Jumat, 18 Oktober 2024

TENTANG NABI MUHAMMAD SAW

 عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «ما من أحد يُسَلِّمُ عليَّ إلا ردَّ الله عليَّ روحي حتى أرُدَّ عليه السلام». 

[إسناده حسن] - [رواه أبو داود وأحمد]
"Tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan rohku kepadaku agar aku membalas salamnya."Sanadnya Hasan] - [HR. Abu Daud dan Ahmad] - [Sunan Abu Daud - 2041]

SURAT AL-ANBIYA 107

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

SURAT AL-IMRON 144

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.

SURAT AL-AHZAB 40

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ࣖ

Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

SURAT MUHAMMA 2

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاٰمَنُوْا بِمَا نُزِّلَ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَّهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَاَصْلَحَ بَالَهُمْ

Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.

SURAT AL-FATH 29

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.

SURAT ASH-SHOFF 6

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”

عَنْ اَنَسِ بْنِ ماَلِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ اِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدْ اِنْقَطَعَتْ فَلاَ رَسُوْلَ بَعْدِى وَلاَ نَبِيَّ

Dari Anas bin Malik bahwa ia berkata,“Rasulullah bersabda, "Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku". (Tirmidzi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

Hadis Nabi yang diriwayatkan Muslim, saat Rasul melaksanakan haji wada' (perpisahan). 

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَلَا أُمَّةَ بَعْدَكُمْ تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدى أبدا كتاب الله وسنتى

"Wahai manusia, tidak ada nabi atau rasul yang akan datang sesudahku dan tidak ada agama baru yang akan lahir. Karena itu, wahai manusia, berpikirlah dengan baik dan pahamilah kata-kata yang kusampaikan kepadamu. Aku tinggalkan dua hal: Alquran dan Sunnah, contoh-contoh dariku; dan jika kamu ikuti keduanya kamu tidak akan pernah tersesat."

5. عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «كانت بنو إسرائيل تَسُوسُهُمُ، الأنبياء، كلما هلك نبي خَلَفَهُ نبي، وإنه لا نبي بعدي، وسيكون بعدي خلفاء فيكثرون»

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Suku Israel dipimpim oleh Nabi-nabi. Jika seorang Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi yang akan datang sesudahku; hanya para kalifah yang akan menjadi penerusku (Bukhari, Kitab al-Manaqib).

Abu Dawud dan yang lain dalam hadis Thauban Al-Thawil, bersabda Nabi Muhammad SAW: “ 

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى يَعْبُدُوا اْلأَوْثثَانَ، وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِيْ ثَلاَثُوْنَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ، وَأَنَا خَاتَمُ االنَّبِيِّيْنَ، لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ.

‘Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga beberapa kelompok dari umatku mengikuti kaum musyrikin dan hingga mereka menyembah berhala, dan sesungguhnya akan ada pada umatku tiga puluh orang pendusta, semuanya mengaku bahwa ia adalah seorang Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku.”  

Berkaitan dengan hidup Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah di dalam kuburnya yang mulia, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup sebagaimana hidup secara fisik di dunia, yaitu dengan dikembalikannya roh Beliau kedalam jasad serta fisik Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Ataukah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup secara ukhrawiyah barzakhiyah di ‘Illiyyun yang paling atas tanpa ada pembebanan (taklif) kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat kematian menjemputnya (artinya), “Ya Allâh, dengan ar-Rafiq al-A’la”. Sementara jasadnya sekarang tetap terhampar di dalam kubur tanpa roh ? Sedangkan roh Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di ‘Illiyyun paling atas ? Sementara bersatunya roh dengan jasad serta badan Beliau yang harum terjadi pada hari kiamat ? Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ

Dan apabila roh-roh dipertemukan dengan tubuh. [at-Takwîr/81:7]

Sesungguhnya Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di kuburnya dalam arti kehidupan alam kubur (barzakhiyah). Di alam kuburnya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperoleh berbagai keni’matan hidup yang dianugerahkan oleh Allâh Azza wa Jalla sebagai balasan atas kerja-kerja besar dan baik, yang dilakukan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat hidupnya di dunia. Shalawat serta Salam paling afdhal dari Allâh hendaknya senantiasa tercurah kepada Beliau.

Tetapi bukan berarti rohnya dikembalikan ke jasad supaya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup kembali sebagaimana hidup di dunia. Bukan pula rohnya dikumpulkan dengan jasadnya hingga Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup sebagaimana hidup di hari akhirat. Namun kehidupan ini merupakan kehidupan alam barzakh, pertengahan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Dengan demikian diketahui bahwa Beliau telah wafat (mati) sebagaimana nabi-nabi dan orang-orang lain terdahulu telah mati. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

Dan Kami tidak menjadikan seorang manusiapun hidup kekal sebelummu. Maka jika engkau mati, apakah mereka akan kekal ? [al-Anbiya’/21:34]

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tetapi wajah Rabb-mu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. [ar-Rahman/55: 26-27]

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya engkau (Muhammad) pasti akan mati, dan mereka pasti akan mati pula. [az-Zumar/39:30]

Dan ayat-ayat lain yang membuktikan bahwa Allâh Azza wa Jalla mewafatkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Di samping itu juga (terdapat bukti-bukti lain, di antaranya) 

Bahwa para Shahabat Radhiyallahu anhum telah memandikan jenazah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengafaninya, menyalatkannya dan menguburkannya. Jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup sebagaimana kehidupan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia, tentu mereka tidak akan melakukan itu semua, hal yang mereka lakukan kepada semua orang mati lainnya.

Fatimah Radhiyallahu anhuma juga telah meminta warisan dari peninggalan ayahnya. Sebab Fatimah meyakini bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat. Dan keyakinan ini tidak diingkari oleh seorangpun di antara para Sahabat. Tetapi Abu Bakar Radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa para nabi tidak mewariskan harta.[2]

Para Shahabat Radhiyallahu anhum juga telah bersepakat untuk memilih seorang khalifah bagi kaum Muslimin sepeninggal Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penerus kepemimpinannya. Dan itu terjadi dengan diangkatnya Abu Bakar Radhiyallahu anhu sebagai khalifah. Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup sebagaimana hidup di dunia, tentu mereka tidak akan mengadakan pengangkatan khalifah. Dengan demikian hal ini merupakan ijma’ dari para Sahabat Radhiyallahu anhum bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.

Demikian pula ketika fitnah (perselisihan umat) dan persoalan-persoalan berat melanda umat pada zaman pemerintahan Utsman dan Ali Radhiyallahu anhuma, juga persoalan-persoalan sebelum dan sesudahnya. Ketika itu terjadi, para Sahabat tidak pergi ke kuburan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat atau meminta tolong supaya mendapat jalan keluar serta penyelesaian dari perselisihan-perselisihan dan persoalan-persoalan ini. Seandainya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup sebagaimana hidup di dunia, tentu mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, sedangkan mereka sangat membutuhkan kehadiran orang yang dapat menyelamatkan mereka dari bencana-bencana yang menyelimuti mereka itu.

Adapun roh Beliau, maka roh itu berada di ‘Illiyun tertinggi karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia terbaik. Allâh telah memberikan kedudukan tinggi kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar