Ashabul Kahfi hanya kepada
Allah, kemudian memberitahukan bahwa
orang-orang yang mengetahui iumlah tersebut hanya sedikit
Firman Allah فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا merupakan dalil bahwa Allah tidak menjelaskan kepada siapa pun tentang jumlah
Ashabul Kahfi. Oleh karena itu, Allah
berfirman اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا maksudnya, perbantahan yang sekilas saja. Firman Allah
ini juga merupakan dalil bahwasanya Nabi
Muhammad saw. tidak boleh berbantahan
dan berdebat dalam masalah ini kecuali
dengan cara yang terbaik seperti yang
disebutkan dalam ayat lainnYa.
Dalam firman Allah وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا terkandung dalil bahwa umat Islam
dilarang menanyakan kepada Ahlul Kitab
tentang pengetahuan apapun Sunnah dan etika yang disyari'atkan
menuntut kita untuk mengaitkan perkaraperkara yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang dengan kehendak Allah
[dengan mengatakan "in syaa Allah").
Berdasarkan ayat, وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ