Qs. Ar-Ruum: 21
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Azl merupakan salah satu kajian hukum Islam. ‘Azl dalam istilah biologi disebut coitus interruptus merupakan suatu istilah yng
digunakan untuk menamakan tindakan suami mengeluarkan sperma diluar vagina isteri. Yang
mana tindakan ‘azl ini dimaksud oleh suami sebagai bentuk pencegahan kehamilan
perempuan (isteri) yang digaulinya. Salah satu pengembangan hukum ‘azl ini adalah Program Keluarga Berencana (KB), dimana program KB ini salah satunya ialah mengatur
jarak kehamilan menggunakan alat kontrasepsi kondom, dan lainnya. Permasalahan
pencegahan kehamilan yang berlaku abad ini merupakan perluasan dari hukum ‘azl.
Al-Qur‟an sebagai sumber hukum Islam yang tertinggi tidak memuat ketentuan yang
pasti mengenai ‘azl , baik itu dalil yang mengharamkan atau setidaknya melarang praktek
‘azl. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para ulama.
Menurut pendapat mazhab Syafi‟I melakukan ‘azl (menumpahkan air mani diluar kemaluan
isteri) adalah dibolehkan, meskipun tanpa seizin isteri. Menurut pendapat Hanafi, Maliki, dan
Hambali „azl tidak diperbolehkan kecuali atas seizin isterinya.14 Sedangkan Ibnu Hazm
memiliki pendapat yang berbeda dari ulama lainnya, Ibnu Hazm sebagai pengikut mazhab
Zhahiri menentang pelakasaan ‘azl baik adanya persetujuan dari siteri maupun tidak adanya
persetujuan dari isteri, Ibnu Hazm memiliki alasan yakni ‘azl merupakan “pembunuhan bayi
secara terselubung”. Dengan alasan inilah Ibn Hazm mengeluarkan larangan yang mutlak
terhadap pencegahan kehamilan.
Secara bahasa „azl merupakan bentuk masdar dari kata عزل عزل ٌعزل yang
memberikan arti memisahkan atau menyingkirkan. Manakala menurut istilahnya pula
‘azl membawa arti membuang air mani di luar rahim ketika merasa pemancarannya. Di
dalam Fikih Islam Wa Adillatuhu karya Wahbah al-Zuhaili, arti „azl adalah mengeluarkan sperma di luar vagina. Dan „azl juga adalah menghindarkan air mani dari
wanita/isteri ketika melakukan jimak atau hubungan badan agar tidak terjadi kehamilan.
‘Azl merupakan mencabut zakar setelah masuk ke vagina agar sperma keluar di luar
vagina,26 selain itu ‘azl juga memiliki arti mengeluarkan air mani dari kemaluan
perempuan karena khawatir akan terjadi kehamilan.„azl ialah mencabut (mengeluarkan) zakar dari faraj isteri pada saat hampir mencapai
klimaks. Hal ini dilakukan sebelum suami mengalami ejakulasi (ketika bersenggama).
Dengan tujuan agar si suami tersebut dapat mengeluarkan air maninya di luar vagina
seorang isteri, sehingga tidak terjadinya kehamilan.
hadits dari Jabir Riwayat Bukhari Muslim
Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Sa‟id dari Ibnu Juraij dari Atha‟ dari Jabir ia berkata: “Pada masa
Nabi saw., kami pernah melakukan ‘Azl (mencabut penis saat ejakulasi).” Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah menceritakan kepada kami
Sufyan Telah berkata Amru Telah mengabarkan kepadaku Atha‟ Ia mendengar
Jabir ra., berkata : Kami melakukan ‘Azl, sedangkan al-Qur‟an juga turun. Dan
dari Amru dari Atha‟ dari Jabir ia berkata, Kami melakukan ‘Azl dimasa Nabi
saw dan al-Qur‟an juga turun”
Dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha’, dari Jabir, dia berkata, “kami biasa melakukan
‘azl di masa Rasulullah. (HR Bukhari)1
Dan Muslim meriwayatkan: Dari Jabir ra. Berkata, “kami pernah melakukan
‘azl di masa Rasullah saw., kemudian sampailah hal itu kepadanya tetapi ia
tidak mencegah kami.” (HR Muslim)
hadits dari Judamah
Binti Wahab Riwayat Muslim
Ubadillah bin Sa‟id dan Muhammad bin Abi Umar bercerita kepada kami
keduanya berkata al-Muqzi bercerita kepada kami, Sa‟id bin Ayyub bercerita
kepada kami Abu al-Aswad bercerita kepada saya dari Urwah dari Aisyah dari
Judamah Binti Wahab saudari Ukasyah dia berkata saya bersama Rasulullah di
tengah-tengah keramaian umat manusia dan ia bersabda: “Hampir saja aku
melarang perbuatan qhilah, tetapi aku melihat orang-orang Romawi dan Persia
melakukan terhadap anak-anak mereka, sementara hal itu tidak menimbulkan
mudharat apapun terhadap mereka” kemudian mereka menanyakan tentang „Azl,
maka ia menjawab: itu mirip dengan mengubur hidup-hidup seorang bayi secara
samar”.
Hadits diatas menjelaskan tentang lafadz هحٍانغ) Al-Gailah). Dari segi bahasa kata
مٍغ atau اٍغ نح dan اٍغ ل digunakan untuk menunjukkan penyusuan anak oleh ibu yang
sedang hamil, atau tindakan mengadakan hubungan dengan isteri yang menyusui. Secara
harfiah kata tersebut berarti serangan serius (atas anak).33 Kemudian lafad ً
ُّ
َخف
ْ
دُان
ْ
َٕأ
ْ
ان) alWa‟ad al-Khafyi), adapun kata أد ٔberasal dari kata ٔ أد – يءد berarti menguburkan.34
Sedangkan kata ًخف berarti tersembunyi.35 Apabila kedua kata tersebut dirangkai
menjadi satu ًحفً خف ٌberarti pembunuhan anak secara samar
Frase ًّ
َخف
ْ
دُان
ْ
َٕأ
ْ
ان yang terdapat dalam hadits diatas yang merupakan jawaban Nabi
ketika ditanya tentang al-‘Azl, dijadikan alasan kuat oleh Ibnu Hazm untuk
mengharamkan tindakan al-‘Azl tersebut.36 Adapun faktor yang melatar belakangi
perbedaan pendapat antara para fuqaha dengan Ibnu Hazm dalam berijtihad tentang ‘azl,
baik jalan istinbath, jalan yang digunakan sehingga argument yang diambil dalam
menetapkan hukum juga berbeda. Adapun ciri pemikiran Ibnu Hazm yang dikenal
sebagai orang literalis terikat pada teks dalam menetapkan hukum, yang mana sandarannya sangat kuat terhadap arti lahir nass (Al-Qur‟an dan Sunnah) dan
menyimpulkan suatu hukum tanpa berpaling kepada teori-teori ijtihad bi ra’yi seperti
yang dilakukan oleh jumhur ulama. Namun perlu diketahui bila difahami lebih dalam
lagi, hadits Judamah ini tidak menunjukkan pembunuhan secara hakiki, melainkan hanya
kiasan yang berarti hanya niat guna untuk sementara tidak hamil.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَذَبَتْ يَهُوْدٌ، لَوْ أَرَادَ اللهُ أَنْ يَخْلُقَهُ، لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ تَصْرِفَهُ.
Kaum Yahudi berdusta. Seandainya Allah berkehendak untuk menciptakannya, maka tidak mampu menolaknya.
Yang terbaik adalah tidak melakukannya
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ، فَإِنِّي مَكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ.
Nikahilah wanita yang belas kasih dan subur (banyak anak), sebab aku akan membangga-banggakan jumlah kalian pada umat-umat lainnya.
إِنَّ الْعَزْلَ وَأْدٌ خَفِيٌّ.
“Sesungguhnya ‘azl adalah penguburan bayi secara tersembunyi.”
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Sa’id al-Khudri, ia mengatakan: “Kami mendapatkan tawanan wanita, lalu kami melakukan ‘azl, kemudian kami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menjawab:
أَوَ إِنَّكُمْ لَتَفْعَلُوْنَ؟ -قَـالَهَا ثَلاَثًا- مَا مِنْ نَسْمَةٍ كَائِنَةٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلاَّ هِيَ كَائِنَةٌ
“Apakah kalian benar-benar melakukannya? -beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Tidak ada satu jiwa pun yang ada hingga hari Kiamat melainkan dia tetap ada.”
QS. Al- Baqarah (2): 195
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
QS. Al-Baqarah (2): 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar