Rabu, 30 Oktober 2024

Ilmu Ushuluddin

 : Interprestasi dari makna Keushuluddinan adalah bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungannya manusia sesama manusia agar tidak terjadi ketimpangan (Problematika), artinya manusia harus mampu menempatkan dirinya sebagai hamba Allah („abd) yang selalu menundukkan dirinya dengan melakukan ibadah ritual. Namun begitu, sebagai manusia zon politikon manusia harus juga mampu memamahami gejala-gejala social yang terjadi di masyarakat, dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dimasyarakat sebagai wujud dalah kehidupan nyata, serta bagaimana menciptakan kondisi sosial tersebut menjadi masyarakat adil makmur yang diridhai oleh SWT.

Ilmu Ushuluddin atau biasa disebut sebagai ilmu Kalam, Ilmu Tauhid, Ilmu „Aqaid, Ilmu Sifat Dua Puluh, Theologi. Apapun istilah yang dipakai untuk ilmu ini, maksut dan tujuannya tetap sama yaitu, ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar keyakinan agama Islam (iman), dan segala hal yang berhubungan dengan iman, diantaranya sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah, dan sifat wajib jaiz, mustahil bagi para Rasul dan lain-lain. Secara etimologi, tauhid berasal dari kata-kata wahada sya‟i artinya menjadikan satu untuk tunggal. Ia merupakan bentuk masdar, sedangkan secara terminology Syara‟ adalah meng-Esakan Allah Swt. Baik dalam rububiyah, uluhiyahmaupun asma‟ dan shifat-Nya.4 adapun para ulama mengambil kata tauhid tersebut untuk menamakan suatu ilmu dalam agama islam yaitu ilmu keushuluddinan (ilmu yang mempelajari tentang keesaan Allah Swt), sehingga ada yang menyebut juga ilmu Tauhid.5 Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang sifatsifat Allah Swt. Dan sifat-sifat para utusan-Nya yang terdiri dari sifat yang wajib, sifat jaiz dan sifat yang mustahil. Adapun selain dari itu juga menerangkan segala yang memungkinkan dan dapat diterima oleh akal, untuk menjadikan bukti dan dalil, dengan dibantu oleh masalah sam‟iyat agar dapat mempercayai dalil itu dengan yakin tanpa keraguan di hati.6 Ilmu Tauhid disebut juga ilmu ushuluddin (dasar-dasar atau pokok-pokok agama) atau ilmu kalam (berasal dari masalah kalam/ucapan Allah) sebab ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas dan membicarakan ke-Esaan Allah Swt. Selain itu, ilmu tauhid juga membicarakan pokok-pokok agama. Oleh karena itu ilmu tersebut disebut ilmu ushuluddin, disebut ilmu kalam karena ilmu tersebut juga membicarakan tentang kalamullah yang sering diperdebatkan oleh banyak orang dalam hal kalamullah, apakah kalamullah itu termasuk yang qadim atau yang hadits. Wilayah pembatasan tauhid adalah zat-zat Allah dan sifat Rasul-Nya yang mulia, sehingga ilmu ini merupakan ilmu yang mulia dan menjadi kewajiban kita mempelajari ilmu keushuluddinan ini. Secara umum tauhid dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni, Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid asma‟wa shifat. Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah Swt. Adalah Rabb seluruh langit dan bumi, pencipta siapa dan apa saja yang ada di dalamnya, Ia juga pemilik segala perintah dan urusan di alam semesta, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dalam kerjaan-Nya, tidak ada yang menolak ketetapan-Nya. Dia-lah satu-satunya pencipta segala sesuatu, pemberi rizki semua yang hidup, pengatur segala urusan dan perintah. Dia pula satu-satunya yang merendahkan dan meninggikan, pemberi dan penghambat, yang menimpakan bahaya dan yang memberi manfaat, yang memuliakan serta yang menghinakan. Siapa saja dan apa saja selain dia tidak memiliki kemampuan memberi manfaat dan menimpakan bahaya, baik untuk diri sendiri atau untuk orang lain, kecuali dengan izin dan kehendak-Nya.7 Bentuk tauhid semacam ini tidak ada yang mengingkarinya kecuali penganut paham-paham materialisatheis yang mengingkari wujud Allah Swt., seperti kaum dahriyyun pada masa lalu dan komunisme pada masa sekarang. Adapun yang dimaksut dengan tauhid uluhiyyah adalah meng-Esakan Allah Swt. Dalam beribadah, tunduk dan taat secara mutlak, tidak disembahkan atau diibadati selain dari Allah Swt. Semata, tidak ada satupun di bumi atau di langit yang di sekutukan dengan-Nya.8 Suatu hal penting yang harus dicerdasi dalam hal ini adalah tauhid atau ilmu keushuluddinan dalam beribadah merupakan hal pokok dan disepakati keharusannya oleh kaum muslimin, karena ibadah merupakan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan menjalankan apa yang diperintahkan-Nya melalui lisan para Rasul. Ibadah merupakan perbuatan yang bersifat universal bagi setiap perkataan dan perbuatan, baik yang dhahir maupun yang batin yang dicintai dan diridhai Allah Swt. Tauhid asma‟ wa shifat merupakan beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang baik (asma‟ul husna) yang sesuai dengan keagungan-Nya. Umat Islam mengenal 99 asma‟ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah. Sebagaimana firman Allah Swt: 

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ

“Hanya milik Allah asma‟ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma‟ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Pertama, akan membuahkan keyakinan yang mendalam terhadap Allah Swt, sehingga dapat membebaskan manusia dari belenggu materi yang melalaikan, misalnya penyembahan terhadap kekuasaan, uang dan lain-lain. Membebaskan belenggu praktek kepercayaan yang menyesatkan. Seperti praktek sesajen yang diperuntukkan kepada ruh-ruh yang diyakininya. Kedua, dengan keyakian yang mendalam, akan mendorong kita melakukan kebaikan dan menjauhi larangan. Misalnya, mengerjakan amal ibadah, karena kita yakin akan adanya hari pembalasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar